Someone

2.3K 103 1
                                    

Sekali lagi Luna mencoba bangkit dari pembaringan. Namun ohh, tidak! Sesuatu yang menyengat dan terasa nyeri masih terasa di bagian selangkangannya.

"Issshhhh...." Luna mendesis lirih.

"Tetap di tempatmu, Luna! Aku tau kau kesulitan untuk bergerak." Daniel yang tau Luna hendak turun dari ranjang dan dengan cepat dia melompat dari tempat tidur karena melihat Luna meringis menahan sakit. "Tunggulah di sini sebentar."

Daniel dengan cepat memakai boxernya dan berlari seketika ke kamar mandi. Luna masih berdiam di tempatnya. Dia duduk meringkuk dengan selimut yang melilit tubuhnya. Tak lama kemudian muncullah Daniel dari kamar mandi.

"Ayo, ku bantu." Daniel menaiki ranjang dan belum sempat dia mendapatkan persetujuan dari Luna, pria itu langsung mengangkat tubuh wanita itu. Luna menjerit seketika karena selimut yang menutupi tubuhnya di hentakkan begitu saja oleh Daniel.

"Aaaaaa......." Luna berusaha menutupi tubuhnya yang terekspos dengan kedua tangannya terutama di bagian-bagian yang paling sensitif. Dan hal lucu itu membuat Daniel tertawa geli. Luna merutuk dalam hati. Sialan! Matanya melotot sebal.

"Kau kenapa?" tanyanya sambil tergelak dan melangkah menuju kamar mandi. "Tak perlu kau berusaha menutupi tubuhmu. Bukankah aku sudah melihat semuanya beberapa saat yang lalu. Dan apa kau lupa kalau aku juga sudah menyentuh semuanya." Sungguh kali ini Luna di bikin merah mukanya karena malu.

Daniel ternyata sudah menyiapkan air hangat di dalam bathtub. Dan dengan perlahan-lahan di masukkan tubuh Luna di dalam bak mandi yang terbuat dari porselen tersebut.

"Kau mandilah, sementara aku akan menyiapkan sarapan untuk kita. Kau bisa mandi sendiri kan?" Daniel berkata dengan lembut sambil membelai wajah Luna dari luar bathtub. Bibirnya tak lepas dari senyum yang selalu tersungging manis. Dan sebelum pria itu pergi, dia masih menyempatkan diri memberikan sebuah kecupan singkat di bibir wanita itu. Meskipun ketegangan itu sempat di rasakan oleh Luna meski untuk sejenak, namun jujur dia menikmati perhatian Daniel barusan.

* * * * *

Sementara itu di perusahaan Star Company....

Seorang pemuda dengan dengan rambut pirang tampak memasuki perusahaan besar itu. Dia menemui seorang resepsionist.

"Excusme, apa benar di sini membuka lowongan di bagian marketing, Nona?" tanya pemuda itu.

"Iya anda benar. Apakah anda datang untuk melamar?" Dan pemuda itupun mengangguk pelan. "Kalau begitu silahkan langsung menemui kepala HRD karena siapa yang melamar akan langsung di interview. Mari!" Resepsionist itu berjalan dengan genitnya mengiringi pemuda tersebut.

Tampak sesekali lirikan mata terlempar pada keberadaan si pemuda yang tetap berjalan dengan tenang di sisinya. Dan akhirnya sampailah dia pada sebuah ruangan bertuliskan papan nama "HRD".Wanita itu mengetuk pintu dan terdengar suara berat dari dalam ruangan.

"Masuk!"

Wanita itu membuka pintu dan, ceklekk! Suara pintu terbuka. Seorang pria dengan kumis tipis tampak tengah sibuk di depan komputer.

"Mr Aldo, ada seseorang yang mengajukan lamaran," kata si resepsionist memberi tahu.

"Baik Lalita, suruh dia masuk!" jawab Mr Aldo pada perempuan bernama Lalita tersebut. Lalita memberikan kode pada si pemuda untuk masuk ke ruangan. Dan pemuda itupun mengikuti isyarat tersebut lalu duduk di depan Mr Aldo. Sementara Lalita sendiri pergi dari ruangan itu dan kembali ke tempatnya.

"Jadi, katakan siapa namamu!" suruh Mr Aldo.

"Briant Alexander Campbell," ucap pemuda itu pasti. Dan Mr Aldo tiba-tiba mengerutkan keningnya heran. Campbell? Ah, mungkin hanya sebuah kebetulan, pikirnya.

You are Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang