He's come back

2.2K 99 0
                                    

Today is Sunday. Sudah pasti hari libur bagi mereka-mereka yang selama hampir seminggu penuh berkutat pada pekerjaan ataupun studynya.

Luna tengah bermalas-malasan di atas ranjang king sizenya ketika bel pintu apartemen berbunyi. Suara nyaring dan berkali-kali tanpa jeda sekalipun, sudah pasti Luna bisa menebaknya. Itu pasti Ev.

Dengan setengah hati dia bangkit dari pembaringan lalu membuka pintu. Dan benarlah dugaannya. Tidak salah lagi. Evelyn Lawrence. Bola matanya memutar saat melihat sahabatnya itu. Tanpa permisi, Ev sudah mendahului masuk.

"Kau suka sekali menggangguku Ev," kata Luna dingin lalu duduk di sofa ruang tamu.

"Ayolah Moon (panggilan kesayangan Ev pada Luna yang berarti Bulan), this is Sunday."

"And then?"

"We should have fun."

"Sure."

"Lalu kenapa kau masih enak-enakan bernaung di apartemenmu yang membosankan ini?" Ev mulai menggerutu.

"Membosankan menurutmu, tapi tidak buatku," sahut Luna tak acuh sambil melipat kedua tangannya. "Katakan ada apa kau kemari? Kalau kau mau mengajakku keluar, i'm sorry, but I can't go."

"Ada apa Lun? Apa yang telah terjadi?" Ev memperhatikan Luna dengan serius. "Apa yang terjadi pada Daniel? Apakah kau melakukan sesuatu padanya?" tanya Ev tiba-tiba saat dia ingat bahwa kemarin Luna menanyakan keberadaan Daniel. Dan pertanyaan itu membuat Luna melotot seketika.

"Kenapa?" Ev mengerdikkan dagunya, bertanya.

"Kau ini sahabatku atau bukan sih?Kenapa kau malah memikirkan cecunguk itu? Sama sekali kau tak peduli dengan nasib sahabatmu ini ya? Sialan kau!" Luna menggerutu.

"Lalu? Apa yang sebenarnya terjadi Lun?"

"Pemuda brengsek itu sudah melakukan sesuatu padaku. Dia sudah membuat hidupku kacau."

"Apa maksudnya sihh? Aku masih tidak mengerti. Tolong jelaskan padaku, dan jangan berbelit-berbelit," Ev menekan.

Luna terdiam sejenak. Mengambil napas panjang. Matanya menerawang ke jendela kaca apartemen. Ingatannya kembali pada kejadian semalam. Semua terjadi begitu cepat.

"Anak sialan itu mengatakan kalau dalam sebulan lagi kami akan menikah," cetusnya berat.

"What?" Ev terlonjak kaget "Are you kidding me?" serunya tak percaya.

" You think so?"

" May be."

"Sayangnya itu benar. Kesialan sedang menimpaku," Luna mendengus.

"Bagaimana mungkin? Kau tak membantahnya?"

"Dia mengatakan kalau aku harus mengikuti permainannya kalau tak ingin penyakit Daddy kambuh," Luna menjelaskan.

"Bagaimana dia bisa tau soal itu? Apa kau cerita padanya soal penyakit ayahmu?"

"Harusnya aku yang lebih dulu tanya padamu Ev, bagaimana bisa bocah sialan itu tau soal penyakit ayahku?Aku pikir kau yang memberi tahunya."

"Tak mungkin Luna. Aku tak sedekat itu dengan dia sampai aku menceritakan segalanya tentangmu padanya," Ev membantah. "Jadiiii, kau serius mau menikah dengannya?" tanyanya kemudian.

"Jangan bodoh! Menikah dengan cecunguk itu? Biarlah dia bermimpi. Sama sekali aku tak sudi menjalin hubungan dengan bocah ingusan seperti dia, apa lagi menikah. Ciiihhh, menjijikkan!"

"Lalu? Ayahmu?"

"Aku akan mengatakan yang sebenarnya. Besok aku akan menemuinya."

Dan pembicaraan itupun terhenti sejenak. Ev sedang berfikir keras. Bahwa sepertinya ini sudah di atur oleh Tuhan. Namun entahlah, kalau saja dugaannya benar, pastinya dia juga takkan keberatan kalau sahabatnya itu menikah dengan Daniel, seorang pemuda yang usianya jauh lebih muda. Usia gak jadi masalah. Yang penting setia. Ev berharap, luka sahabatnya itu akan cepat tertutup dan sembuh. Dan kalau Daniel adalah orang yang bisa menyembuhkannya, why not?

You are Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang