Luna terbangun dari tidurnya saat Daniel pulang dalam kondisi mabuk berat. Pintu yang di buka kasar membuatnya terjaga seketika.
"Apa yang terjadi, Daniel?" tanya Luna penuh kekhawatiran. Tak ada jawaban apapun dari pria itu. Dia bahkan menepis saat tangan Luna hendak memegangnya. "Daniel, katakan padaku! Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kau dari mana saja? Aku mencarimu ke cafe, tapi kau tak ada disana."
Ya, beberapa waktu lalu, Luna memang mencari pria itu ke tempat ia bekerja. Luna merasa cemas dan takut terjadi sesuatu padanya sehingga mau tak mau ia terpaksa mencarinya kesana. Namun sayang, pegawai cafe bilang kalau Daniel tak datang berkunjung.
Luna juga mencoba menanyakan siapa orang yang dekat dengan Daniel selama ini. Dan sayangnya pula tak ada satu dari teman Daniel di cafe yang juga mengetahui seluk beluk pria itu. Semua menjadi sia-sia. Akhirnya Luna memutuskan untuk kembali ke apartemen dan menunggunya pulang.
Dan kini saat Daniel datang, Luna melihat keadaan pria itu sangat mengenaskan. Bau alkohol tercium hampir di seluruh tubuhnya. Luna bermaksud membantu melepaskan pakaiannya, namun Daniel menolak mentah-mentah.
"Aku bisa sendiri. Tidurlah!" hanya itu kalimat yang terlontar dari mulut sang suami.
Meski tak begitu jelas, namun Luna bisa melihat ada nada kesal yang tertuju pada dirinya. Luna semakin bingung di buatnya.
"Aku akan membuatkanmu perasan jeruk nipis. Tunggulah sebentar," tawar Luna padanya lalu keluar dari kamar.
Beberapa saat kemudian wanita itu datang dengan segelas air perasan jeruk nipis di tangannya. Namun sayang, saat ia kembali, Daniel sudah terlelap dalam tidur. Luna hanya mendesah panjang. Meletakkan minuman di tangannya ke atas meja lalu dia mencoba membantu Daniel melepas sepatu yang masih di pakai pria itu. Terakhir, Luna memberikan sebuah selimut tebal sebelum akhirnya iapun menyusul ke atas peraduan.
●●●
Luna bangun saat alarm berbunyi beberapa kali. Matanya nengerjap perlahan. Ia menoleh ke samping tempat tidur, namun disana tak di jumpainya sosok Daniel. Kemana dia? Apa dia sudah bangun?
Dengan segera Luna bangkit dan mencari pria itu. Mencoba mengetuk pintu kamar mandi yang tertutup, berharap kalau Daniel ada di dalam sedang membersihkan diri. Namun tidak ada sahutan apapun sampai akhirnya mau tak mau Luna membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam.
Kosong. Tak ada siapapun. Kemana Daniel pergi? Luna lalu mengecek kembali seluruh ruangan di apartemennya. Namun orang yang di cari tak ada disana. Wanita itu mulai di landa kebingungan. Ini bahkan masih sangat pagi. Dan Daniel sudah pergi. Apakah, dia hanya turun sebentar? Mungkin keluar mencari sesuatu, hiburnya dalam hati.
Disaat itulah mata indahnya menangkap secarik kertas yang tertempel di papan dekat pantry. Tempat mereka biasanya meninggalkan pesan. Luna membaca pesan itu dengan tangan bergetar. Entah mengapa hatinya dihantui rasa takut saat ini.
Tiga bulan. Bukankah itu waktu yang kau minta? Aku tahu ini belum saatnya. Namun aku akan meringankan bebanmu dengan segera memenuhi permintaanmu itu. Kita akan bercerai!
Tubuh Luna lemas seketika. Ambruk ke lantai bersamaan dengan jatuhnya kertas yang ia baca. Tanpa ia sadari kedua matanya mulai berkaca-kaca. Luna mencoba untuk kuat dengan menerima kebenaran itu. Namun entah mengapa hatinya merasa perih dan sakit secara bersamaan.
"No! No! This is impossible!" ia mencoba menghibur diri. "Daniel pasti sedang bercanda denganku," gumamnya seraya meremas ujung gaun tidur yang ia pakai. Dan beberapa saat kemudian ia beranjak dari tempatnya lalu mengambil ponsel yang sejak semalam tergeletak di atas meja rias.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine (END)
RomanceLaluna de Claudia, seorang wanita cantik, seksi, menarik, namun jauh dari kata ramah. Tak ada senyum di bibirnya meski setumpuk kebahagiaan menaungi. Dia seorang direktur utama di sebuah perusahaan Star Company. Dan di usianya yang ke-30 ini, dia ma...