"Apakah keputusanmu sudah bulat?" tanya Luna pada Ev keesokan harinya.
"Ya. Ini adalah jalan terbaik yang ku pilih untuk saat ini," jawab Ev lesu. "Jadi, berjanjilah padaku, Moon. Kau akan menyimpan semua rahasia ini. Meskipun Max mencariku, jangan pernah kau beritahu dimana aku berada." Ev menggenggam tangan sahabat baiknya itu. Dan Luna memberikan senyum tulusnya pada Ev.
Akhir-akhir ini memang terlihat Luna sudah mulai berubah. Bibirnya tak sekaku sebelumnya. Dia lebih sering mengukir senyum meski itu tak bertahan lama. Dan Ev menyadari hal tersebut. Ini pasti karena Daniel, pikir Ev. Ya, dia berharap Daniel akan benar-benar membuat Luna kembali seperti dulu lagi. Dan Daniel tak akan pernah menyakiti hatinya seperti yang Mat atau bahkan Max lakukan.
"Tapi kau juga harus berjanji padaku, kau akan tetap menghubungiku setiap saat," pinta Luna kemudian. "Oh, I will really miss you."
"I will so."
Mereka berpelukan seperti lama takkan bertemu. Ada rasa berat yang menyelubungi hati masing-masing.
Luna melepas kepergian Ev dengan tatapan nanar. Ada rasa sedih yang sejak tadi bertumpu keras di sudut hatinya. Kenyataan kalau Ev akan mengalami hal yang serupa dengannya, itu tentu saja membuatnya terluka. Bagaimana bisa Max juga melakukan hal yang sama? Apakah pria di dunia ini juga demikian? Apakah Daniel juga demikian?
Luna menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan. Menghapus bayangan seorang pria yang mulai memasuki otaknya.
Tidak! Aku tak boleh memikirkannya apalagi terjebak perasaan dengannya. Jangan sampai!
××××××××
Mr Aldo tergesa-gesa memasuki ruangan Mr Bertus. Dan pria paruh baya itu tentu tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya saat seseorang masuk dengan lancang ke ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Aldo?" serunya setelah tau siapa yang datang.
"Maaf Mr, saya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu." Pria itu lalu duduk di kursi seberang meja kerja Mr Bertus meski tanpa di persilakan.
"Katakan, ada hal penting apa yang membawamu kemari!"
"Lihatlah apa yang di temukan anak buahku Mr!" Aldo menyerahkan sebuah amplop coklat besar.
Dengan dahi yang berkerut, Bertus menerima amplop itu. Dibukanya perlahan-lahan amplop coklat tersebut. Ternyata isi dari amplop tersebut adalah beberapa lembar foto. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang ada dalam foto itu. Tangannya sempat gemetar karena tak percaya. Ditatapnya Mr Aldo untuk sejenak. Dan seperti tau apa maksud dari tatapan Bertus padanya, Aldo menganggukkan kepalanya.
"Benar Tuan."
"Ini benar-benar tidak dapat ku percaya. Aku bahkan tak bisa membayangkan apa reaksi Mr Campbell kalau melihat foto ini," Bertus bergumam pelan. Tangannya bertopang dagu sambil tetap mengawasi gambar-gambar tersebut.
"Lalu apa yang akan kita lakukan, Tuan?" Mr Aldo meminta pertimbangan.
"Kau masih menyimpan surat lamaran pemuda itu bukan?" telusur Bertus padanya.
"Masih Tuan."
"Kalau begitu, hubungi pemuda itu! Katakan kalau dia diterima di perusahaan ini. Tapi untuk sementara ini dia masih belum bisa menduduki jabatan penting disini termasuk juga marketing. Kita masih belum melihat kemampuannya. Hmmm, sebaiknya kau taruh dia di divisi terendah dulu sambil dia belajar. Dan nanti baru kita pantau perkembangannya."
"Baik Tuan. Lagi pula melihat semua prestasi yang ia miliki, kelihatannya dia anak yang cukup cerdas," Mr Aldo menyimpulkan.
"Hmmm, tapi kita masih belum yakin, apakah dia benar-benar putra Mr Campbell atau bukan. Kita akan selidiki itu nanti. Yang penting dia ada di perusahaan ini dulu untuk memudahkan kita mencari tau tentang siapa dia sebenarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine (END)
RomanceLaluna de Claudia, seorang wanita cantik, seksi, menarik, namun jauh dari kata ramah. Tak ada senyum di bibirnya meski setumpuk kebahagiaan menaungi. Dia seorang direktur utama di sebuah perusahaan Star Company. Dan di usianya yang ke-30 ini, dia ma...