lima puluh delapan

28.9K 1K 16
                                    


"Sampai akhirnya, Bunda mulai dapat tawaran, saat kami jalan-jalan ke seluruh dunia. Disitu, Bunda bener-bener berubah. She's not----" Lagi-lagi, Kashi menggantungkan ucapannya, menahan isakan.
Acha bisa memahami itu.

"Sampai akhirnya, Bunda menjadi artis hebat. artis terkenal, artis papan atas. Meskipun, kasih sayang bunda ke gue gak berubah, tapi gue merasa Bunda sekarang gak selalu ada untuk gue. Bunda selalu Shooting. Shooting Iklan, Shooting film layar lebar, Photoshoot, Red carpet acara-acara."

"Bahkan, hari-hari gue lebih sering di isi sama Lo, dan Bunda, lo. Bahkan, gue ngerasain kasih sayang Ayah lagi, semenjak ada lo dan Ayah lo."

Kali ini, Acha yang terbungkam mendengar cerita Kashi.
Tak pernah Acha bayangkan, ternyata seberharga nya diri Acha di hidup Kashi.

Acha mulai menyentuh punggung Kashi.

"Lo gaboleh sedih, Bunda lo itu cari uang. Setelah dia punya banyak, dia bakal wujud-in apa yang lo mau. Buktinya? Tiket ke Korea siapa yang bayar?" Goda Acha.

Kashi menunduk "Bunda,Gue."

"See? Bahkan, kebanyakan artis-artis, apalagi papan atas, mengakui dirinya gapunya anak ke Publik. Tapi liat, Bunda lo. Bunda lo Kash, Bunda lo adalah sang Baryl Hilton." Puji Acha dengan wajah nya bahagia.

Kashi mendecak, "Namanya, Baryl Gillan, diganti itu. Nama panggung,"

Kali ini, terbalik, Acha yang mulai mendecak.

"Gue bakal hubungin Bunda lo, dan kita akan bersenang-senang nanti."

"Lagian, kita kesini kan mau jalan-jalan.
Mana janji lo? Biar gue Izin ke David."

Ah! Kashi hampir lupa. Bagaimana ia bisa melupakan janji Acha? Itu penting!

"Ya Allah! Sampe lupa gue! Udah buruan! Sekarang kita pergi!"

***

David memarkirkan mobil nya tepat di parkiran khusus mobilnya sendiri yang ada dirumahnya.
Alisnya bertaut, keningnya otomatis berkaut saat melihat ada sebuah motor bertengger diteras rumahnya.
Namun, David tidak terlalu menanggapi itu. "Paling juga anak buah Ayah,"

David melangkah masuk kerumah nya, sembari mengacak-acak rambutnya, sebelah tangan nya di masukkan nya sebelah kantung celananya.

"Stel?" Mata Davd terkejap, melihat adik perempuan nya duduk berduaan dengan seorang lelaki. Jelas, itu membuat David emosi. Seharusnya, Stella bilang dulu sama dia, meskipum mreka belum terlalu dekat, tapi itu adalah sesuatu yang wajib bagi David.

Stella bangkit dari sofa "Eh udah pulang lo ternyata." Ujarnya sembari tersenyum.
Bohong kalau David mengatakan senyum itu tidak menenangkan.

"Siapa?" Tanya David langsung.

"Oh ini raf---"

"Gue, Rafi. Pacarnya, Stella."

Stella menepuk jidatnya, entah akan ada perang apalagi antara dirinya dam David nanti.

"Oh ini? Baguslah. Setidaknya lo gak sama orang lain," Kata David dengan gaya slengean nya.

"Soalnya, dia juga yang bantu lo pas lo masuk rumah sakit," Lanjutnya.

Stella ingin memeluk David seerat-eratnya sekaran. David kenapa? Kerasukan?

"Lo masuk aja deh Bang, gue takut lo kerasukan soalnya." Celetuk Stella.

David yang merasa tak terima itu langsung mendeka ke Stella, dan langsung mendorong jidat gadis itu, hingga Stella kewalahan.
Baru saja Stella ingin membalas, namun David sudah lebih dulu naik ke kamarnya. Membuat, Stella hanya bisa mengepal tangan nya kuat-kuat.

Cewek Kulkas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang