Matt berulang kali berusaha menelpon Luna. Namun hingga telponnya yang ke tujuh, wanita itu masih belum mengangkat sama sekali. Dia mendengus kesal di balik setang kemudinya. Daniel hanya melirik sekilas melihat kejengkelan yang tersirat di wajah Matt.
"Biar aku yang menelponnya. Percuma saja meskipun kau akan mencobanya seratus kali, dia tak akan mengangkat. Karena dia tau itu dirimu. Dan dia pasti tak mau mengangkat telpon dari orang yang sudah mengecewakannya," kata Daniel sembari merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya.
Matt jelas saja mengumpat kesal dalam hati. Dia mengutuk perkataan pemuda di sampingnya tersebut karena apa yang dia katakan memang ada benarnya.
* * * * * *
Sementara itu di butik Ev...
Suara panggilan dari bunyi ponsel milik Luna yang terus berdering. Yacchh, ini yang ketujuh kalinya nomor yang sama itu menghubungi.
"Kau tak coba mengangkatnya?" tanya Ev yang sejak tadi cuma memperhatikan Luna yang duduk dalam gelisah.
"Untuk apa? Aku tidak punya urusan dengannya!" cetus Luna spontan.
"Mungkin saja ada sesuatu hal penting yang akan dia bicarakan denganmu," Ev menyimpulkan. Wanita itu sambil menekuni manik-manik yang akan di pasangkan di salah satu gaun designnya.
"Aku tidak perduli tentang apapun itu. Dan aku juga tak tertarik untuk mendengarnya." Luna menarik napas panjang, seakan lelah dengan keberadaan pria itu yang akhir-akhir ini mulai mengganggunya kembali. Dia masih tetap duduk santai di kursi goyang milik Ev saat sebuah telpon berbunyi kembali. Dan ini yang ke delapan kalinya.
Luna hendak mematikan ponsel tersebut saat di lihatnya sebuah nama lain yang tertulis di kontak nama panggilan tersebut.
"Daniel?" desisnya lirih. Namun Ev masih sempat mendengar nama yang Luna ucapkan.
"Daniel?" Ev menyahut. Dan diapun menghentikan pekerjaannya untuk sementara. "Untuk apa dia menghubungimu?" tanyanya kemudian. Luna mengerdikkan bahunya sebagai jawaban atas pertanyaan Ev, tak urung ia pun mengangkat telfon tersebut.
"Ada apa? Kenapa kau menghubungiku?" tanya Luna dingin seperti biasanya saat mengangkat telpon dari Daniel.
"Katakan, kau sedang apa dan dimana kau sekarang!" kata Daniel tanpa menghiraukan sikap dingin dari perkataan wanita itu. Dia sudah mulai terbiasa dengan semua tingkah laku Luna yang kadang menjengkelkan baginya.
"Untuk apa aku memberitahumu di mana aku berada? Kau bukan siapa-siapaku sampai aku harus mengatakan semua apa yang ku lakukan dan dimana keberadaanku," Luna mencetus kesal.
"Jangan lupa bahwa aku calon suamimu!" Daniel mencoba mengingatkan posisinya.
"Jangan bertingkah kau bocah! Jangan mentang-mentang kau akan menikah denganku lantas kau bersikap semaumu." Luna mulai gusar. Dia sudah bangkit dari duduknya. Ev hanya bisa memandangi sahabatnya dengan raut wajah yang serius.
"Sudahlah, aku tak banyak waktu. Katakan sekarang kau ada dimana, karena kau tak akan menyangka saat ini aku sedang bersama siapa." Di seberang sana tampak Daniel melirik sekilas ke arah Matt yang fokus mengemudi sambil tetap memasang telinganya untuk mendengar pembicaraan antara Daniel dan Luna.
"Katakan, kau bersama siapa?" Luna mulai tertarik dengan kata-kata Daniel.
"Matt, Michael Matthew Romeli. Kau pasti kenal nama itu kan?"
"Matt?" suara Luna tercekat. Pandangannya beralih menatap Ev. Dan alhasil mereka tampak saling melotot kaku.
"Ya, sekarang katakan dimana kau berada? Karena kami akan ke tempatmu." Daniel mempertegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine (END)
RomanceLaluna de Claudia, seorang wanita cantik, seksi, menarik, namun jauh dari kata ramah. Tak ada senyum di bibirnya meski setumpuk kebahagiaan menaungi. Dia seorang direktur utama di sebuah perusahaan Star Company. Dan di usianya yang ke-30 ini, dia ma...