Open your self

1.7K 107 11
                                    

Siapa gerangan orang yang mengintai tersebut?

Tatapan mata itu begitu sendu dan sayu. Dengan segala keberanian, dia akhirnya keluar dari persembunyian. Cath yang hendak melangkah masuk ke dalam rumahnya mendadak mengurungkan niat karena merasa ada seseorang di belakangnya. Wanita itu menoleh perlahan. Dan pandangannya tiba-tiba lumpuh saat sepasang mata menatapnya dengan penuh luka. Meski Cath tidak mengenal dekat siapa orang itu, namun dia tau bahwa orang itu adalah....

"Maria....."

________

Luna baru saja sampai di apartemennya sesaat yang lalu. Hari ini dia sengaja tidak ke kantor. Biarlah...cuma sehari bolos, pikirnya. Tentunya Luna sudah konfirmasi dengan Bertus dan Ashley sebelumnya agar jadwal rapat tak terganggu karena ketidak hadirannya.

Sementara itu Daniel tengah bersiap-siap berangkat ke cafe. "Kau akan bekerja?" tanya Luna saat melihat aktifitas Daniel yang mondar-mandir di depannya.

"Hmmm." Hanya itu yang keluar dari mulut pria tersebut. Luna mendesah panjang. "Kenapa? Kau tak ingin aku bekerja? Kau ingin aku di rumah, begitu?" Luna berdecak karenanya.

"Pergilah! Siapa pula yang menginginkanmu tinggal?" Luna melengos. Sebenarnya saat ini Luna memang ingin Daniel ada di rumah. Dia tak ingin diam di apartemen sendiri. Tapi untuk mengakui keinginannya, sungguh dia gengsi sekali.

"Kalau kau ingin aku tinggal dan mengambil libur untuk hari ini, maka aku akan melakukannya." Tiba-tiba Daniel berbisik di telinga wanita itu. Begitu dekat dan intim. Luna bahkan bisa merasakan hembusan napas pria tersebut.

Tentu saja tubuh Luna memanas seketika. Dan untuk menutupi keadaan emosinya yang mulai tumpang tindih, wanita itu bangkit seketika dari duduknya lalu mengambil air minum di dalam lemari es. Setidaknya air dingin itu bisa meluruhkan getaran aneh yang sesaat lalu berpendar dalam darahnya.

"Tidak....tidak....pergilah! Aku tidak masalah di rumah sendiri." Ya. Wanita ini sungguh munafik sekali. Berkata tidak padahal hatinya meneriakkan kebodohannya karena berbohong.

"Baiklah kalau begitu. Tapi, beri aku satu ciuman sebelum aku pergi." Belum sempat menghindar, Luna sudah mendapat serangan mendadak tersebut. Tak tanggung-tanggung, Daniel langsung merengkuh tengkuk leher istrinya dan menciumnya dengan dalam. Tangan kiri wanita itu yang masih memegang gelas di tangannya sibuk meraba-raba letak meja, sementara bibirnya berusaha membalas ciuman Daniel.

Hingga saat ini kenyataannya Luna lupa kalau dia sudah tak pernah menolak setiap sentuhan yang di berikan Daniel padanya. Wanita itu melenguh panjang saat tangan Daniel menyentuh dua gunung kembarnya. Sungguh Luna tak ingin mengakhirinya. Diapun merespon sentuhan Daniel dengan meremas rambut pria itu.

"Haruskah aku benar-benar tidak pergi saat ini?" Bisik Daniel di antara cumbuannya di balik leher jenjang istrinya. Mata pria itu sudah berkabut oleh nafsu. Luna tak menjawab apapun. Harga dirinya yang terlalu tinggi seakan masih bisa menutupi keinginannya bahwa dia sendiri sesungguhnya menginginkan pria tersebut.

Daniel sudah menggiring tubuh Luna ke atas sofa dan mulai menindihnya saat tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Awalnya keduanya tak menghiraukan, namun bel tersebut semakin gencar bersahutan. Dengan kesal Danielpun mengakhiri kegiatannya. Kalau hanya seorang Cleaning Service yang datang, dia bersumpah akan menendang orang itu langsung.

Daniel lalu berjalan ke arah pintu sedangkan Luna sibuk memperbaiki kondisinya yang berantakan dengan pakaian setengah terbuka. Daniel terkejut saat melihat siapa orang yang ada di balik pintu. Dia lalu menoleh ke arah Luna sesaat.

"Siapa?" tanya Luna yang merasa di perhatikan. Dia lalu datang mendekat. Dan matanya melebar manakala tau siapa yang datang itu. "Ev?"

"Moon...." Tanpa di komando lagi kedua wanita itu saling menghambur dan berpelukan satu sama lain. Daniel menarik napas panjang.

You are Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang