lima puluh satu

31.1K 1K 21
                                    


"AYO  dong Cha..Mau please, temenin gue." Kashi terus memohon-mohon pada Acha untuk ikut menemani nya ke Korea, teman nya berulang tahun.

Acha mendengus sebal "Kashi, temen nya dia kan lo. Terus kenapa bawa gue?" Tanya Acha frustasi. "Lagian, lo bisa ga dateng kan?" Lanjutnya.

Dengan sigap, Kashi mendorong jidat Acha penuh kesal.

"Justru karena dia temen gue, gue ngajak lo! Eomma gue nyuruh untuk pergi sama lo aja! Lagian gak lama-lama." Jelas Kashi.

"Ya Lo bisa gada---"

Kashi mendekap mulut Acha "Dia bilang HARUS datang." Kashi menekan kata harus nya sambil mendelikkan matanya, tentu itu membuat Acha bergidik ngeri.

Acha menepis kencang-kencang tangan Kashi kemudian memekik kesal.

"Iya-iya! Gue izin sama bunda gue dulu!"

Kashi tersenyum misterius "Terlambat."

"Hah? Apa yang terlambat?"

"Terlambat. Gue udah izin deluan sama Bunda, dan sebenernya tadi itu alibi gue doang mohon-mohon sama lo. Ya, gue takut aja kalo lo pulang sekolah tiba-tiba disuruh ke korea." Ujar Kashi sambil memamerkan senyum penuh kemenangan nya.

"Lo!" Tunjuk Acha. "NYEBELIN!"

Kashi tertawa terbahak-bahak melihat Acha yang kelihatan nya sangat kesal.

***

Kashi menatap Acha heran, mengapa Acha tidak memiliki niat untuk mengikuti pelajaran hari ini? Aneh.

"Heh lo kenapa?" Tanya Kashi kepada Acha yang mulai pucat. Namun, Acha tak kunjung menjawab. "Heh!" Sambungnya.

Acha menoleh malas "Apasih?"

"Lo, kenapa?" Ulang Kashi lagi dan lagi.

Acha menunjuk diri nya menggunakan telunjuk nya "Gue?"

Kashi meringis sebal "Iyalah!" Ujarnya galak.

Semakin lama, mata Acha semakin layu layu dan "Kashi, Plis gue ngantuk banget. Tutupin gue ya, ngantuk banget asli. Bye, mwah." Acha langsung memberdirikan buku nya dan menutupi dirinya yang sedang tertidur, seolah-olah sedang belajar.

Kashi hanya menghela nafas pasrah sambil menggeleng-geleng.
Untung saja Acha mau ikut ke Korea, kalau tidak, mungkin Kashi sudah dari kapan-kapan berteriak mengatakan Acha tidur di jam pelajaran.

***

Rafi tetap tidak bisa mengontrol emosi nya sejak tadi malam.
Bagaimana bisa Stella habis dengan Revina dan Citra?

"Sabar Raf, dia cewe juga." Tahan Alvaro saat Rafi ingin mendatangi Revina dan Citra.

"Tapi dia diluar batas Al!" Bentak Rafi.

Gevan ikut menyentuh pundak Rafi "Biarin masalah ini Deva dan Stella yang nyelesain, lo gaboleh ikut-ikutan. Biarin cewe dulu yang selesain. Kalau ga bisa, lo boleh ikut." Ujarnya santai.

Rafi menatap Gevan horor "And this not you bussines too," Tegasnya.

"Raf, bener kata Gevan woi. Lo boleh bantu untuk nyerahin bukti aja gimana?" Usul Alvaro. "Bukannya, kemarin kita udah nyari bukti malem-malem pas sekolah? Lewat CCTV?" Lanjutnya.

Alvaro memang yang terbaik!

"Ya." Jawab Rafi singkat.

Melihat itu, Gevan langsung tersenyum paksa. Beginilah Rafi, tidak bisa di batalkan apa niat awalnya. Rafi adalah murid yang amat keras kepala. Tidak mengikuti perkataan orang lain, kecuali dirinya. Cuman dirinya. Dan hanya dirinya. Kecuali, kalau dengan orang yang dia sayang juga enggak tahu.

***

Acha memicing kan matanya. Samar-samar, ia dapat melihat seisi kelas nya kosong. Namun, aneh? Siapa seseorang disebelah nya?

TBC

Gais, maaf ya ini cheesy abiz

Cewek Kulkas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang