36th

19K 2.1K 353
                                    

Jangan lupa putar musiknya ya..

Mark berdiri disisi Jaemin, tubuhnya begitu lemah saat sayatan demi sayatan Jaemin dapatkan di perutnya, kain pelindung yang menutupi pandangan Jaemin ke perutnya mulai basah akan darah. Tatapan Mark kosong, pikirannya penuh akan pemikiran buruk, penyesalan dan semua hal negatif.

Tanpa ia sadari Jaemin membuka sedikit matanya, bibir kering nan pucatnya membentuk senyum lembut yang begitu tipis, jemarinya bergerak menyentuh tangan Mark di sampingnya.

"Yang Mulia.." Panggilannya lemah. Begitu lemah hingga mungkin akan hilang tertelan suara angin.

Mark menoleh saat merasakan gerakan lemah di jarinya, matanya memanas melihat Jaemin menatapnya sayu dengan senyum lemah.

Mark merunduk, ia mengecup kening Jaemin lama hingga air matanya menetes di kening sang terkasih.
"Nana.."

"Yang Mulia.. Jika kau kehilangan aku.."

Mark menggeleng kuat, tidak setuju dengan kata-kata Jaemin.
"Tidak.. Aku tidak akan kehilangan mu!"

Senyum Jaemin masih terbentuk manis di bibirnya, "jika aku pergi.."

"Kau tidak akan pergi kemanapun!"

Isak tangis mulai terdengar lirih di kamar itu, semua hati terluka melihat sang Ratu penuh cahaya berjuang antara hidup dan mati.

"Tolong jaga anak kita.."

"Rawat dia dengan baik.."

"Jangan lukai hati kecilnya dan beri dia banyak cinta.."

Mark menggeleng kuat, ia tak sanggup seperti ini. Kata demi kata yang keluar dari mulut Jaemin membuat otaknya seolah berhenti bekerja, hatinya diselimuti kesedihan.

"Jika aku tak sanggup.."

"Jaem.."

Jaemin mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Mark. "Jangan merindukan aku.."

"Berbahagialah.."

"Dan tolong relakan aku, ya?" Katanya kaku.

Mark mengusap wajah Jaemin yang penuh air mata, ia kecup singkat bibir sang permaisuri dan berbisik begitu pelan.

"Aku sangat merindukan mu, aku tidak dapat bahagia tanpa mu dan aku tidak akan pernah merelakan mu meninggalkan ku."

Jaemin tersenyum begitu tipis, "aku tidak tahu apakah aku dapat membuka mata ku lagi nanti, karena ini sangat sakit Yang Mulia.. Jadi, aku ingin mengatakan bahwa aku sangat berterima kasih atas kebahagiaan yang Yang Mulia berikan. Aku bahagia." Kata Jaemin, air matanya menetes tanpa henti.

Tangan Jaemin terulur lemah menyentuh pipi Mark. "Hyung.."

"Hmm?" Balas Mark lembut, ia mengusap air mata dan peluh yang membasahi wajah Jaemin.

"Mark hyung.."

Mark mengusap air matanya cepat, "iya sayang?"

"Aku mencintai mu.."

Mark menarik napasnya yang sesak, kelopak mata Jaemin kembali tertutup perlahan, napasnya tersenggal pelan, kulitnya semakin memucat dan jemarinya tak lagi membalas genggaman tangan Mark.

"Aku tidak sanggup Jaemin.. Aku mohon, aku sudah tidak sanggup." Bisiknya lemah.

Mark memilih melangkahkan kakinya meninggalkan Jaemin yang tergolek lemah dan berlumuran darah, air mata menetes membasahi wajah tampannya. Ia memilih keluar dari kamar karena tak sanggup melihat Jaemin berjuang diantara hidup dan mati, antara sadarnya dan tidak.

The ArcturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang