Kedua wanita itu masih ada di rumah makan tempat mereka menyelesaikan makan siangnya. Banyak yang mereka obrolkan disana. Mengenang masa-masa silam saat mereka sekolah dulu. Mengupas seluruh kebahagiaan yang pernah mereka lalui bersama. Ya, mereka bertiga. Luna, Ev, dan Jane. Mereka adalah tiga serangkai.
Kemanapun mereka pergi, takkan lepas dari tatapan mata kagum dari orang-orang sekitarnya, terutama para pria. Tidak hanya cantik dan energik. Ketiganya adalah kelompok kaum hawa yang sexy dan menarik. Seolah saat mereka berjalan ada cahaya terang yang menyinari. Seperti itulah penggambaran ketiga serangkai ini.
Dan kini, mereka merasakan kebahagiaan itu kembali. Kebahagiaan yang pernah mereka reguk bersama di masa lalu. Hanya saja saat ini formasi masih belum lengkap karena salah satu dari mereka masih menghilang entah kemana.
"Aku tidak sabar ingin segera mengatakan kabar gembira ini pada Ev. Dia pasti senang mendengar kita sudah berbaikan," ujar Luna di sebuah pembicaraannya.
"Apakah dia sudah lama menghilang?" Jane mengklarifikasi.
"Hmmm, dan dia sudah berjanji akan menelfonku. Namun sampai sekarang anak itu masih belum menunjukkan keberadaannya. Aku takut terjadi sesuatu padanya," Luna menggumam pelan.
"Tidak. Semoga dia baik-baik saja."
"Ya. Semoga saja," Luna membenarkan. "Oh, ya Jane. Katakan padaku apa tujuanmu sebenarnya menemuiku?"
"Ehm...sebenarnya--," Jane ragu mengungkapkannya. Sahabatnya itu terlalu pandai menebak isi hati seseorang. Memang benar, tujuan utamanya bertemu Luna bukan karena ingin memberitahukan mengenai hubungannya dengan Matt. Namun ada hal lain lagi.
"Jadi ?" Luna mengerdikkan ujung dagunya, mencoba mendesak.
"Ehmmm, aku ingin pinjam uang padamu, Luna. Kau tau, aku pergi dari rumah Matt hanya membawa tabunganku saja. Dan kini uang itu hampir menipis. Setelah ku pakai untuk menyewa sebuah rumah kecil untukku tinggal bersama Jimmy dan untuk keperluan sehari-hari juga sekolah Jimmy, aku membutuhkan uang lagi."
"Baiklah, katakan berapa kau perlu?" sambar Luna cepat.
"Ehmm, itu....terserah padamu saja."
Luna lalu mengambil cek dari dalam tasnya dan menuliskan sejumlah nominal di kertas itu.
"Apa segitu cukup?" tanya Luna sambil menyerahkan cek yang sudah ia tanda tangani sebelumnya.
"Oh, ini bahkan terlalu banyak, Luna." Jane terbelalak.
"Hmm, tidak apa-apa. Anggap saja aku memberikan selebihnya untuk Jimmy."
"Thanks for it." Jane meraih tangan sahabatnya dengan mata yang berkaca-kaca menahan haru. Luna hanya tersenyum dan mengangguk ringan. "Aku akan mengembalikannya saat aku sudah menerima pekerjaan nanti."
"Jangan permasalahkan soal itu. Kau bisa mengembalikannya kapanpun." Kembali keduanya berpelukan. Jane kini merasa tidak sendiri lagi. Dia yakin akan bisa melalui masa-masa sulit ini. Disaat dia sendiri harus tercampakkan oleh orang yang sangat ia kasihi, Matt.
* * * * *
Luna dan Jane ternyata sudah keluar dari rumah makan sejak beberapa saat yang lalu. Kini keduanya sedang berada di dalam mobil untuk menuju kembali ke kantor. Namun di tengah-tengah jalan, Luna melihat sebuah toko mainan. Diapun menghentikan mobilnya seketika.
"Jane, tunggulah disini sebentar. Aku akan membelikan sesuatu untuk Jimmy." Dan wanita itupun keluar dari mobil sementara Jane menunggunya di dalam. Bibir Jane tak lepas dari senyum yang mengembang. Kebahagiaan karena kembalinya sang sahabat sungguh tak dapat diartikan. Mungkin malam ini dia akan merayakannya dengan Jimmy, anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine (END)
RomanceLaluna de Claudia, seorang wanita cantik, seksi, menarik, namun jauh dari kata ramah. Tak ada senyum di bibirnya meski setumpuk kebahagiaan menaungi. Dia seorang direktur utama di sebuah perusahaan Star Company. Dan di usianya yang ke-30 ini, dia ma...