tiga puluh satu

37.3K 1.3K 12
                                    

ALDI dan Kanno diberi hukuman sudah sejak 2 minggu yang lalu. Dikarenakan, Aldi dan Kanno kepergok sedang mencoba untuk bolos saat jam pelajaram bu Hafi. Begitu juga David, namun, David sudah mencium bau-bau akan ketauan, tapi kedua teman setengah warasnya itu tidak juga percaya. Jadi, David memilih untuk kembali kekelas tanpa memerdulikan kedua teman nya yang sedang beradu dengan pagar, untuk Manjat pastinya. 

Tak lama setelah David masuk kelas, terdengar pekikan dari dua orang yang amat nyaring. Sudah David duga, kedua orang itu pasti akan ketauan. Mana mungkin diberi ampun. 

Setiap hari, Aldi dan Kanno selalu berlatih tanpa lelah, menurut mereka itu amat menyenangkan. Gila. Dan mulai saat itu pula, Aldi dan Kanno sering menggoda Dinda si blasteran. Menurut mereka, menggoda Dinda sudah menjadi hobi baru mereka sekarang. Karena menurut mereka, Dinda terlihat jauh lebih Cantik saat sedang kesal. Entah, semoga saja mereka berdua tidak memiliki perasaan lebih pada Dinda.

David segera keluar dari kelas, malas melihat pendalaman karakter yang gila ini. David menuju kantin, namun tiba-tiba seseorang mencekal tangan nya.

" Clara?"

***

Haduh, jika Kashi dan Lala digabung memang seperti ini, sama gilanya. Untung saja tidak ada Acha. Kalau tidak, kantin akan dipenuhi orang-orang gila.

Lala menyenggol lengan Kashi "Beli apa?" Tanya nya. " Beli cinta," Jawab Kashi dramatis.

Lala mendecih malas.

" Kaya nya lo mabok deh! Atau.. lo sedih karena Acha punya pacar terus mereka so sweet, sedangkan lo gapunya?!" Lala menahan tawa nya yang sebentar lagi akan meledak-ledak.

Kashi membelalakkan matanya " Enak aja lo!" Bantah nya. " Dih, Acha sama David setiap hari berantem mulu!" Lanjut Kashi tak mau kalah.

Lala menyengir renyah "Sama aja, lo tetep jomblo." Mendengar itu, Kashi seperti menerima karma secara tidak langsung. Selama ini, Kashi yang selalu menjaili Acha seperti Lala menjaili Kashi, namun kali ini Kashi kena batunya. Oh,sungguh Acha amat menyayangi Lala. 

Kashi menujuk kursi yang cukup untuk mereka berdua " Duduk disitu aja!" Ujar Kashi histeris. membuat Lala harus menutup sebelah kupingnya. " Alay," Cibir Lala disertai tawanya. Kashi yang menyadari hal itu langsung berpura-pura tidak peduli.

" Bungkusin si Acha apaan ye?" Kashi melihat lihat seisi kantin nya. "Enak nya apa ya?" Lanjutnya. Lala yang melihat itu segera mendorong kepala Kashi pelan.

Kashi langsung membelalakkan matanya namun, belum sempat Kashi protes, sudah dipotong oleh Lala "Ribet amat! beliin aja Acha siomay yang gede, kan mahal." Kata Lala sambil memamerkan senyum yang amat menyebal kan khas Lala.

Kashi yang mendengar itu langsung memalingkan wajah nya emosi.

" Ya habis lah uang gue!" Bantah Kashi,tak terima. " Idih, kan tadi Acha sendiri yang bilang, kalau mahal pake uang lo!" Balas Lala tak mau kalah.

" Yaudah bagi dua sama LO!" Lala terdiam, sedangkan Kashi menyunggingkan senyum banggany pada diri sendiri. Kashi menunggu-nunggu jawaban Lala agar mau bagi dua dengan dirinya untuk membeli makanan Acha.

Setelah lama melihat ekspresi Lala yang bingung, akhirnya Lala merubah ekspresi nya menjadi tersenyum lebar. "Fine." 

***

Suasana kelas saat ini sangat panas, itulah yang dirasakan Stella saat ini. Seisi kelas nya berbisik-bisik, dan melirik-lirik ke arah nya jijik. Begitu juga Revina dan Citra yang terlihat benar-benar puas. Namun, berbeda dengan Deva yang justru melepar ekspresi iba kepada Stella. Terlihat mata Stella yang ikut berkaca-kaca saat melihat mata Deva berkaca-kaca.

Revina mendecih saat menyadari Deva menatap ke arah Stella "Lo masih mau ga sih temenan sama gue?! atau lo malah bela itu anak pergaulan bebas? hah?!" Efek kaget, air mata Deva tiba-tiba saja meluncur, dikarenakana, sebelum Revina menekan nya, memang mata Deva sudah berkaca-kaca melihat Stella.

Revina yang terlihat kesal karena Deva tidak menjawab pertanyaan nya langsung mencekal tangan Deva dan mengguncang-guncang nya " JAWAB!" Pekik Revina. Seketika, meja Revina dan Deva menjadi bahan tontonan. Begitupun Stella yang melihat adegan itu, ingin Stella menjambak dan menampar Revina si orang gila. 

Deva tidak kunjung menjawab " DASA---" Tangan Revina yang tadi sempat melayang untuk menampar Deva pun hanya melayang di udara. Benar. Stella menahan tangan Revina dari belakang. 

Revina dan Citra terlihat terbelalak kaget, mereka benar-benar tidak percaya bahwa Stella akan berulah dan mencari gara-gara lagi kepada mereka. " Lo gausah ikut campur!" Pekik Citra dengan emosi yang memburu. 

Mendengar itu, Stella tertawa sinis " Terus? ini kan seharusnya masalah Revina dan Deva, dan ga ada hubungan apa-apa nya sama lo, terus.. kenapa lo larang gue untuk ikut campur sedangkan lo sendiri ikut campur?" Ujar Stella disertai senyum sinis nya, yang membuat Revina mau pun Citra terdiam tidak dapat berucap apa-apa lagi. 

Tentu, itu membuat Revina dan Citra malu besar, apalagi melihat teman-teman sekelas mereka yang beberapa tertawa menertawakan dirinya dan Citra. Revina memberontak agar terlepas dari cekalan Stella. " Enak rasanya dibuat malu?" Tanya Stella yang kali ini mulai terbawa emosi.

Revina memalingkan wajah nya, sudah cukup malu ia dibuat Stella kali ini. "Gue ga malu tuh, apalagi yang buat malu. lo? yang bener aja.. yang ada lo yang malu!" dalam keadaan seperti ini pun, Revina masih sempat membela diri nya.

Stella mulai memamerkan sederetan gigi nya, terlihat senyuman amat sinis disana. Terlihat juga, bahwa Stella tidak segan-segan  dan tidak akan menolak jika Revina mengajak nya perang. sekarang juga. 

" Suatu saat, lo bakal ngerasain apa yang gue rasain. Suatu saat, gue akan buat lo malu didepan semua orang banyak, dan intinya lo akan ngerasain seluruh nya yang pernah gue rasain. Karma does exist, Revina. Oh hampir lupa, Citra, lo juga." Setelah itu, Stella melepas cekalan nya dan menghempas nya kuat. Ralat, sangat kuat. Membuat Revina meringis pelan. 

" Dan gue, gue enggak sudi punya temen kaya, lo. Dasar manusia licik, engga tahu diri!" Deva menyeka air matanya setelah menguccapkan kalimat itu kepada Revina. Entah perasaan apa yang menyelimuti Deva sekarang. Sedih, iya karena dirinya sempat dipermalukan tadi. Senang? pasti iya, akhirnya ia keluar dari kekangan Revina dan Citra yang selama ini menyiksa dirinya.

Samar-samar Stella mendengar suara Deva yang mengatakan tidak ingin lagi berteman dengan Revina. Mendengar itupun, Stella tidak tahu harus bagaimana. Stella bersandar di dinding, kemudian badan mungil nya terjatuh kebawah.

" Huft," Stella menghela nafas pasrah, ia akan pasrah akan apapun yang terjadi kedepan nya.

Stella memeluk kedua kaki nya, kemudian menenggelamkan kepalanya disana. Entahlah, untuk apa juga Stella menangisi semua ini. Meskipun, Stella sendiri tahu, seharusnya ia tidak memberhentikan Revina tadi, karena Revina justru akan mengatakan seluruh fitnah tentang Stella ke seluruh murid yang ada disekolah nya. Membuat status Stella sebagai murid menjadi jelek se jelek jelek nya.

" Lo ga perlu nangisin semuanya, ada gue."

Cewek Kulkas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang