Sudah hampir setengah jam Luna mondar-mandir di ruang tamu. Hatinya semakin gelisah saat dilihatnya jam sudah menunjuk angka 12 malam. Sejauh ini hatinya masih berperang keras. Apa yang dibisikkan oleh Daniel beberapa saat lalu seperti sebuah genjatan senjata yang mengharuskan dia mundur dalam perjanjian sialan itu.
Apakah aku harus tidur satu kamar dengannya? satu ranjang? Oohh...tidak! Aku benci semua ini!
Tiba-tiba pikirannya tertuju pada sosok sahabatnya, Ev. Diraihnya ponsel yang ia letakkan di atas meja. Dan di pencetnya nomor sahabatnya tersebut.
Untuk sesaat Luna masih harus menunggu. Namun itu tak berlangsung lama karena beberapa saat kemudian terdengar balasan dari seberang sana.
"Iya mooonnn....Ada apa? Ini sudah malam. Apa kau tidak tidur? Kau tidak capek setelah mengurusi acara pernikahanmu seharian ini?" Ev mencerca pertanyaan bertubi-tubi. Tampaknya dia tengah mengantuk berat. Itu terlihat dari suaranya yang mulai sumbang dan serak.
"Ev, aku sedang ada masalah saat ini," Luna mulai membuka suara.
"Hmmm? Katakanlah!" Suara Ev masih terlihat malas.
"Aku dan Daniel membuat sebuah perjanjian gila. Dan lebih gilanya lagi aku menyetujuinya."
"Perjanjian? Aku tak mengerti. Bisa kau jelaskan?" Ev kini mulai tertarik dengan topik pembicaraan yang mereka bahas.
"Anak sialan itu mengajakku menjalani hubungan sebagaimana kehidupan suami-istri pada umumnya."
"Benarkah? Tapi bukankah memang harusnya demikian? Kalian kan memang sudah menikah."
"Ev, apakah kau juga akan ikutan gila sepertinya? Kau tau bukan kalau pernikahan ini hanya bersifat sementara. Dan pada akhirnya kami akan bercerai. Jangan bilang kau lupa itu!"
Sejenak suasana hening. Tak ada sahutan dari seberang telfon, membuat Luna menautkan kedua keningnya.
"Ev....kau mendengarku 'kan?" dia mencoba mengetes. Dan teman yang di maksud seketika mendadak tergagap karenanya.
"Ehhmm, ya. I'm sorry about it. Well, dan sekarang, bagaimana? Jujur, aku masih belum mengerti dengan apa yang kau maksud dengan perjanjian."
"Aku mengatakan padanya kalau setelah tiga bulan kami akan bercerai. Tapi dia mengajukan syarat." Luna menjeda sejenak.
"Terus?"
"Dan syarat yang dia ajukan seperti yang kukatakan sebelumnya. Kami akan menjalani kehidupan suami isteri seperti orang-orang yang lain pada umumnya, selama tiga bulan. Atau dia tak akan menceraikan aku sama sekali. Dan kau harusnya tau Ev, itu berarti selama tiga bulan ini aku harus melayaninya sebagai isteri. Semua kebutuhannya daaaannn.....daaannn...."
"Daaaannn?"
"Dan itu termasuk juga urusan ranjang--," Luna memperkecil suaranya karena malu. Dan itu sungguh di luar pemikiran Luna kalau akhirnya terdengar suara terbahak-bahak di ujung telfon. Ev tertawa dengan renyahnya seakan apa yang baru saja di sampaikan Luna bukan suatu masalah yang serius. Melainkan bahan gurauan yang nikmat untuk di tertawakan.
"Apa yang lucu Ev? Kau pikir aku sedang bergurau?!"
"Hmmm, ok! ok! I'm so sorry. Tapi kau memang lucu, Darling."
"Lucu? Dari sudut mana kau lihat letak kelucuannya? Kau pasti sedang mempermainkan aku!" Luna menggeram pelan.
"Dengar moon! Kalau hanya itu, aku rasa tak masalah. Bukankah itu setimpal dengan kebebasan yang akan kau dapatkan nantinya? Dan lagi, kau tak akan menyesal karena kau memberikan keperawananmu pada pria itu. Because he your husband. Understand?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine (END)
RomanceLaluna de Claudia, seorang wanita cantik, seksi, menarik, namun jauh dari kata ramah. Tak ada senyum di bibirnya meski setumpuk kebahagiaan menaungi. Dia seorang direktur utama di sebuah perusahaan Star Company. Dan di usianya yang ke-30 ini, dia ma...