Sejak saat itu hubungan Daniel dan Grace tampak lebih dekat. Grace memang sengaja tak menyinggung soal perkataannya malam itu. Dia tak mau membuat pria yang di sukainya tersebut menjadi tertekan dan akhirnya menjauh.
Daniel sendiri tak menolak semua perhatian yang di berikan Grace padanya. Seperti saat wanita itu membawakan sekotak makan siang, atau membantunya dalam pekerjaan. Daniel tak menyangkal kalau dia sendiri cukup terhibur dengan perhatian Grace. Setidaknya ini bisa membuatnya lupa dengan permasalahan yang sedang di alaminya.
Hari itu Daniel dan Grace pulang agak sore. Mereka memang izin bekerja setengah hari karena keduanya ingin keluar untuk menghadiri pesta yang di adakan oleh seorang teman Grace. Dan perempuan itu tentu saja mengajak Daniel untuk menemaninya.
Belum lama mereka keluar dari cafe, seorang laki-laki dengan memakai pakaian formal datang mendekat.
"Apakah kau yang bernama Daniel Lavince?" pria itu bertanya langsung.
"Iya benar. Apakah saya mengenal anda?" Daniel bertanya balik.
"Kenalkan, aku Michael Matthew Romeli." Matt mengulurkan tangannya sebagai salam perkenalan.
Dan Daniel membalas uluran itu dengan sedikit ragu. "Apakah aku bisa bicara denganmu sebentar?" lanjut Matt kemudian."Ehmm...tapi....kami," Daniel menoleh kearah Grace sebentar. Dia ingin tau reaksi gadis itu. Dan sepertinya Grace paham dengan maksud tatapan Daniel yang sesungguhnya meminta persetujuan darinya.
"Pergilah! Aku akan menunggu. Lagi pula waktunya juga masih lama," kata Grace tak luput dari senyum manisnya.
"Apa kau yakin, Grace?" Daniel mempertegas. Dan sebuah anggukan ringan namun tegas di perlihatkan Grace sebagai tanda persetujuan.
"Baiklah tuan."
"Matt!"
"Ya, Matt. Kita akan bicara dimana?"
"Ikutlah denganku!"
Lalu kedua pria itu masuk kedalam sebuah mobil dan meluncur seketika menuju ke sebuah restoran. Grace lalu melangkah kembali menuju cafe tempatnya bekerja.
* * * * * * *
Tak lama kemudian, Daniel dan Matt sudah tiba di sebuah restoran berkelas.
"Silahkan pesan apa saja. Aku yang akan membayar," suruh Matt sedikit menyombong.
"Maaf tuan, tapi sayangnya saya tidak lapar. Apakah kita bisa memulai urusannya?" Daniel menolak halus. Pikirannya masih bertanya-tanya tentang siapa sosok pria ini sebenarnya. Sejak tadi dia berfikir, seperti pernah melihat orang ini sebelumnya. Dan namanya, dia juga tak asing dengan nama itu.
"Give us one bottle of wine," seru Matt pada seorang pelayan.
"Yes sir," jawab pelayan tersebut bergegas dari tempatnya.
Daniel dan Matt masih saling terdiam sampai pelayan itu kembali membawa sebotol white wine dan dua buah gelas yang dengan cepat dia hidangkan di hadapan kedua pria tampan itu. Untuk kemudian pelayan itupun berlalu dari keduanya.
Matt lalu menuangkan wine tersebut ke dalam gelas yang di sediakan sang pelayan. "Minumlah!" katanya. Daniel akhirnya menuruti perkataan Matt untuk meminum wine tersebut.
"Sekarang, apakah kita bisa ke pokok permasalahan Mr Romeli?" Daniel sudah tidak bisa menunggu lagi. Masalahnya dia juga kepikiran dengan janjinya kepada Grace.
"Aku suka sikapmu yang blak-blakan." Matt tersenyum mengolok, lalu meletakkan minumannya kembali. "Baiklah, kita ke pokok permasalahan," katanya mulai serius dengan mencondongkan tubuh ke depan dengan kedua tangan ia taruh di atas meja, pun kedua siku yang bertumpu pada meja tersebut, sedang jari-jari tangannya saling bertaut.
"Jauhi Claude!" cetusnya langsung dengan nada dingin.
"Claude?" Daniel membeo bingung.
"Ya, jauhi dia dan jangan menikah dengannya!" Kembali lagi Matt menegaskan dengan menyertakan sebuah penjelasan yang dengan cepat di serap oleh Daniel. Ya, sekarang dia ingat. Pria itu adalah pria yang beberapa hari lalu bersama Luna mendatangi cafenya dan mereka tampak ngobrol dengan serius. Lalu, nama itu? Kembali ingatannya berputar pada cerita Ev yang mengatakan bahwa pria itu adalah mantan kekasih Luna yang dulu pernah mengkhianatinya. Ya, namanya sama. Michael Matthew Romeli.
Sekarang terjawab sudah teka-teki dalam pikirannya.
"Apa kau mendengarku? Aku minta Jauhi Claude dan jangan menikah dengannya!" Matt menegaskan untuk kesekian kalinya.
"Kenapa? Apa urusan anda? Anda tak berhak memerintah saya," Daniel membantah dingin. Pikirannya kembali bekerja. Kenapa sampai pria ini menyuruhnya untuk menjauhi Luna? Dan bagaimana dia tau kalau Luna akan menikah dengan Daniel?
Pastinya Matt sudah menemui Luna lebih dulu dan mungkin mengajaknya untuk kembali. Tapi wanita itu menolak dengan alasan kalau dia akan menikah dengan seseorang. Ya, itulah pemikiran yang terlintas sesaat di otak Daniel.
Kalau begitu, jelas-jelas Luna sudah menolaknya. Jika tidak demikian, mana mungkin pria ini sampai menemuiku dan mengatakan langsung padaku untuk menjauhi menjauhinya? Danel berfikir dalam hati.
"Dengar anak muda. Masa depanmu masih panjang. Kau bisa mencari wanita lain. Dan bukankah tadi kau juga bersama seorang wanita? Aku lihat dia juga menarik. Kau bisa menjadikannya kekasihmu bahkan mengajaknya menikah. Tapi Luna?"
"Kenapa dengannya? Apa aku tidak pantas mendampinginya? Karena apa? Statusku? Atau usiaku? Dengarlah tuan Matthew Romeli, aku tetap akan menikah dengan Luna, entah anda suka atau tidak. Anda tak bisa memaksa keputusan saya," Daniel menggeram keras. Kedua tangannya terkepal menahan emosi yang tiba-tiba menyulut hati.
"Tapi dia tidak mencintaimu. Dan aku tau kau juga tidak mencintainya," Matt membalas tak kalah sengit. Kedua alisnya menyatu seakan menyatakan itu tanda perang diantara mereka.
"Tau apa anda mengenai cinta? Anda tidak mengenal saya."
"Tapi aku mengenal Luna. Aku juga tau dia masih mencintaiku. Dan aku bisa memastikan hal itu. Kau pikir aku tidak menyelidiki siapa dirimu?" Matt menarik salah satu sudut bibirnya. "Aku tau pernikahan kalian hanya sebuah kebohongan saja. Aku juga tau kalau sebenarnya kalian masih beberapa hari saling mengenal. Dan mungkinkah dalam beberapa hari itu sudah muncul perasaan cinta?Impossible!"
Daniel menggeram. Mulutnya mengatup rapat. Gigi-giginya saling berperang menimbulkan bunyi gemeretuk di dalam. Matanya berapi-api karena amarah yang tersulut tiba-tiba. Entah kenapa dia tidak senang dengan perkataan pria asing di hadapannya itu, walaupun ia akui bahwa semua yang dia katakan ada benarnya.
"Baiklah, kita buktikan. Siapa diantara kita yang akan di pilih olehnya. Anda atau saya?" Daniel memberi keputusan yang sungguh di luar nalarnya. Entah kebodohan apa yang menyebabkan dia memberikan tantangan yang demikian pada Matt.
"Tentu saja Claud akan memilihku. Karena dia masih mencintaiku," ujar Matt angkuh.
"Jangan banyak bicara, Tuan. Sebaiknya kita menemui Luna sekarang dan kita buktikan."
"Tentu saja. Siapa takut?"
Matt lalu memanggil pelayan untuk membayar bill atas pesanannya. Dan merekapun segera angkat kaki dari tempat itu.
☆☆☆☆☆
To be continued.
Sudah baca ceritaku yang lainnya??mampir yuk ke kamar sebelah...😉😉
Jangan lupa voment,,
Thank's...Author😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine (END)
RomanceLaluna de Claudia, seorang wanita cantik, seksi, menarik, namun jauh dari kata ramah. Tak ada senyum di bibirnya meski setumpuk kebahagiaan menaungi. Dia seorang direktur utama di sebuah perusahaan Star Company. Dan di usianya yang ke-30 ini, dia ma...