Luna dan Daniel sudah kembali ke apartemennya. Acara pernikahan hari ini benar-benar sangat melelahkan. Mr Campbell sebenarnya meminta Luna untuk tinggal serumah dengan mereka. Namun niat baik tersebut di tolak mentah-mentah dengan dalih dia ingin punya keluarga sendiri.
Daniel merebahkan tubuhnya di sofa begitu saja setibanya di dalam apartemen. Kakinya terasa pegal-pegal setelah seharian berdiri terus dan menyalami tamu undangan. Ternyata banyak juga sahabat-sahabat Luna yang datang meski mereka tak diundang. Kebanyakan dari mereka adalah teman satu kampus.
Luna hanya melirik saja melihat tingkah Daniel yang dia rasa sudah bertingkah seenaknya di tempatnya. Ya, dia harus merelakan jika akhirnya sebagian yang ia miliki juga di miliki Daniel. Apartemen misalnya. Karena status suami sudah mengikatnya.
Luna masuk ke dalam kamarnya dan melempar tas begitu saja ke atas ranjang. Dengan langkah gontai dia berjalan menuju kamar mandi. Ingin cepat di leburnya dengan air hangat rasa penat yang menggelayut saat ini.
Luna kembali melangkah keluar dari kamar mandi hanya dengan sebuah handuk berwarna cream yang melilit di tubuhnya. Dan betapa terkejutnya dia saat tiba-tiba melihat pemuda itu berdiri bersandarkan lemari dengan kedua tangan bersilang di dadanya.
"Kau! Kenapa kau tiba-tiba masuk dalam kamarku tanpa seizin dariku?!" Luna menghardik. Tangannya lalu meraih sebuah selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih terekspos.
"Aku hanya ingin menumpang mandi," jawab pria itu ringan tanpa rasa bersalah.
"Mandi? Bukankah kau bisa menggunakan kamar mandi di dekat ruang tamu? Lalu untuk apa kau kemari? Jangan katakan kau mau berbuat sesuatu padaku." Daniel tertawa mendengar tuduhan Luna.
"Kenapa kau tertawa? Tidak ada yang lucu! Cepat pergilah atau aku akan mengusirmu dari sini.""Kau lupa kalau apartement ini sekarang juga milikku."
"Shiitt, pergilah kau keneraka! Aku benar-benar muak denganmu!" Luna mengumpat kesal. "Cepat pergilah, aku akan berganti pakaian."
"Bukankah sudah ku bilang kalau aku ingin menumpang mandi?" Daniel bertahan.
"Kau bisa memakai kamar mandi yang ada di dekat ruang tamu bukan?"
"Ya, baiklah. Tapi aku ingin kau meminjamkan handukmu padaku. Kau tau aku masih belum membawa barang-barangku." Luna mendengus. Dengan cepat dibukanya sebuah sisi lemari yang bertumpukkan sederet handuk dan selimut.
"Ini. Pakailah! Dan cepat pergi dari kamarku!" Luna melemparkan handuk tersebut begitu saja.
Daniel kemudian berlalu dari kamar tersebut tanpa lupa menutup pintu terlebih dahulu. Namun sesaat kemudian saat Luna sudah melepas handuknya dan siap mengganti pakaian, tiba-tiba pria itu muncul kembali.
Lunapun terperanjat karenanya.
"Kauuuuu?!" Wanita itu menyambar selimut yang tadi ia letakkan di atas ranjang. Daniel hampir terkekeh melihat sikap lucu yang di tunjukkan Luna padanya. Ahhh, apakah wanita itu lupa kalau Daniel sebelumnya sudah pernah melihat tubuh polosnya?"Kenapa kau kembali lagi, dasar hidung belang?! Kau sengaja ingin melihat aku berganti pakaian? Dasar kurang ajar!" Luna melempar sebuah bantal kearah Daniel, dan pria itu menangkis dengan cepat.
"Haahh, bahkan aku sudah tau semua lekuk tubuhmu sebelum ini."
"Sialan kau! Apa yang kau mau dariku, brengsek!" Luna masih melempar apa saja yang berada di kamar itu.
"Ayolahh, berhentilah atau aku tak akan pergi dari sini." Daniel mulai gusar karena kini Luna tak hanya sekedar melempar bantal ataupun guling. Namun juga gunting yang kebetulan tergeletak di atas meja rias.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine (END)
عاطفيةLaluna de Claudia, seorang wanita cantik, seksi, menarik, namun jauh dari kata ramah. Tak ada senyum di bibirnya meski setumpuk kebahagiaan menaungi. Dia seorang direktur utama di sebuah perusahaan Star Company. Dan di usianya yang ke-30 ini, dia ma...