"Kau? Kenapa kau ada disini?"
Luna tak percaya kalau pemuda itu akan menunggunya di depan pintu apartemennya.
"Apa yang kau lakukan disini, pemuda sialan?!" tanya Luna sekali lagi dengan nada tinggi.
"Daniel. Kau harus terbiasa memanggilku dengan nama itu sekarang," Daniel memotong cepat.
"Asshhh, terserahlah. Itu tak ada bedanya buatku," Luna menampik. Dia lalu membuka pintu apartemennya dengan cepat. Dan dengan cepat pula Daniel menerobos masuk kedalam.
"Apa yang kau lakukan?!" Luna menghardik.
"Tidakkah kau tau kalau aku sedang mengunjungi calon istriku?"
"Dasar pemuda brengsek! Pergi sekarang juga atau aku akan memanggil satpam untuk menyeretmu keluar!" Luna mengancam dengan tatapan sengit yang menyorot tajam pada Daniel. Namun sepertinya tatapan mengerikan itu tak berpengaruh sedikitpun pada laki-laki itu.
"Lakukanlah kalau kau berani."
"Kenapa tidak? Kau menantangku?"
"Terserah. Hanya saja aku akan memberimu pilihan, aku keluar dengan menolak menikah denganmu, atau aku tetap disini dan menikah denganmu?"
"Kau gila!"
"Kau sudah membuat hidupku gila sejak masuk dalam kehidupanku."
"Ingatlah siapa dirimu wahai bocah!"
"Dan bocah ini sebentar lagi akan menyandang status sebagai suamimu. Dan namamu akan terikat denganku sebagai Luna de Lavince."
"Dengar Daniel Lavince, ini hanya keberuntunganmu saja atau sebuah kesialan bagiku. Kau jangan pernah berharap lebih dariku, karena aku takkan pernah mencintaimu," Luna menikam dengan nada yang di tekankan.
Daniel tak menjawab apapun. Hanya senyumnya yang tersungging manis menghiasi bibir merahnya. Membuat Luna jengah dan berbalik arah tanpa menghiraukan lagi keberadaan pria itu.
"Memang sebuah keberuntungan bagiku, tapi bukanlah kesialan bagimu, Laluna de Claudia. Sebuah takdir telah mempertemukan dan menyatukan kita. Aku mencintaimu, dan aku akan membuatmu jatuh cinta padaku," gumamnya lirih setelah Luna berlalu dari hadapannya.
Luna pergi ke kamar tidurnya dan tak kembali lagi setelah menutup pintu kamar. Daniel tak ambil pusing dengan sikap Luna tersebut. Dia sudah bertekad akan menghadapi segala sifat dingin dan tak acuh wanita angkuh itu.
Daniel menutup pintu apartemen tersebut dan merebahkan tubuhnya di kursi tamu. Matanya berusaha ia pejamkan dengan cepat, sebelum wanita itu akan kembali dengan segudang cercaannya.
Dan benarlah, tepat pada tengah malam, Luna kembali ke ruangan dimana Daniel berada. Niatnya untuk mengecek apakah pemuda itu sudah pergi atau masih ada di sana. Dan terjawab sudah pertanyaannya saat matanya melihat sosok tubuh tengah terbaring santai di kursi panjang miliknya. Kakinya yang sebagian menggantung karena tinggi badannya memang tak sesuai dengan ukuran kursi tersebut.
Luna mendengus kesal. Di bantingnya pintu kamar dengan keras membuat Daniel tersentak dari tidurnya untuk sesaat. Dan matanya kembali tertutup saat di lihatnya tak ada siapapun di ruangan itu selain dia.
Keesokan harinya.....
Luna sudah bangun dari tidurnya. Hari ini dia sudah bersiap untuk menghadiri rapat di kantornya. Ya, hari ini adalah hari terakhirnya bekerja. Karena untuk dua hari lagi pernikahannya akan berlangsung. Setidaknya itu dia lakukan dengan terpaksa karena ada beberapa persiapan yang harus dia laksanakan. Meski semua sudah di bebankan pada Ev, namun Luna juga tak bisa mengesampingkannya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine (END)
RomanceLaluna de Claudia, seorang wanita cantik, seksi, menarik, namun jauh dari kata ramah. Tak ada senyum di bibirnya meski setumpuk kebahagiaan menaungi. Dia seorang direktur utama di sebuah perusahaan Star Company. Dan di usianya yang ke-30 ini, dia ma...