16th

25.4K 2.9K 277
                                    

Haechan menatap ayahnya kebingungan saat sang ayah memasukkan semua barang berharga dan pakaiannya kedalam tas kain. Raut wajahnya begitu keras dan Taeil tidak menunjukkan ekspresi apapun saat Haechan bertanya kemana mereka akan pergi.

"Ayah, kemana kita pergi?"

"Tidak tahu Haechan-ah! Kita hanya harus berjalan pergi dari Rigel." Jawab Taeil dingin.

Haechan membantu Taeil mengepak pakaian dengan lebih rapi. "Kenapa kita pergi jika kita tidak tahu kemana?"

"Yang perlu kau lakukan adalah diam dan menurut!!" Balas Taeil dengan nada tinggi.

Haechan terkejut, dalam dua puluh tahun hidupnya ia tidak pernah melihat Taeil marah. "B-baik."

Haechan segera melipat pakaian dan jubahnya, sementara Taeil tidak peduli dengan lipatan yang ia lakukan hanya memasukkan pakaian secara asal dan cepat.

"Cepat Haechan! Waktu kita tidak banyak!"

Haechan menghentikan gerakan tangannya lalu menatap Taeil serius.
"Ayah, aku sudah dewasa dan tidak seharusnya kau memperlakukan aku seperti ini."

"Apa maksud mu? Kau melawan ayah? Aku tahu aku bukan ayah kandung mu, tapi kenapa kau melawan orang yang merawat mu sejak kecil?!"

Mata Haechan membulat kaget, selama ini Taeil tidak pernah menyinggung apapun tentang kenyataan itu, Taeil tak pernah membahas apapun setelah kematian ibunya.

"Kenapa ayah tiba-tiba membahas itu?! Aku tidak berniat melawan ayah! Aku hanya bingung kenapa kita harus hidup dalam pelarian? Adara, Archernar, Centaury dan Rigel! Kenapa kita harus terus berpindah jika asal kita Canopus?!!"

Taeil terbelalak, ia segera menggenggam tangan Haechan dan berlutut di depan anaknya.
"Darimana kau tahu?!"

Haechan menggigit bibirnya ragu, "Renjun tidak sengaja mengatakan bahwa kita dari Canopus."

"Jangan dengarkan!"

Haechan menatap Taeil segan, namun rasa penasaran membuatnya ingin menanyakan sebuah pertanyaan yang tak pernah Taeil jawab selama ini.
"Ayah, bukannya aku ingin meninggalkan mu, tapi aku ingin tahu siapa ayah kadung ku."

Taeil merosot duduk di lantai lalu terkekeh miris, ia tatap Haechan dengan pandangan berat.
"Ingin dengar sebuah cerita menyedihkan?"

"Huh?! Cerita?"

"Dulu, sebuah kerajaan besar memiliki satu putra mahkota dan pangeran. Awalnya semua baik-baik saja sebelum putra mahkota di temukan tewas bersimbah darah di kamarnya."

Haechan mendekap mulutnya tak percaya, siapa orang yang berani membunuh putra mahkota kerajaan besar.

Taeil terkekeh pelan melihat ekspresi Haechan. "Semua penyelidikan dilakukan oleh beberapa menteri yang tidak terima dengan kematian putra mahkota yang siap naik takhta karena raja telah wafat, tapi sebagian menteri memaksa bahwa kekosongan takhta yang terlalu lama akan berbahaya. Perdebatan terjadi, tapi akhirnya pangeran berhasil menduduki takhta dan kau tahu anak ku?"

"Apa?"

"Beberapa menteri yang tidak terima, berhasil menemukan bukti bahwa pangeran lah pelaku utama pembunuhan putra mahkota."

Haechan terkejut, ketidaktahuan tentang seluk beluk kerajaan yang kotor membuat Haechan kebingungan dengan para bangsawan. Kenaifan Haechan membuatnya berpikir adik macam apa yang membunuh kakaknya demi takhta.

"Jadi bagaimana kelanjutan kisah mereka ayah?"

Taeil menghela napas, ia mengorek dalam luka di hatinya yang bahkan belum kering sempurna.
"Para menteri itu memberontak dan memaksa pangeran turun takhta dan harus di hukum mati, tapi pangeran yang telah menjadi raja tidak terima dan menganggap para menteri itu pengkhianat. Hukum pancung diberikan pada seluruh anggota keluarga menteri."

The ArcturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang