empat puluh tiga

31.9K 1.1K 44
                                    


FATHAN membuka kunci mobilnya, membiarkan Acha turun dari mobilnya dan masuk kedalam rumahnya.

" Lo kok jadi tegaan gini sih ke gue?!" Komentar Acha yang tidak terima dengan perlakuan Fathan belakangan ini yang menjadi tidak punya hati ke Acha. "Contohnya?" Tanya Fathan acuh-tak acuh.

Acha mengambil nafas.

" Satu, kaya yang tadi. Gue suruh pergi, lo malah langsung pergi, padahal kan gue sebenernya pengen pulang bareng lo supaya kena dingin.
Dua, lo suruh gue turun gitu aja, lo kira gue anak tumpangan gratisan?!" Jelas Acha disertai teriakan nya.

Fathan mendengus melihat gadis didepan nya ini. "Kalau dulu kan gue suka sama lo, kalo sekarang engga. Jadi yaudah,"

Mendengar itu, Acha menjadi menyesal memperjelas sifat Fathan kepada Fathan tadi. "Terus? Sekarang? Kenapa lo nawarin gue pulang?" Tanya Acha memberanikan diri untuk menatap iris mata Fathan.

" Karena gue udah gasuka sama lo, gue cuman anggep lo adek kelas gue, eh salah.
Adik kandung deh biar Spesial."

Entah kenapa juga Acha harus merasakan sedikit nyeri di dadanya.

Astaga!

Astaga apa yang ada difikiran Acha!? Kenapa harus nyeri?! Baguslah, sekarang Fathan hanya menganggap nya adik kandung. Toh, Acha bisa bercerita apapun sama Fathan.

Acha mengangguk paham. "Berarti, gue bisa cerita apa aja sama lo?" Tanya nya antusias.

Fathan mengangguk "Bisa, sebaliknya juga."

Acha mengernyit.

" Maksud lo?"

Fathan mendelik sebal "Lo kok makin kesini makin goblok sih!?"

" Idih lo kalo ngomong suka fitnah deh, sejak kapan gue goblok?! Makin goblok pula!" Balas Acha penuh kemarahan.

Fathan menghela nafas pasrah.

" Maksud gue, lo bisa cerita apapun sama gue, dan gue juga harus bisa ceritain apa-apa sama lo!"

Acha manggut-manggut mengerti.
" Bisa dong! Kalau sama gue dapet solusi lagi!"

" Ini udah nyampe rumah lo dari tadi! Lo mau disini terus? Segitu kangen nya lo sama gue?" Tanpa menunggu apa-apa, Acha menoyor kepala Fathan.

" Amit-amit!"

***

David membanting tubuhnya ke kasurnya dengan kekesalan tinggi. David tidak tahu, sekarang ia sedang dilanda kekesalan disertai rasa bersalah yang tinggi.

" Fathan anjing," Entah apa yang akan dilakukan David kedepannya kepada Fathan karena sudah merebut gadisnya. 

" Apa gue harus ngasih tau yang sebenarnya sama Acha? Kalo adik angkat yang selama ini dia cari---"

Otomatis, David duduk di kasurnya dan menolehkan pandangan nya ke arah ambang pintunya. "Apa Stel?"

Stella tidak menjawab, melainkan melanjutkan langkah nya mendekati David. "Kak, kalau deket sama orang, gue harus ngasih tau tentang kakak angkat gue kan?" Tanya Stella antusias.

Namun, raut wajah David saja sudah tidak seperti yang Stella harapkan. "Gak." Jawab David singkat.

" Yah..kenapa?" Tanya Stella kecewa. "Padahal, Stella deket banget sama dia." Lanjutnya.

David menghadapkan badannya menjadi berhadap-hadapan dengan Stella seratus delapan puluh derajat. "Terserah deh."

Stella mendengus sebal melihat tingkah David yang semakin lama semakin menyebalkan. "Kok terserah sih!"

" Iya terserah lah, entar kalo gue larang-larang yang ada lo ngambek, malesin." Jawab David disertai alis nya yang sesekali dinaik-turunkan nya. "Oh." Balas Stella.

" Nah, itukan bener langsung ngambek." Ledek David kepada Stella yang sekarang sedang memamerkan wajah kesal nya.

Stella mendelik.

" Bodo." Stella langsung keluar dari kamar David dan langsung menuju kamarnya.

***

22.00 wib

Acha menghela nafasnya, memutar kembali, mengingat kembali kejadian siang tadi di kantin. Sebenarnya, Acha tidak habis fikir, mengapa hal yang sama sekali tidak pernah terbayangkan olehnya, dengan cepat langsug terjadi.

" Kalo gue cerita ke Kashi, yang ada dia suruh gue Move on terus," Gumam nya heran. "Eh, tapi kan emang harus Move on." Sambungnya.

Entahlah, untuk yang kedua kali nya Acha merasakan sakit yang sama, dengan masalah yang berbeda.

Apa bedanya putus tanpa penjelasan, dan selingkuh diam-diam?

Memang beda, namun sama-sama hal gila yang dilakukan laki-laki.

Dasar gila!

Acha merebahkan tubuhnya kebelakang dan merentangkan tangannya di kasur nya yang cukup lebar.

"Gue harus bisa Move on dari David. Titik."

***

LINE!!!

Stella yang sedang memakai bandana di kepalanya pun menolehkan kepalanya ke arah ponsel nya yang baru saja menimbulkan dering.
Stella pun meraih ponsel nya yang ada di kasurnya dengan sigap.

Stella mengernyit kan dahinya heran.

"Idih? Dapet darimana dia?"

Rafi added you as friend.

Stella tidak tahu harus tertawa, senang, atau bingung. Bagaimana tidak tertawa? Apa Rafi memang mencari Id Line nya?

Stella : Woi! Lu ngapain add add gue? Dapet darimana lagi!

Stella meletak kembali ponsel nya saat belum ada kunjungan Rafi akan membalas pesan nya.
Stella menghendikkan bahu nya bersamaan dengan alisnya yang naik.

LINE!!!

Stella mendengus sebal "Baru juga ditaruh,"

Stella membelalakkan matanya saat melihat balasan dari Rafi.

Rafi : Oh, kalau tentang lo sih gue emang nyari-nyari. Namanya gebetan.

Stella :Gebetan pala lo mletak gebetan!

Stella lagi-lagi mendengus sebal melihat Rafi yang hobi menggoda Stella seolah-olah Stella adalah gebetan nya.
Jelas, itu tidak membuat Stella beranggapan aneh-aneh.

Rafi : Kan emang bener.

Stella yang melihat balasan itu, langsung memutar matanya malas.

Stella :Terserah lo deh!

Rafi : idih ambekan parah

Stella : bodo

Rafi :kok jadi lo yang marah sih? Aneh gue.

Stella : terus? Kok jadi lo

Stella membelalakkan matanya saat pesan yang sedang Stella ketik sudah buru-buru terkirim oleh Rafi.

Rafi :Hah? Kok setengah-setengah dah.

Stella : Keburu kepencet bego!

Stella buru-buru mengakhiri percakapan lewat benda pipih canggih itu dengan cepat. Bisa berabe kalau Rafi terus-terus meledek hanya karena kelengahan Stella.

" Dasar cowo gila! Pake ngaku-ngaku gue itu gebeten dia lah! Dasar aneh! Aneh!"

*********

TBC

**********

Waduh maafkan update beruntun ya:(

Cewek Kulkas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang