YANG DI MULMED ITU STELLA YA.****
ACHA mengucek matanya "DAVID?!" Pekik nya.
David menutup kedua telinga nya bersamaan dengan matanya yang otomatis tertutup karena pekikan keras dari Acha.
"Kalo gue serangan jantung gimana!? Hah?!" Ujar Acha.
David tersenyum gemas "Donor jantung gue."
Acha menjitak kepala David dengan tangan bebas "Enak aja kalau ngomong!"
David terkejut, kemudian menatap mata Acha cukup lama, membuat Acha menelan saliva nya takut "Eh-- maaf, gue--"
Dengan cekatan, David merangkul leher Acha kemudian menarik gadis itu menuju keluar kelasnya.
"DAVID! NGAPAIN!?" Acha terus mencoba segala cara agar bisa lepas dari rangkulan David ini.
David menoleh ke arah Acha. Kemudian, sedikit mendekatkan nya dan menatap kedua iris mata Acha "Gapapa, gue sayang."
Bohong, Munafik kalau Acha bilang ia tidak baper atau merasa nyaman dengan tatapan itu. Namun, sebagai cewek, apalagi berstatus mantan, ia harus jual mahal.
"Ganyambung!" Kesalnya seraya meniup poni nya yang berjatuhan lagi.
David menatap Acha lagi "Lo sekarang suka niupin poni lo ya? Lucu banget. Sering-sering ya," Ujar David.
"Oiya, kalo lo tiup poni lo jadi gemes. Tapi,jangan nunjukin ke orang lain!"
Acha mendengus sebal. Lagi-lagi David bersifat seolah masih menjalin suatu hubungan.
"Bisa ga sih lo gausah Sok Possesive? Lo itu Mantan!" Memang, nyelekit sebenarnya. Namun, David mencoba menganggap nya lelucon.
"Kode minta ditembak? Lagi? Pengen banget ya?" Godanya.
"NYEBELIN!" Pekik Acha kesal.
"Nanti pulang bareng gue."
***
Sekarang, sudah beberapa orang yang sudah mengetahui tentang Stella. Entahlah, mungkin itu dari mulut ke mulut. Namun, Rafi ingin mengucapkan nya sendiri ke-kepala sekolah atas kebejatan Revina.
Rafi ingin membalas seluruh yang telah Revina lakukan ke Stella."Deva mana?" Tanya Alvaro.
Rafi menghendikkan bahunya "Idih, cewe-cewe elu." Ujarnya.
Alvaro menyengir senang "Doain dong."
Rafi tidak memperdulikan lagi perkataan Alvaro, Rafi langsung meraih tas nya dan menekan tombol untuk membuka pintu mobil dengan cepat. "Gue deluan,"
Alvaro dan Gevan saling menatap.
"Apa lo liat-liat gue! Suka?!" Tiba-tiba saja Alvaro menekan gas kepada Gaven.
Gaven tertawa terbahak-bahak "Idih Demam lo, kampret!" Katanya.
Kemudian, Alvaro mendekat "Eh,menurut lo, gue bakal jadian ga sama Deva?"
Gaven menepuk jidat Alvaro dengan cepat, tentu dengan kekesalan nya juga.
"Aduh.." Alvaro mengaduh saat pukulan itu melayang tepat di jidatnya. Membuatnya mendengus sebal.
"Lagian, lo goblok sih. Dimana-mana cewe itu terima-terima aja kalo cowo nya berusaha."
"Tapi kalau emang dasarnya jelek ya ga diterima. Tergantung HAHAHA!" Sambungnya.
Alvaro mendengus. Secara tidak langsung,Gaven telah meledek nya tidak ganteng!
Padahal, Alvaro juga termasuk cowo ganteng di sekolah nya.
Alvaro memiliki fashion yang keren.
Alvaro memiliki warna sedikit ke biruan, entahlah. Padahal, nama Gevan terdengan lebih Blasteran? Padahal, Alvaro lah yang blasteran.
Alvaro memiliki rambut berwarna coklat, dimana kebanyakan orang menginginkan rambut berwarna itu.
Alvaro juga memiliki kulit Putih, dan Bonusnya. Alvaro itu Ganteng dan Manis!
Cuman, Sengklek nya enggak karuan.Alvaro berjalan meninggalkan Gevan
"Bye orang kampret!" Pekiknya.Namun, sudah setengah perjalanan, Alvaro dengan cepat kembali menemui Gevan.
"Apa lag--"
Plak!
Alvaro tertawa bangga setelah sudah membalas perlakuan Gevan kepadanya tadi. Yakni, menepuk jidatnya.
"Mampus lu!"***
Setelah bel pulang sekolah sudah berbunyi, Kashi langsung menahan tangan Acha dengan keras.
"Idih sakit goblok!" Kata Acha tak terima dengan perlakuan Kashi yang semena-mena. "Lo gila?!" Sambungnya.
Kashi menggeleng "Nope."
"Terus?!" Balas Acha. "Ini? Kenapa ditahan tangan gue?!" Lanjutnya lagi dengan suaranya yang terdengar di naikkan nya satu tangga.
Kashi mulai meransel tas nya kemudian meraih termosnya.
"Supaya, David gak ngerebut lo untuk ngajak lo pulang bareng. Karena, hari ini gue mau Quality Time untuk belanja barang buat di Korea!" Ujar Kashi antusias. "Kita ke Mall sekarang!" Sambungnya.
Acha menerjapkan matanya tak percaya, Acha menganga seperti orang gila didepan wajah Kashi.
Kashi mencapit hidungnya dengan sebelah tangan nya, kemudian berlagak seperti orang Kebauan "Idih bau jigong!"
"Enak aja!" Bantah Acha. "Eh terus-terus? Mobil gue kaya gimana?" Tanya nya.
Kashi menggeleng frustasi "Lo panikan amat dah. Lo tenang aja, semua udah gue atur. Gue tadi emang sengaja ga bawa mobil ke sekolah, supaya bisa ke Mall bareng lo." Tegas Kashi.
"Pake. Mobil. Lo." Jelasnya.
***
Stella tersenyum "Lo ga harus kaya gini sama gue Dev," Ujarnya lirih.
Deva mengernyit heran "Apa nya yang gaharus Stel? Gila ya lo?" Balasnya.
"Jelas gaharus, lo bisa bahayain diri lo sendiri. Gimana kalai target Revina dan Citra selanjutnya,Lo?" Tanya Stella dengan takut-takut.
Namun, Deva justru menjawab dengan senyuman lebarnya.
"No problem, kalau itu semua buat lo baik-baik aja."
Stella langsung memeluk Deva dengan erat. Stella sama sekali tidak menyangkan, Deva lah yang sekarang ada untuk nya.
Dimana seluruh teman-teman nya? Teman teman lama nya kemana?krak!
Deva dan Stella langsung melepas pelukan mereka.
"Rafi," Ujar Stella seraya tersenyum.
Rafi meletak tas sekolah nya di sofa kamar pasien Stella "Lo udah mendingan?" Tanya nya.
Stella mengacungkan jempol nya "Udah dong!" Jawab nya dengan semangat.
Rafi mengernyit "Lo kenapa tiba-tiba bahagia? Lo nungguin sesuatu yang gue bawa? Lo berharap gue bawa makan--an?" Tanya Rafi.
Dengan cepat, stella menggeleng gemas.
"Enggak," Jawab nya."Jadi?" Rafi balas bertanya.
"Gue, Nunggu lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Kulkas
Teen FictionKisah tentang David, si Possessive, Pemarah, tapi terkadang manis. Tentang Acha, si keras kepala, bisa berubah-ubah. Bisa manis, bisa jutek, bisa galak. Tentang Stella, Dan tentang Rafi.