enam puluh satu

29.5K 1K 14
                                    


David turun dari mobilnya seraya mengunyah-ngunyah permen karet kesukaan nya. Gayanya amat slengean. Sebelah tangannya ada di kantong celana, tali tas ransel nya hanya sebelah, dan sebelah lagi dibiarkannya menggelantung.
Ditambah, rambutnya yang acak-acakan.
Tentu, itu membuat beberapa kaum Hawa sekolahnya berteriak histeris.

David tidak memperdulikan siapa-siapa, yang ada di fikirannya kali ini hanya Lala dan Acha. Meskipun, ia lebih merindukan Acha dari apapun. Biasanya,David bebas menjailinya. Namun, Acha malah tidak ada.

"Kok lo kudet sih? Yang ada di TV semalem itu kan kak Acha sama kak Kashi!"

"Iya gue tau! Tapi gue gak tau kalau kak Acha itu pacar nya kak David!"

"Nah itu lebih kudet namanya!"

"Enak banget ya jadi kak Acha sama kak Kashi. Pasti, banyak deh orang yang suka.
Apalagi, sekarang kak Acha wajah nya lumayan dikenal publik, begitu juga kak Kashi, pasti bukan hanya anak-anak sekolah yang suka!"

David membelalakkan matanya, saat mendengar adik-adik kelasnya terus menimbulkan topik masuknya Acha dan Kashi ke TV. Namun, David semakin membara saat mengetahui Acha disukai banyak orang.

David berjalan cepat, ia harus buru-buru bertanya pada Acha.
Namun, sesosok perempuan lewat dengan eloknya. Tidak sama sekali menoleh ke arah David, tidak sama sekali.

****

"KASHI!!"

Kashi buru-buru berlari ke kamar mandi, melihat apa yang terjadi dengan Acha, sampai-sampai gadis itu memekik kencang seperti itu.

"Ini rambut siapa!? Kok banyak banget?! Kashi kita harus pindah hotel! Kashi di hotel ini ada Kuntilanak nya! Kashiiii pindahhhh!!!!" Acha merengek-rengek. Dapat Kashi rasakan, badannya bergetar saking takutnya. Kashi mengetahui, Acha sangat lemah dengan yang berbau-bau Gaib.

Tanpa babibu, Kashi menoyor kepala Acha.

"Bego ya bego aja, gausah berlebihan!" Ujarnya.

Acha yang mendapat perlakuan itu dari Kashi, langsung menepis tangan nya tak terima.

"Ya lo gapapa! Gue yang takut!" Balasnya.

Kashi kembali menoyor kepala Acha.
"Lo buta? Mata lo gak berfungsi? Gue kan potong poni!"

Acha menatap tong sampah dan poni Kashi secara bergantian. Kemudian, ia menyengir setelah menyadari ternyata Kashi memotong Poni nya menjadi rata.
Lucu, Lucu banget malah.

Acha tertawa "Ternyata, lo bisa jadi orang Korea yang imut-imut juga ya! Gue kirain lo Korea kupret," Ledeknya.

Hitungan detik, raut wajahnya langsung berubah misterius.

"Atau..Lo potong poni karena, karena mau cantik ya di TV?! Terus supaya orang Korea beneran itu!" Celoteh Acha antusias.

Kashi mendesah sebal.

"Pertama. Gue, potong poni karena poni gue udah kena mata.
Dua. Gue emang orang Korea asli!" Tegas Kashi dengan matanya yang sesekali mendelik.

Acha tertawa "Biasa aja kali!"

****

Selama jam pelajaran, Revina dan Citra terus menatap ke arah Stella.
Itu adalah tatapan tidak dapat diartikan.
Entah tatapan Marah, benci, atau takut.

Deva langsung menahan Stella, setelah Stella hampir saja membalas tatapan Revina dan Citra. "Jangan dibales."

Stella tidak memperdulikan tatapan anak sekelasnya kepada dirinya selama pelajaran. Seluruhnya, menatap iba kepada Stella.
Memang, kabar Stella pingsan dan dibully tak beretika sudah menyebar lebar. Namun, belum diketahui siapa itu pelakunya.

Cewek Kulkas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang