4th

26.6K 3.5K 341
                                    

Yukhei menatap datar perkamen yang menumpuk di atas meja kerjanya. Semalaman ia tidak dapat memejamkan mata walau itu hanya satu menit. Bayang-bayang hal buruk terus menghantuinya, ayahnya telah mengetahui Haechan dan itu artinya kehancuran hubungan mereka tepat di depan mata.

"Yang Mulia, anda menerima surat dari Yang Mulia Minhyung."

Yukhei mengangguk singkat dan menerima gulungan surat dari sahabatnya. Ia membacanya dengan teliti hingga akhirnya ia menghela napas.

"Si bodoh itu." Gumamnya kesal.

"Siapkan upacara penyambutan untuk besok lusa karena putra mahkota Arcturus akan mengunjungi kita." Kata Yukhei pada pengawal pribadinya.

"Baik Yang Mulia."

"Dan jangan lupa beri tahu Yang Mulia Raja." Lanjut Yukhei malas.

Yukhei menyandarkan tubuhnya sejenak sebelum ia bergerak cepat mengambil jubah hitamnya.

"Aku akan menemui Haechan!" Kata Yukhei.

Pengawal pribadi Yukhei mengangguk dan mengikuti langkah Yukhei keluar istana. Ia sudah hafal dengan kebiasaan Yukhei yang suka keluar istana untuk menemui Haechan.

"Paman, apakah aku akan bahagia?" Tanya Yukhei.

Sixuan tertawa pelan dan mengangguk. "Akan ada waktu dimana anda bahagia Yang Mulia."

"Aku takut ayah ku membunuh Haechan dan keluarganya."

Sixuan terdiam. "Mohon maaf Yang Mulia, saya tidak tahu solusi untuk masalah anda."

"Tidak apa-apa paman. Aku baik-baik saja seperti ini."

.........

Renjun menatap kosong setangkup roti isi dan teh hijau yang diseduh bersamaan dengan kelopak teratai putih yang menjadi sarapannya hari ini, biasanya ia akan bersemangat meneguk minuman itu tapi, pagi ini ia benar-benar tidak selera.

Pintu kamar Jeno berderit tanda ada orang yang masuk. Renjun mendongak dan raut kecewa segera menghiasi wajahnya.

"Yang Mulia, anda harus makan."

"Dimana Jeno?" Tanya Renjun.

Dayang Shin kebingungan saat ditodong pertanyaan seperti itu. "P-pangeran sedang- emm sedang-"

"Dia membuang ku kan?!"

"Yang Mulia." Sahut dayang Shin sedih.

"Jika dia membuang ku seperti ini? Hiks! Lebih baik pulangkan aku ke Rigel!!" Isaknya.

"Yang Mulia, saya akan bicara dengan pangeran Jeno tentang kesedihan anda tapi saya mohon Yang Mulia makan sedikit saja."

Renjun menggeleng dan menangis. "Aku tidak ingin makan."

"Yang Mulia-"

Renjun terus menggeleng dan menangis. "Aku tidak mau makan hiks!"

Dayang Shin yang melayani Renjun beberapa hari ini menatap Renjun sedih. "Kenapa anda seperti ini Yang Mulia?"

"Aku ingin sendiri." Jawab Renjun dingin.

"Tapi-"

"Aku bilang aku ingin sendiri."

Dayang Shin menghela napas sedih dan mengangguk. "Baiklah, saya permisi."

Renjun mendongak dan menatap dayang Shin. "Panggilkan Jaemin, aku ingin bersama Jaemin."

Dayang Shin mengangguk patuh dan segera keluar untuk menemui Jaemin.

Renjun menatap kelopak teratai putih yang bergerak pelan di dalam teh. Ia kesal sekali pada Jeno, setelah meninggalkannya malam itu Jeno tak pernah menampakan batang hidungnya di depan Renjun.

The ArcturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang