Big Secret 3

2K 98 2
                                    

Langkahnya secepat angin saat meninggalkan rumah mantan kekasihnya. Sungguh dia merutuki nasibnya. Air mata yang sejak tadi ia tahan mati-matian kini tertumpah sudah. Seperti air bah yang tiba-tiba tercurah.

Cath menangis didalam mobilnya. Melebur semua rasa sakit yang menyayatnya. Luka yang di deritanya selama sepuluh tahun ini masih belum kering, kini harus di tambah luka baru. Tepatnya, Redrick bukannya menyembuhkan, justru malah menabur garam di atas lukanya. Pedih...perih...

Cath mengemudikan mobil Lamborgininya dengan kecepatan tinggi. Seperti orang yang kesetanan. Membabi buta. Siap menerkam apa saja yang ada di hadapannya. Beberapa kali terdengar umpatan dari pengemudi lain yang terganggu oleh laju mobil Cath. Dan beberapa kali pula dia hampir menabrak pejalan kaki kalau saja mereka tidak menghindar dengan cepat. Dan pastinya meninggalkan sumpah serapah mengutuk si pengendara sialan.

Akhirnya mobil itu berhenti di sebuah Club malam. Ya, tak ada tempat lain untuk melarikan diri dari kemelut ini. Satu-satunya yang ia inginkan saat ini adalah minum sampai mabuk. Itu adalah pelarian terkutuk yang paling menyenangkan.

"Beri aku satu botol minuman!" pintanya pada sang bartender.

"Baik nona," kata si bartender sambil tersenyum ramah. Lalu dengan cepat menyajikan sebotol wine. Dengan cepat Cath meneguk wine tersebut tanpa harus menuangkannya kedalam gelas terlebih dahulu.

Cath memperhatikan sekitarnya, tampak orang-orang tengah sibuk dengan aktifitas mereka. Seorang pria tua setengah mabuk datang mendekat kearahnya.

"Hai gadis manis, apakah kau sendirian?" tanya pria tua itu menggoda. Cath diam tak menyahut. "Hmmm, Sepertinya kau kesepian. Apakah kau sedang patah hati? Ayo laahhh, kita bisa bersenang-senang bersama. Aku akan memberimu sesuatu yang tak pernah kau dapatkan dari laki-laki manapun." Pria itu mulai memainkan tangannya, mengusap-usap paha Cath yang terbuka.

Seketika itu pula Cath berdiri dan mencengkram kerah baju si pria tua.

"Jangan macam-macam kau tua bangka! Aku bukan pelacur. Pergi dari hadapanku sebelum aku menghabisi senjata andalanmu ini!" geramnya berapi-api.

"Ok...ok...aku akan pergi. Huuhhh!" pria itu mendengus lalu pergi dengan wajah sebal. Cath kembali ke tempat duduknya dan menikmati minumannya.

"Semua laki-laki di dunia ini memang brengsek!" umpatnya lirih.

******

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat sebuah mobil memasuki halaman sebuah rumah. Tampak seorang lelaki keluar dari dalam mobil dan menuju kearah pintu rumah untuk kemudian mengetuknya dengan pelan.

Agak lama lelaki itu berdiri di luar rumah sampai kemudian muncullah seorang wanita dari balik pintu.

"Jack," seru Maria saat melihat siapa yang datang kerumahnya. "Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan malam-malam begini di sini?" tanyanya bertubi-tubi.

"Apakah kau tak mau mempersilahkan aku masuk dulu?" Jack balik bertanya.

"Ehmm....ya, baiklah. Masuklah!" Maria memberi jalan untuk Jack masuk ke dalam rumah. Jack memperhatikan sekeliling ruangan. Tampak di pojok ruangan bertumpuk-tumpuk kain tengah bertebaran di lantai. Dan di sebelahnya ada sebuah mesin jahit tua.

"Apakah kau sedang sibuk?" tanya Jack kemudian.

"Yaaa, sepertinya aku tak bisa membohongimu," Maria menjawab asal. "Katakanlah apa yang membuatmu datang kemari?" lanjutnya.

"Kenapa? Apakah kau terganggu dengan kedatanganku?" Jack balik bertanya lagi. Dan itu membuat Maria memutar bola matanya.

"Jangan salah paham. Aku hanya berfikir bagaimana mungkin malam-malam begini kau mendatangi seorang wanita lajang, lalu bagaimana dengan istrimu sendiri? Bukankah kau seharusnya menghabiskan waktumu di ranjang yang hangat dengan ibu dari putrimu?"

You are Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang