Renjun berjalan tergesa di temani beberapa dayang menuju lapangan rumput di dekat paviliun, wajahnya cemberut dengan mata berkaca-kaca. Dayang utama yang bertanggung jawab atas Renjun terlihat begitu khawatir saat langkah Renjun semakin cepat.
"Yang Mulia, hati-hati.. Hamba akan sangat berdosa jika anda terjatuh."
"Aku mau bertemu Jeno.." Rengeknya.
Tanpa peduli kekhawatiran sang dayang, Renjun segera meminta para penjaga membuka gerbang yang memisahkan area istana dan area latihan prajurit. Saat gerbang terbuka suara-suara prajurit yang sedang berlatih terdengar bersahutan, dentingan pedang dan ringikan kuda.
Renjun melangkah masuk dan berdiri di sebelah tumpukan jerami, wajahnya semakin memerah saat tak ada satu pun yang memperdulikan kedatangannya.
"Hiks!"
Para dayang segera mengerumuni Renjun saat si cantik itu terisak, sepertinya suasana hati Renjun sedang tidak baik.
"Yang mulia.."
Isakan Renjun semakin keras membuat para dayang kebingungan, alasan apa yang mendasari keluarnya air mata berharga itu.
Mendengar suara ribut yang berbeda sang Sirius menoleh dan seketika berdecak gemas.
"Jeno!! Istri mu!!" Teriaknya sebelum kembali sibuk dengan busur dan anak panahnya.Jeno menghentikan tarikanya pada anak panah dan menoleh kebelakang, beberapa meter di belakangnya ada sang tercinta yang terisak-isak.
Jeno tersenyum geli melihat sang istri, dengan segera ia meletakkan busur panahnya lalu menghampiri Renjun.
"Hei cantik! Ada apa hmm?"
Seketika para dayang membuka akses untuk Jeno. Renjun mendongak, wajahnya basah karena air mata dan bibirnya mencebik.
"Kau meninggalkan aku, hiks!"
Jeno menghela napas lalu merengkuh Renjun kedalan dekapannya. Beberapa bulan ini Renjun benar-benar tidak mau lepas darinya, bahkan mereka harus mandi bersama karena si cantik kesayangan Jeno itu menempel erat bagai getah.
"Kandungan mu sudah membesar sayang.. Aku tidak mau kau kelelahan."
"Alasan, hiks!"
Jeno hanya diam, belajar dari pengalaman sebelumnya saat ia menyangkal maka Renjun akan menjerit keras dan berkata bahwa Jeno memarahinya.
"Hiks! Jeno tidak memperdulikan aku hiks! Jangan mendiamkan aku, hiks!"
Salah lagi..
"Hei hei.. Maafkan aku, aku salah." Jeno mengusap lembut rambut Renjun lalu mengucup puncak kepalanya beberapa kali.
"Iya kau salah, hiks!"
Jeno terkekeh melihat wajah menggemaskan Renjun saat merajuk.
"Sudah menikmati sarapan mu?"Renjun menggeleng, "belum.."
Alis Jeno menukik tajam saat tahu Renjun belum memakan sarapannya.
"Ibu tidak menyuruh mu makan?""Aku tidak mau! Aku langsung kemari setelah membersihkan diri."
Jeno menghela napas lalu tersenyum hangat. "Ayo kita makan bersama."
Renjun mengangguk pelan dan membiarkan Jeno memberikan pedangnya pada salah satu prajurit. Ini kemajuan karena kemarin Renjun tidak mau melepaskan pelukanya bahkan saat Jeno melepas ikat pinggang yang menyangga sarung pedangnya.
"Tidak ingin aku gendong?" Tanya Jeno saat Renjun bergelayut di lengannya.
Renjun menggeleng, "aku berat.."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Arcturus
FanfictionKetika Langit Arcturus Menjadi Saksi Bahwa Aku Mencintai Mu. NoRen - MarkMin - YukHae 19 Januari 2018 - 05 Juni 2020