A dream

1.7K 94 1
                                    

Luna baru saja pulang dari kantornya. Seperti yang diminta oleh Daniel, kalau dia yang akan mengantar dan menjemput, jadinya Daniel harus bolak-balik ke kantor wanita itu. Dan kini wanita itu sedang duduk terpekur di kursi busa miliknya.

Matanya menerawang menatap langit-langit apartemen. Luna takkan mengira kalau nasibnya akan berubah secepat ini. Kemarin nampaknya dia selalu menyendiri tanpa teman ataupun saudara yang menemani. Dan kini, semua berbeda sejak kehadiran Daniel dalam hidupnya. Seperti ada setitik cahaya yang masuk setelah sekian lama dia mengurung diri dalam kegelapan.

Luna memejamkan mata untuk sesaat. Tubuh nya merasakan letih yang amat sangat. Seperti dia yang baru saja berlari jauh. Sehingga dia membutuhkan waktu untuk beristirahat sekedar melepas rasa penat.

Angin kencang serasa menghempaskan tubuh Luna yang tengah letih dalam peraduannya. Wanita itu membuka mata dan mengerjap-ngerjapkannya pelan.

"Dimana aku? Kenapa aku ada disini? Tempat apa ini?"

Luna mengamati keadaan sekitar yang hanya ada padang rumput yang luas. Tak ada siapapun disana. "Kemana semua? Kenapa aku sendirian disini? Mommy...Dady...dimana kalian?"

Tak ada jawaban apapun meski ia berteriak sekencang mungkin. Bahkan pita suaranya hampir putus, tak kunjung datang satupun dari mereka. Luna hampir putus asa saat tiba-tiba muncul sesosok bayangan wanita berpakaian serba putih.

Matanya berbinar saat melihat siapa sosok tersebut. "Mommy," desisnya lirih.

Luna berusaha meraih sosok tersebut, namun semakin ia berusaha untuk menggapai, bayangan itu semakin jauh.

"Mommy......"
Luna menjerit lantang manakala bayangan itu semakin menjauh bahkan sempat melambaikan tangannya.

"Selamat tinggal sayang. Maaf, Mommy tidak bisa menemanimu. Jaga dirimu baik-baik."

"Tidakkk! Jangan pergiiii! Jangan tinggalkan Luna sendiri!"

Dan kembali muncul bayangan seorang laki-laki yang amat familiar.

"Daddy..."

Bayangan sang ayah juga melakukan hal yang sama. Dia hanya melambaikan tangan pada putri kesayangannya.

"Tidak, jangan ikut pergi!!"

Namun bayangan tersebut semakin memudar sampai akhirnya hilang di telan kabut yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

Luna menangis meraung-raung tak terkendali. Dan pada saat itulah muncul bayangan lain. Luna menoleh. Tangisnya reda seketika saat menjumpai bayangan yang baru saja muncul.

"Matt?!"
Luna mendesis pelan. Bayangan Matt hendak merengkuh tubuh Luna, namun belum sempat tangan itu menggapainya, muncul lagi seseorang dari arah lain. Menghentikan pergerakan mereka.

"Matt milikku! Maaf Luna, tapi aku mencintainya. Dan dia harus pergi bersamaku."

Suara bayangan yang menyerupai wajah Jane itu lalu menggandeng tangan Matt dan mengajaknya pergi. Sekali lagi Luna menitikkan air mata. Dan kini lebih pedih dari sebelumnya.

"Luna...Luna...berhentilah menangis..."
Suara seseorang bergema kembali di telinganya. Dia menoleh mencari datangnya suara.

You are Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang