Mark menghela napas, ia memijat pangkal hidungnya dengan tatapan masih fokus pada beberapa perkamen di mejanya. Ia terlihat jauh lebih kurus, matanya sayu dan pipinya terlihat semakin tirus dari hari ke hari. Mark memilih menenggelamkan dirinya pada urusan kerajaan semenjak Jaemin tertidur nyaman di ranjang mereka, bahkan Mark mulai jarang menengok Jisung di kamar bayinya.
Pintu ruangan Mark terbuka menampilkan Jeno dalam balutan jubah putihnya.
"Hyung.."
Mark melirik Jeno sekilas, "hnn?"
Jeno menghela napas, ia menarik kursi kayu di depan meja Mark lalu mendudukinya dengan kasar.
"Tidak ingin melihat Jisung?" Tanya Jeno.
Mark menghentikan gerakan tangannya diatas perkamen sejenak sebelum menghela napas dan kembali sibuk dengan perkamen.
"Aku belum memiliki waktu.""Kau yang tidak menyisihkan waktu untuknya." Balas Jeno kesal.
"Jen.. Hyung mohon pergilah!"
Jeno memijat kepalanya pelan, "hyung tidak berpikir, jika suatu saat Jaemin benar-benar pergi.. Hanya Jisung yang hyung miliki! Hanya Jisung yang mengingatkan hyung pada Jaemin!!"
"Jaemin tidak akan pergi kemana pun." Kata Mark dingin, tatapannya tajam menusuk pada Jeno.
Jeno balas menatap Mark tajam, "aku hanya berbicara kemungkinan terburuk! Satu bulan dan Jaemin belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar!"
Mark menggeram marah, ia berdiri dan menarik kerah jubah Jeno kasar.
"Lee Jeno!! Tutup mulut mu atau aku akan membunuh mu sekarang!"Jeno berdecih, ia melepaskan tangan Mark dengan kasar.
"Aku hanya ingin kau sadar hyung! Jisung membutuhkan mu! Kau tak ingin menggendongnya? Tertawa bersamanya? Menciumnya? Tidak mau? Sungguh tidak mau?!"Mark menarik rambutnya kasar lalu mengusap wajah lelahnya.
"Aku merindukan Jaemin.."Jeno menghela napas, "temui Jisung dan hyung akan mendapat obat terbaik untuk rasa rindu itu."
"Apa kau yakin?"
Jeno tersenyum tipis, "sangat yakin, kau akan merasa beban di bahu mu terangkat saat melihat putra mu tersenyum."
Mark mengangguk pelan, "Yah.. Nanti aku akan menemuinya."
Jeno menyandarkan tubuhnya pada kursi, "dua hari lagi aku akan kembali ke Rigel."
"Secepat itu?"
"Oh satu bulan yang sangat cepat."
"Tapi Jen.. Aku butuh Renjun untuk membantu mengurus Jisung."
Jeno menatap Mark tepat pada matanya, "Renjun akan tinggal."
Mark menghela napas lega, "terima kasih.. Aku tidak dapat berpikir apapun jika Jisung harus berbagi air susu dengan putri Koeun."
Jeno terkekeh, "karena aku merelakan Renjun untuk tinggal lebih lama, hyung harus bangkit.. Aku harap Jaemin segera sadar."
"Aku tidak tahu apa yang menyebabkan Jaemin seperti ini, kondisi tubuhnya baik-baik saja, tapi kenapa dia tidak membuka matanya." Ucap Mark frustasi.
Jeno termenung, "mungkin hanya belum saatnya dia membuka mata, seperti kata mu biarkan Jaemin beristirahat."
"Yah kau benar."
Jeno mengangguk pelan, ia beranjak dari duduknya. "Ingin keluar dari ruangan membosankan ini?"
"Untuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Arcturus
FanfictionKetika Langit Arcturus Menjadi Saksi Bahwa Aku Mencintai Mu. NoRen - MarkMin - YukHae 19 Januari 2018 - 05 Juni 2020