Satu

1.2M 50.1K 4.6K
                                    

Repost tanpa revisi
Pertama diunggah di wattpad: Maret 2018
***

Liana menghela napas kasar. Setiap pagi, ia harus berusaha keras untuk menyingkirkan lengan kekar suaminya yang melilit perutnya begitu erat meskipun tengah terlelap. Seperti pagi sebelumnya, tepatnya sejak mereka menikah enam bulan yang lalu, Liana mendorong kuat lengan Alka suaminya.

Tak lupa Liana juga mendorong kepala Alka yang bersembunyi di caruk leher jenjangnya.
"Eughh--- ini masih pagi, Liana. Jangan kemana-mana dan lebih baik kamu kembali tidur," racau Alka dengan kedua bola mata yang masih menutup sempurna. Tangan kanannya meraih selimut. Ditariknya selimut itu ke atas, untuk menutupi tubuh polos istrinya dan juga tubuh polos dirinya. Pelukannya semakin ia eratkan membuat perempuan yang tengah ia peluk itu protes lantaran kesulitan bernapas.

"Alka, ini udah siang. Cepat bangun, kamu harus kerja, apa kamu lupa hm?" ujar Liana masih dengan berusaha melepaskan lilitan tangan suaminya. Semenjak menikah, Alka memang meminta istri kecilnya untuk memanggilnya tanpa embel-embel mas, bang, kakak, atau apapun itu walaupun usia mereka yang terpaut tujuh tahun. Ia lebih suka jika istrinya itu memanggil nama.

Tubuh Alka yang berbaring miring, bukannya bangkit malah menindih tubuh kecil istrinya. Kaki kirinya ia angkat untuk mengurung tubuh Liana agar tidak berontak menganggu tidurnya.
"Kamu libur kan? Nggak ada kelas, lebih baik sekarang kita tidur. Hari ini aku nggak ada jadwal praktek," ucap Alka lalu menyembunyikan wajahnya di rambut wangi istrinya yang tergerai berserakan di bantal. Ia menghirup dalam-dalam aroma wangi rambut yang selalu memabukan dirinya.

"Bangun, atau nanti malam dan seterusnya nggak ada lagi jatah buat suami pemalas kayak kamu."
Ancaman itu sukses membuat Alka langsung terbangun dengan cepat. Bangunnya Alka membuat selimut tersingkap, untungnya saja Liana gesit, ia langsung menarik kembali selimut itu untuk menutupi tubuhnya yang masih polos akibat pergulatan tadi malam yang begitu panas dengan suaminya.

"Iya ini aku bangun," ujar Alka malas. Tangannya menggaruk-garuk kepalanya. Entah benar-benar gatal atau hanya akal-akalannya saja. Mulutnya terbuka lebar. Sepertinya rasa kantuk memang masih mendominasi dirinya.

"Mandi! Aku tahu kamu bohong kan? Kerja, jangan jadi dokter pemalas" titah Liana berusaha untuk tegas pada suaminya yang sangat senang bermanja-manja dengannya sampai mengabaikan pekerjaannya. Untung saja rumah sakit tempat ia bekerja adalah rumah sakit milik Azka, ayahnya yang nantinya akan beralih menjadi miliknya sebagai satu-satunya pewaris.

"Iya iya, jahat banget sama suami sendiri. Pengin libur juga mumpung kamu libur jadi kita bisa usaha lagi bikin baby embuls," gerutu Alka.
Liana mengangkat tangannya, memukul perut Alka yang terpampang jelas di sampingnya. Liana terus memukuli perut dan dada suaminya dengan segenap kekuatan yang ia miliki.

Bukannya kesakitan, Alka justru terkekeh. Tenaga istri kecilnya tidak mampu membuatnya merasakan kesakitan meski terus dipukuli berkali-kali. Dalam satu kali gerakan Alka berhasil mengunci tangan Liana, menarik tangan Liana ke atas kepala. Kedua tangan Liana ditahan oleh satu tangan Alka.

Alka langsung bergerak menindih tubuh istrinya kembali.
"Istri kecilku rupanya sangat nakal," gumam Alka parau lalu menciumi wajah istrinya dengan gemas mulai dari kening lalu turun ke pipinya yang berisi itu. Liana terkikik lirih lantaran ciuman Alka yang menggelitik.

Satu tangan Liana yang berhasil terlepas dari tangan Alka, langsung meraih rahang Alka. Pandangan keduanya terkunci saat liana mengusap lembut rahang bawah suaminya.
"Bulunya dicukur dong, geli kalau buat nyium" pesan Liana yang langsung diangguki oleh Alka.

"Entar dicukur deh, bulu yang bawah gimana?"
Alka memekik kesakitan saat tangan Liana menonjok batang hidungnya sebagai hukuman dari pertanyaan yang baru saja ia lontarkan pada istri kecilnya.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang