enam puluh

29.1K 1K 26
                                    


Acha dan Kashi hanya dapat menunjukkan senyum kikuk mereka, saat kamera dimana-mana mengikuti langkah jalan mereka.

Acha menyenggol lengan Kashi "Shi,risih juga ya." Bisiknya.

Kashi tak dapat menjawab, Kashi hanya mencubit lengan Acha kencang, membuat Acha meringis pelan.

"Jadi bagaimana? Apa Baryl sudah menceritakan seluruhnya kepada kamu, tentang Shooting Film Layar lebar nya?" Tanya seorang wartawan dengan antusias tingginya.

Tiba-tiba saja,tangan Kashi menggenggam erat tangan Acha. "Cha.." Bisiknya.

Acha yang mengerti langsung menyembunyikan Kashi sedikit.

"Maaf, kami sibuk. Lain waktu ya,Maaf." Ujar Acha dengan lembut. Sesekali ia menundukkan kepalanya, dan menutup Kamera dengan tangannya.

Acha dan Kashi langsung bernafas lega, setelah keluar dari kerumunan kamera dimana-mana.
Acha heran, mengapa Kashi masih murung.

"Udah dong! seharusnya lo berterima kasih sama gue! kita udah bisa keluar dari kerumunan itu!"

Acha mendengus.

"Kenapa lagi sih?!" Tanyanya frustasi.

Kashi menghentakkan kakinya, entah mengapa, mata Kashi terasa memanas.

"Lo semakin kesini semakin gak ngertiin perasaan gue! Lo selalu marah-marah sama gue setiap berhubungan dengan Bunda!"

"Lo selalu salahin sifat gue yang kayak gini! Tapi, inilah gue Cha! Gue gasuka, ya berarti gasuka! Semakin lama, lo mulai lupa tentang gue!"

Kashi mengalihkan pandangannya, sebelum buliran bening menghiasi wajah beningnya.

"Dan sekarang gue mulai takut, buat ceritain semuanya. Dan mungkin pun, lo udah gapernah nyeritain semuanya ya lagi ya, ke gue."

Acha benar-benar merasa bersalah, Astaga bagaimana ini. Acha sama sekali tidak membayangkan Kashi akan seperti ini.
Ya memang, Acha melupakan sesuatu.
Acha lupa, Kashi sangat sensitive bila bercerita tentang Bundanya.

"Kash---shi--- gu-gue."

"Gue deluan ya, Lo tanya aja ke sekitar pakai bahasa Inggris, dimana tempat tinggal lo."

***

David mendesah kesal, mengapa Lala harus tidak ikut kerumah nya.
Meski David sangat hobi menjahili sepupunya itu, namun David sangat menyayangi Lala. David juga tidak segan-segan menghabisi orang yang menyakiti Lala. Kecuali, Devan kemarin. Devan lumayan baik, yang mutusin Devan juga Lala nya sendiri.
David juga tidak ingin jika Lala begini padanya.

"Ma," Cicit David ke arah Rindy.

Rindy menoleh "Ya?"

David tersenyum getir "Lala kok enggak ikut Ma?" Tanyanya pelan.

Rindy tertawa renyah.

"Udah mama paksa, tapi dia gamau, males ketemu kamu katanya. Padahal, udah Mama bilang, kalau sama Sepupu itu maafin aja." Jawab Rindy dengan raut wajah nya yang memang amat berkharisma.

Rindy,Rindy terkenal memiliki wajah sangat mewah dari seluruh anak-anak nenek David sendiri. Dulunya,Rindy adalah model terkenal. Namun,Rindy menyelesaikan karirnya menjadi model semenjak lahirnya,Lala.

"Maaf ya Rin, David suka kelewatan."
Ujar Bunda David, yang sesekali melirik tajam penuh makna ke arah David, membuat David bergidik ngeri.

Rindy hanya tertawa dan mengangguk sedikit "Gampanglah, masalah anak ABG."

***

"Itu tadi David kenapa?" Tanya Rafi sambil berjalan menuju motornya.

Stella menghendikan bahunya "Gatau, palingan kak Acha,atau gak sepupunya." Jawab Stella seadanya.

Rafi mengangguk-angguk paham.

"Yaudah, aku balik ya. Jangan kangen--"

Rafi menggantungkan kalimatnya, membuat Stella penasaran setengah mati.

"Jangan kangen?" Ulang Stella.

"Iya jangan kangen, karena jangan aja. Kalau berat, nanti ikut-ikut Dilan." Jawab Rafi.

Stella memutar matanya, jenuh melihat tingkah Rafi yang konyol.

"Udah! pulang sana!" Perintahnya.

Rafi malah turun dari motornya, kemudian menatap lekat ke arah Stella, berusaha masuk kedalam mata Stella, dan mengunci pandangan Stella yang sedari tadi asyik mengalihkan pandangannya, karena salting.

"Lihat aku, dong." Pinta Rafi gemas.

Stella mendecak "Gajelas!"

Rafi menahan pundak Stella dengan kedua tangan nya, kemudian mendekatkan bibirnya ke arah telinga Stella.

"Lo cuman punya gue, jangan berani-berani deket cowok."

Rafi menjauhkan tangannya dari pundak Stella.

"Aku balik dulu ya." Rafi melambaikan tangannya. Namun, tak kunjung dibalas oleh Stella. Rafi paham, gadis ini sedang salting gajelas.

Setelah Rafi pergi, Stella langsung berlari kekamarnya dan membanting tubuhnya di kasur.

"Kalau niat awal lo mau buat gue seneng, lo berhasil!" Gumam Stella yang disertai sedikit pekikan kesenangan disana.

****

Acha meneguk Saliva nya susah, Acha sama sekali tidak bisa berbicara bahasa Korea. Bagaimana ini?
Sumpah, Acha mati ketakutan. Mana ini negara orang lagi.
Sumpah, kalau ia tidak bertengkar dengan Kashi, bisa-bisa Acha sudah menghabisi Kashi sampai mampus.

"Ck, tega banget sih." Kesal Acha ditengah kerumunan orang-orang Korea yang memandangi Acha aneh.

brug!

"Ah! Sakit banget anjir!"

Acha menoleh.

"balik. cepet, jangan lama."
Acha mengulum senyum nya. Ia sudah tahu, Kashi tidak mungkin tega dengan Acha! Apalagi mengetahui, Acha anaknya manja.

"Iye-iye ibu kos!"

Kashi tersedak "Apasih."

TBC

akibat males revisi.

Cewek Kulkas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang