Hari ini, adalah hari yang berbahagia. Dimana, Acha dan David akan pergi makan malam bersama.Entah mengapa, rasanya makan malam kali ini terasa lebih berbeda dari biasanya.
Kali ini, Achaterlihat menggunakan baju yang sedikit lebih girly, sesuai dengan dirinya yang memang berubah-ubah gayanya.
"Anak bunda, mau dilamar ya?"
Acha membelalakkan matanya "Bunda! Masih kelas 12 tahu! Emang nya bunda mau, anak nya kecepatan nikah?!"
Bunda nya tertawa.
"Dasar, yang lagi jatuh cinta." Sindir bundanya.
"Kaya dulu bunda ga cinta aja sama ayah," Tiba-tiba, bunda Acha melotot, kaget dengan kehadiran Ayah nya secara tiba-tiba.
Melihat itu, Acha hanya menyengir.
"Bun,Yah, Acha pergi dulu ya. David udah sampai soalnya,"
Bunda dan Ayah nya mengangguk, kemudian membalas pamitan Acha.
Memang, kali ini David tidak menjemput Acha. Mungkin, Dinner kali ini memang akan berbeda.
●●●
"Maaf, lama nunggu."
David menoleh.
"Gapapa, nunggu kamu balik sama aku lama aja, aku sabar." Jawab David meledek.
Acha mendecak.
"Aku mau pesan, laper nih." Ujar Acha menggemaskan.
"Gausah, aku udah pesenin."
Acha mengernyit, tidak biasanya?
"Iya, malam ini special."
Acha manggut-manggut.
Jleb!
Tiba-tiba saja, lampu restaurant mati, padam.
Dih, mahal-mahal kok mati lampu. Engga banget.
Aneh, kenapa hanya meja Acha dan David yang tetap menyala?
Acha bergidik ngeri, apa jangan-jangan, hanya mejanya dan David yang berhan...
"Mau ngapain?" Tanya Acha yang melihat David mengeluarkan sesuatu dari belakang.
"Ngambil cincin," Jawabnya.
Meski sebenarnya Acha kepo setengah mati, untuk apa David mengambil cincin. Namun, segera di hapusnya jauh-jauh fikiran itu. Kegeeran soalnya.
Acha memandang sekitar, padahal gelap.
Acha mulai menarik ikat rambutnya, hendak mengikat rambutnya. Namun, segera ditahan oleh David.
"Jangan diiket,"
"I-iya."
Entah mengapa juga, Acha harus merasa sedikit takut dengan sikap David yang seperti ini.
"Eh?"
David menarik tangan sebelah kanan Acha penuh perasaan "Ngapain?" Tanya Acha.
David tak menjawab, hanya mengeluarkan cincin yang amat bersinar dari sebuah kotak.
"Will you be mine?"
Sungguh, Acha tak habis fikir dengan pola fikir David yang mendangkal. Masih SMA! Seharusnya, tidak melamar seperti ini!
"Lo gil---"
"Ini bukan lamaran, cuman nembak ulang. Kalau Lamaran, lebih mewah. Ini bukti tanda sayang gue ke lo, bisa ukur?"
"Ukur apanya?" Tanya Acha.
"Ukur rasa sayang gue ke lo."
TBC
Next chapter itu udah Ending. Sedih sih serius huuaaaaaaa demi Apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Kulkas
Teen FictionKisah tentang David, si Possessive, Pemarah, tapi terkadang manis. Tentang Acha, si keras kepala, bisa berubah-ubah. Bisa manis, bisa jutek, bisa galak. Tentang Stella, Dan tentang Rafi.