" Makasih ya," Ujar Acha yang terus menerus mengalihkan pandangan nya dari David yang sedari tadi terus memandang Acha tanpa henti. "Eh,lo jangan ngeliatin gue terus dong, gue tau gue cantik."David berdecih pelan disambut tawa kecil nya, sempat-sempat nya Acha memuji dirinya sendiri disaat David ingin mencoba romantis.
" Cih, memuji diri sendiri itu hukumnya--" David terlihat memikir-mikir apa yang harus dikatakannya.
" Apa hukumnya?"
" Ya hukum pokoknya." David terlihat malu. "iya tapi apa vid." Goda Acha.
" Acha jangan gitu dong nadanya!" Pekik David kesal.
" Dih,emang kenapa?"
" cowo-cowo normal itu suka sama nada yang gitu Cha, gimana kalau mereka suka sama lo gitu?"
" Ya namanya juga normal,gila lo!" Balas Acha.
" Lo ga ngertiin perasaan pacar Cha,"
" Jijik Jijik Jijik!!!!!"
" hhahahahahahahaaha, udah masuk sana." Pinta David sambil mengacak rambut Acha.
" Dih,maksa."
" yaudah sih kalau gamau masuk, palingan nanti ada orang jahat terus----"
Secepat kilat Acha meninggalkan David dan langsung masuk kedalam rumah nya dengan langkah terbirit-birit.
David hanya tertawa gemas melihat tingkah Acha yang seperti anak-anak.●●
" Bunda jadi kangen masa remaja, dulu sama mantan bunda ditungguin juga sampe bunda masuk rumah, tapi ga diacak-acak gitu rambutnya kaya kamu,"
" ASTAGA!" Acha memekik keras saat melihat Bundanya sudah menahan bahu nya dan malah curhat, padahal Acha baru selangkah masuk kedalam rumahnya.
" By the way, itu siapa namanya? Ganteng abis!" Acha menerjapkan matanya tak percaya. " Bun, bunda kebanyakan main medsos jadi kelewat gaul kan!" Ujar Acha sambil menggeleng-geleng.
" Ish, bunda kan pengen kaya kamu gitu, gaul."
Acha hanya menggeleng kepalanya tidak percaya saat ibunya malah memakai kacamata gaul yang berwarna kuning itu.
" Astaghfirullah bunda itu kan kacamata Acha!"
" Pinjem bentar kek, pelit amat."
" Iya dipinjemin, Acha kan rendah hati."
" bunda gaul tapi ga kepedean kaya kamu!"
Acha hanya tersenyum menggoda kepada ibunya kemudian naik kelantai dua untuk ke kamarnya.
Terukir senyum tipis di bibir Acha saat melihat sesosok perempuan sedang bertengger di kasurnya. Acha ingin tertawa, kesal, dan senang. Disaat Acha memang ingin bercerita, Kashi selalu ada.
" Seru banget pulang sama Davidnya, gue intipin dari kaca tuh. Romantis abis," komentar Kashi dengan seribu satu ekspresi yang dimilikinya. "Lo pasti udah bisa nerima David jadi pacar lo kan? Pasti udah tumbuh benih-benih cinta." Sambung Kashi.
" Ngaco,lo." Jawab Acha disambung tawanya yang terdengar malas ditelinga Kashi. "Eh, Acha! Lo tau kan gue disini ngapain?"
" ngapain?" Tanya Acha. " NUNGGU LO CERITA TENTANG MASALAH LO LAH!" Pekik Kashi dengan matanya yang mendelik namun tetap terlihat sipit itu.
" Tau gue, cuman pengen jailin doang."
●●
Kashi memutuskan untuk mengajak Acha jalan-jalan agar tidak larut dengan ketraumaannya. Trauma terhadap terror pembunuhan itu.
" Selamat bersenang-senang dua anak kesayangan Bunda!"
Memang, Kashi juga memanggil ibu Acha dengan sebutan bunda dan sebaliknya. Ibu Acha menganggap Kashi anak nya sendiri.
" Giliran sama Kashi aja ga di suruh pulang sebelum maghrib! Huh," sindir Acha pada ibunya. Memang, selama Acha izin ingin pergi dengan teman nya yang lain, harus pulang sebelum maghrib. Apalagi saat ini Acha masih menginjak kelas 11.
Dulu pernah, saat Acha kelas 2 SMP ada yang naksir sama Acha terus tiba-tiba dateng ke rumah Acha ngajak jalan, padahal belom minta persetujuan Acha sebelumnya. Karena rumah nya jauh, Acha kasihan kalau harus nolak dia jalan. Jadi Acha terima aja deh. Terus, karena si cowo nya ngira Acha nerima dia, cowonya salah paham dan pasang-pasang foto Acha di medsos nya. Bahkan, statusnya ' Vanasha Ziza'.
" Iya dong, Kashi kan anak bunda." Jawab ibunya sambil mengedipkan sebelah matanya jail. " terserah," jawab Acha malas.
●●
" Kashi jangan ngebut!"
Sedari tadi, Acha hanya mengomel karena Kashi mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Memang, Kashi mengendarai mobil bunda Acha karena tiba-tiba disuruh.
" Tenang Cha, gue pro" jawab Kashi dengan kepercayaan tinggi. " Pro pala lo mletak," kesal Acha sambil mengedarkan pandangan nya ke jalan.
Acha mendesah pelan melihat kemacetan kotanya. Acha menyila kedu kakinya di jok mobil. " Kashi, kalau dia balik lagi kesini, apa dia bakal nemuin gue dan bener bakal bunuh gue seperti teroran-teroran dia dulu?"
Kashi bingung harus apa, jika Acha membicarakannya tiba-tiba, berarti selama ini Acha kepikiran.
" Acha, gausah dipikirin. Buktinya, dia ga ada nemuin lo kan Cha?" Kashi mencoba untuk menenangkan Acha dengan cara apapun.
" Iya tapi kita gatau kedepan nya kan Shi?" Balas Acha. " Acha, mikirin itu semua buat lo sakit sendiri Cha, lo enjoy aja."
" Kashi, lo gatau rasanya jadi gue kan? Dulu gue diteror habis-habisan sampai gabisa kemana-mana Shi, gue takut." Suara Acha mulai gemetar dan lirih.
Kashi dapat melihat tetesan bulir bening turun dari mata hazel Acha dengan perlahan. " Acha, im here. Inget dulu kan yang selalu gue bilang, if there's Vanasha there's Akashi!"
Seketika Acha tersenyum lebar, membiarkan air matanya yang tetap turun. Acha sangat senang, Acha sangat bahagia memiliki teman seperti Kashi. Air mata itu berubah menjadi air mata bahagia.
Meskipun kadang Kashi itu nyebelin nya parah banget, tapi Kashi punya rasa kasih sayang yang besar. Meskipun, kadang Kashi sering jailin Acha sampe Acha nangis karena kesel, tapi Acha sayang banget sama Kashi.
Pernah, mantan Kashi mutusin Kashi demi cewe lain. Terus, Acha toyor kepalanya. Acha inget sampe mati nama cowo itu, namanya Gaver.
••
A/N :
annyeeoonngggggg sorry yaa kalau masih banyak kekurangaann.
enjoy peeps💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Kulkas
Teen FictionKisah tentang David, si Possessive, Pemarah, tapi terkadang manis. Tentang Acha, si keras kepala, bisa berubah-ubah. Bisa manis, bisa jutek, bisa galak. Tentang Stella, Dan tentang Rafi.