lima puluh tiga

30.3K 1K 27
                                    


KASHI mengangkat hand break saat Kashi memarkirkan dengan rapihnya mobil Acha di parkiran Pondok Indah Mall 1.

"Pasti lo sengaja ngajak ke PIM, supaya bisa ke PIM 1, PIM 2, PIM 3 kan?!"

Baru Kashi ingin membuka pintu, sudah dapat semburan deluan oleh Acha.
Kashi menoleh "Iya,tuh bener banget."

Acha mendengus sebal, ia harus menyiapkan stamina untuk berjalan sepanjang hari dengan Akashi yang menyebalkan.

Acha mulai membuka mobil nya dengan pasrah. Namun, ia kembali menutup nya dan menyergah Kashi "Lo beneran udah izin ke bunda kan?"

Kashi mendelikkan matanya tak percaya.
"Lo gapercaya juga? Astaga! Udah Acha! Udah!" Kesalnya.

***

Stella sudah terlelap dalam tidur nyenyak nya. Sedangkan Rafi? Rafi masih belum bisa memahami perkataan Stella tadi.

Gue, nunggu lo.

"Argh!" Rafi mengusap wajah nya kasar. Entah, entah perasaan senang, atau sedih.
Sedih, karena Stella sama sekali hanya menganggap nya sahabat, tak lebih.
Namun, Rafi pasrah jika menjadi sahabat bisa selalu bertemu dengan Stella.

"Maksud nya bilang gitu apa?" Rafi masih juga ingin memecahkan makna dari kalimat singkat Stella itu.
Jika dilihat-lihat, Rafi cukup baperan jika seseorang yang ia suka berbicara yang cukup menyentuh hatinya.

"WOI!?"

Rafi kaget, tiba-tiba sekaleng Milo mendarat di tangan nya, setelah ia melihat minuman itu di lempar ole seseorang.
Hampir saja, Rafi menghajar orang yang kurang ajar itu. Namun, setelah melihat nya, justru Rafi malah tersenyum seadanya.

"Stella udah baik-baik aja, gausah lo cemasin lagi. Lagian, ada gue." Ujar Deva santai.

Rafi menoleh "Kalau tentang itu, gue juga tau."

Deva mengernyit.

"Terus?" Tanyanya.

"Ini soal Stella yang tiba-tiba bilang dia nungguin gue!" Balasnya.

Uhuk! Deva tersedak akan minumannya, apa yang Rafi bilang barusan?

"Lo? Cuman gara-gara itu?" Tanya Deva memastikan. "Baper? Cuman gara-gara itu?" Sambungnya.
"Yang bener aja lo!" Kata Deva tak percaya.

Setelah Deva puas tertawa, ia mulai terdiam. Wajah nya terlihat seperti orang yang berfikir keras.

"Lo.. lo suka ya sama Stella?"

Mendengar itu, Rafi seperti Familiar.
Benar, Stella permah bertanya itu kepada dirinya. Apakah Rafi menyukai Deva?
Namun, Jawaban Rafi kali ini justu berbeda dengan jawaban Rafi saat ditanya oleh Stella kemarin.

Rafi mengangguk "Hm."

Deva meletak kaleng Milo nya di meja sebelah sofa nya, kemudian menganga tak percaya.
" Bener kan, apa gue bilang! Gamungkin salah satu dari kalian ga nyimpan perasaan!" Pekiknya.

"Apasih, Gajelas." Sergah Rafi dan langsung meninggalkan Deva.

Melihat itu, Deva hanya mengulum senyum nya, sesekali mengangkat alisnya agar terkesan seperti wajah antagonis.

"Gue bantu lo."

***

"Gakuat gue Shi!"

Acha tidak perduli nantinya Kashi akan mencelotehi Acha selama perjalanan pulang, yang terpenting Acha mengistirahatkan kakinya sekarang.
Acha memilih untuk duduk di kursi pinggir dalam Mall.

Kashi menghela nafas "Gimana mau diajak sekalian liburan di Korea?" Sindir Kashi.

Acha merasa tak terima pun langsung membantah.

"Siapa suruh ngajak gue?!" Tanya nya sedikit berteriak.

"Idih baperan. Kan, gue ngajak lo supaya bisa seneng-seneng sama sahabat tercinta." Jawab Kashi dengan tampang sok manisnya.

Acha memutar matanya malas.
"Udah kan? Sekarang kita balik kan?" Tanya Acha memastikan.

Kashi menggeleng "Kita belom ke PIM 3!"

Acha ingin mencabik-cabik Kashi sampai Kashi ampun. Sungguh, kaki Kashi terbuat dari apa?! Jelas-jelas mereka sudah pergi ke PIM 1, PIM 2, masih ingin ke PIM 3?!

Acha berhenti "Gue gamau kalo ga makan dulu." Tegasnya. "Dan gue mau lo traktir." Lanjutnya.

Kashi tersenyum penuh arti.

"Sebenernya, gue emang mau nraktir sih, jadi yaudah."

Acha mendengus kesal, bagaimana cara memancing kekesalan Kashi? Kok selalu normal-normal saja?!

Acha dan Kashi berjalan santai menuju tempat makan yang mereka tuju.
Senyuman Acha sedikit tumbuh setelah membayang-bayangkan ia akan makan, apalagi mengingat mentraktir.

***

Acha menyentuh puncak kepala Kashi
"Seharusnya, lo setiap hari kaya begini. Good girl!" Ujar Acha seraya menepuk-nepuk puncak kepala Kashi.

Kashi tersenyum menghilangkan matanya.

"Siapa yang bilang traktir? Habis ini, ya lo ganti lah uangnya!"

Melihat tangan Acha yang masih di kepala Kashi, Acha mengganti fungsi tangan nya.
Acha mendorong kepala Kashi karena sebal.

"Yaudah! Gue ganti! Tapi gue gamau ikut ke Korea! Gapeduli juga kalau tiketnya udah dibeli!" Tegas Acha dengan kekesalan nya yang menggebu-gebu.

"Eh! Jangan dong! Gue kan bercanda!!"

Acha mulai tersenyum kemenangan, akhirnya Acha bisa merasakan kashi memohon-mohon padanya.

Entahlah, entah apa yang dilakukan Acha dan Kashi, hanya makan beberapan menu, tapi menghabiskan 3 jam. Ya sudah tau lah ya, dicampuri gosipan-gosipan manja.

"Udah, udah gue bayar. Ayok, lanjut ke PIM 3 ya? Kaki lo kan udah sedikit terobati," Ujar Kashi dengan lembut.

Acha hanya tersenyum malas "Hm. Terserah deh,"

Kashi tersenyum senang, kemudian memeluk kepala Acha dengan keras.
"Eh eh lepas! Lo mau pergi ke Korea kepala gue lepas?!" Pekiknya.

Setelah Kashi melepas rangkulannya itu, mereka langsung berjalan beriringan menuju PIM 3.

***

Acha menghela nafasnya sangat senang setelah akhirnya mereka keluar dari kekangan Mall yang membuat kaki nya nyaris mati rasa.

"Ya Allah pulang juga akhirnya," Ujar Acha bahagia.

Kashi menoleh "Pokoknya, malem ini lo harus packing. Lusa kita berangkat,"

Acha hanya mengangguk "Iya,bawel." Jawab Acha kesal.

Cewek Kulkas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang