5th

27.4K 3.3K 434
                                    

Ten menatap kedua pemuda cantik yang duduk canggung di depannya. Tapi Renjun adalah yang paling terlihat gelisah, wajah tirus dan mata sembabnya semakin terlihat jelas ketika tatapan mereka bertemu.

"Ibu hanya ingin mengenal kalian lebih jauh, terutama Renjun."

Renjun segera membungkuk pelan. "Terima kasih atas kemurahan hati anda Yang Mulia."

Ten tertawa pelan. "Tidak perlu seperti itu sayang, mulai sekarang aku juga ibu mu. Panggil aku ibu."

Renjun hanya diam, ia merasa terbebani dengan permintaan Ten karena ia benar-benar tidak ingin mengenal apapun yang berhubungan dengan Jeno lebih jauh.

Ten menggenggam tangan Renjun dan Jaemin lembut, ia juga tersenyum begitu hangat.
"Ibu hanya ingin kalian bertahan sebentar lagi."

"Apa yang sebenarnya terjadi ibu?" Tanya Jaemin.

Ten menghela napas dan menatap mereka bergantian. "Kemarin malam kalian tahu apa alasan Minhyung dan Jeno mabuk?"

Jaemin membulatkan matanya kaget. "M-mabuk?"

Saat Jaemin begitu khawatir dengan Mark, Renjun hanya dapat menatap kosong wajah Ten.

"Sebelumnya kami bertengkar." Kata Renjun pelan, ia menunduk berusaha menyembunyikan matanya yang berair.

Ten menaruh perhatian penuh pada Renjun. "Ingin bercerita pada ibu?"

Renjun mendongak dan menatap Ten sedih. "Jeno marah pada ku karena aku meminta kembali ke Rigel, lalu ia berkata bahwa akan membakar ku menjadi abu dan mengirim abu ku ke Rigel setelah ia 'memakai' ku.. Hiks! Tapi aku menangis malam itu dan ia marah, hiks! Jeno berubah hiks! Aku pikir dia akan mencintai ku seperti semua kata-kata indah dalam suratnya."

"Jika Renjun ingin dicintai, kenapa menolak lamaran kami?" Tanya Ten lembut.

Renjun menggeleng. "Arcturus adalah kerajaan besar, aku takut dengan semua hal.. Jeno adalah aldebaran dan aku bukan apa-apa untuk bersanding dengannya. Aku takut ia akan mengambil lebih dari satu istri hiks! Hiks! Aku takut sekali ibu hiks! Ibu! Hiks!"

Ten dan Jaemin segera memeluk Renjun yang tubuhnya bergetar kuat menahan tangis.
"Dan sekarang semua terbukti bahwa Jeno hanya mempermainkan aku hiks! Dia tidak mencintai ku! Hiks! Aku hanya hadiah yang dia dapatkan dari Rigel! Hiks! Yang akan dia buang saat bosan hiks!"

"Aku benci fakta itu hiks!!"

Ten menepuk punggung Renjun lembut, berusaha menenangkan tangis pemuda manis bersurai hitam itu.
"Tidak sayang, semua yang kau pikirkan tidak akan terjadi sekarang ataupun nanti karena ibu sangat tahu, Jeno mencintai mu dengan caranya sendiri."

"Hiks! Hiks! Tapi disini sakit sekali hiks!" Renjun memukul dadanya beberapa kali saat rasa sesak datang ketika ia mengingat perlakuan Jeno.

Selama beberapa saat Ten dan Jaemin berusaha menenangkan tangis Renjun hingga Renjun mampu kembali duduk tegap.

Ten tersenyum dan mengusap air mata Renjun pelan. "Wajah cantik mu berkurang, bagaimana ini hmm? Apa ibu harus membagi kecantikan ibu?"

Renjun dan Jaemin tertawa pelan mendengar candaan Ten. Tak lama Ten beralih menatap Jaemin.

"Bagaimana cerita mu sayang?"

Senyum Jaemin menipis namun tak menghilang dari wajahnya.
"Kejadian biasa ibu, Mark hyung menolak menikah dengan ku dan pergi ke Centaury entah untuk ekspedisi apa, ayah tahu dan mereka bertengkar lalu yeah! Seperti biasanya."

Ten menghela napas. "Lalu bagaimana selanjutnya sayang ku?"

Jaemin tetap tersenyum. "Ada banyak cara untuk mencintai sesorang, aku akan menunggu Mark hyung tidak peduli ia menikahi ku atau tidak yang terpenting aku mencintainya."

The ArcturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang