The Arcturus

14.4K 1.6K 503
                                    

Matahari dan bulan terus bergantian merajai langit, waktu berputar begitu cepat mengganti hari, mengganti musim dan mengganti tahun tanpa dapat dihentikan oleh siapapun.

Jisung, Chenle dan Junkai telah tumbuh dengan sangat baik. Mereka tumbuh semakin dewasa karena usia, semakin kuat karena ditempa dan semakin siap untuk menggantikan takhta.

Tidak ada yang menduga bahwa Lee Jisung si bocah ompong yang suka bermain lumpur bersama anak petani kini tumbuh menjadi putra mahkota dengan wajah tampan, tubuh tinggi tegap, tatapan tajam, penuh kecerdasan dan kasih sayang serta rasa hangat.

Chenle yang dulu adalah submisif manja kesayangan baba kini menjadi sosok cerdas nan anggun yang penuh kelembutan, sosok penyayang bersenyum manis yang dicintai seluruh negeri dan yang pasti ia semakin mandiri.

Terakhir Wong Junkai, putra mahkota gembul dengan tingkah ajaib seperti ayahnya itu telah tumbuh menjadi luar biasa, sosoknya tangguh dan tampan, senyumnya memikat dan pengetahuannya begitu luas, namun dibanding sang ayah Junkai tumbuh menjadi pribadi yang cukup ambisius seperti kakeknya.

Entah kenapa memperhatikan tiga remaja dan seorang bocah tanggung membuat tiga ayah yang duduk di gazebo itu termenung dengan pemikiran masing-masing. Tiga, kalau dipikir ulang seharusnya tidak boleh tiga karena salah satunya pasti menjadi yang paling tersakiti. Hal itu membuat mereka memikirkan kisah cinta anak-anak itu.

Mark tidak masalah saat Jisung semakin dekat dengan Chenle, ia berharap darah Arcturus kembali bersatu namun ia benar-benar tidak ingin ikut campur dengan hati sang putra, Jisung cukup dewasa menyikapi perasaannya walau ia baru berusia sembilan belas tahun.

Mark tidak masalah, begitu juga Jeno. Si Aldebaran yang kini memiliki dua putra juga tidak merasa itu suatu masalah, walau terkadang ia cukup kesal dengan Jisung yang memonopoli Chenle, juga Wonjin yang sangat suka menempeli Jisung karena menganggap Jisung panutan seorang penerus raja. Intinya ia 'iya-iya' saja dengan pilihan putra manisnya asalkan jelas asal-usul dan kualitasnya.

Lain lagi Yukhei, ayah dengan putra dan putri ini cukup lelah dengan tawaran para bangsawan yang ingin menjodohkan putra atau putri mereka dengan Junkai dan Tian hingga Yukhei mengirim Tian ke kota pendidikan, Alderamin. Dan untuk Junkai, Yukhei juga tidak mempermasalahkan siapa tambatan hati putranya, mereka sudah cukup dewasa untuk hal itu.

Tidak perlu repot-repot memikirkannya, kan?

"Kenapa suasananya begitu hening?" Suara lembut memecahkan keheningan tiga raja besar itu.

"Ibu.." Mark segera berdiri dan membantu Jaemin menuntun Ten untuk duduk bersama mereka.

"Kenapa ibu kemari? Udara musim gugur tidak baik untuk kesehatan ibu." Kata Mark.

Ten terkekeh pelan membuat gurat keriput di wajahnya semakin jelas.
"Ibu juga ingin mengobrol bersama anak-anak ibu dan melihat mereka tumbuh besar, lagipula kita sangat jarang berkumpul seperti ini." Jawab Ten saat pandangan matanya menemukan empat anak-anak membuat keributan di pinggir kolam gazebo.

"Sayang sekali aku tidak bisa bertemu gadis cantik mu, Yukhei."

"Ah iya Laoma, aku dan Haechan memutuskan mengirim Tian untuk mengenyam pendidikan di Alderamin." Balas Yukhei sopan.

Suasana kembali hening, hanya terisi suara Junkai yang tiba-tiba tertawa menggelegar mirip ayahnya.

Renjun menyikut perut Jeno yang sedari tadi tidak mengajak ibunya mengobrol. Jeno meringis sakit, ingin mengumpat tapi yang dihadapinya adalah Renjun, lebih baik telan saja umpatan itu.
"Ibu sudah makan?" Tanya Jeno disertai senyum manis, senyum yang membuat matanya menyisakan garis melengkung.

The ArcturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang