lima puluh

29.5K 1.1K 18
                                    


DAVID  mengendarai motor nya sekencang-kencangnya. Membuat Acha ketakutan setengah mati diboncengan nya.
Acha memejamkan matanya, mengeratkan pelukan nya pada perut David. Entahlah, entah sejak kapan pelukan itu tercipta.
Bahkan, Acha sudah menyiapkan doa agar Ayah Bunda nya memaafkan kesalahan nya selama ini jika ia mati hari ini.
Acha sudah pasrah jika nyawa nya akan diambil hari ini.

"Acha cepat!" Acha membuk matanya, pandangan nya menyorot lampu yang bertulisan Rumah Sakit Cempaka 52.

Acha bersyukur, ternyata ia masih bisa melihat dunia. "Dav, kita ngapain ke sini?"

David tidak menjawab, melainkan, David langsung menarik tangan Acha dengan keras. Amat keras. Menimbulkan bercak merah disana, saking kerasnya.
Acha memejamkan matanya menahan sakitnya. Sebenarnya,Acha ingin marah dengan perlakuan David.
Namun, seperti nya sekarang bukan waktu yang tepat.

"Agh!" David menjambak rambutnya frustasi.

David menyuruh Acha untuk menunggu di kursi samping kamar Raflesia 092.

Agh gue sampe lupa Stella dan Acha adik kakak!

Acha mengangguk takut. Membiarkan David menerobos pintu kamar pasien itu.

"STELLA!?" Samar-samar, Acha mendengar suara itu.

Jantungnya berdesir hebat, ditelan nya saliva nya dengan susah, matanya terbelalak. Tangan nya lemas, keringat di sekujur tubuh nya turun begitu saja.
Ini lebih menyeramkan dibandingkan dibawa Ugal-Ugalan oleh David.

"Gamungkin, dia gamungkin balik lagi." Acha meremas rok sekolah nya.

Dengan sigap, Acha membuang nafasnya.
Seberapa bodoh nya dirinya? Mana mungkin pemilik nama Stella hanya satu?!

"Dasar Acha otak dangkal!" Kesal nya.

***

21.00 wib

Acha sudah berkeinginan untuk memesan Taksi Online. Namun, berkali-kali ia merenungkan niat itu. Ia takut David akan marah padanya karena pulang tanpa sepengetahuan David.

Acha terus memegang perutnya, perutnya terus mengadakan konser tunggal.
Tak henti-henti, membuat Acha sesekali meringis karena kesakitan.
Acha belum makan sejak pulang sekolah!
Bahkan, Acha melewatkan Sholat Maghrib nya. Entahlah, Acha harus menerima celotehan dari Ayah dan Bunda nya.

Berkali-kali Acha memandang jam yang terletak manis di tangan kiri nya dengan perasaan takut. "Bunda,Ayah, Acha pulang telat." Gumam nya.

"Apa gue masuk aja ya?"

Entahlah, Niat gila? Acha berdiri, dan memegang knop pintu itu.
Acha memejamkan matanya, bersiap-siap.

Krak!

***

David memberhentikan motor nya tepat di depan rumah Acha yang sudah gelap.
Selama diperjalanan pun, Komplek Acha terasa gelap. Kecuali, Pos Satpam.
Sesekali Acha memejamkan matanya dan mengeratkan pelukan nya saat bulu kuduk nya naik. Acha tidak tahu itu mitos atau tidak. Kata-katanya, kalau merinding itu tandanya.. Sudahlah! Aneh!

"Makasih, Da---david." Ujar Acha dengan gugup. Ia masih takut akan emosi david yang menggebu-gebu tadi.

David mengangguk sambil tersenyum.
"Iya,"

Acha mulai berjalan menuju rumah nya dengan takut-takut. Tali Ransel nya digenggam nya.

"Acha!" Acha menoleh ke arah David.

"Kenapa?" Katanya balas bertanya.

David tidak menjawab. Melainkan, David menyusul Acha yang sudah berada di teras rumahnya. Pertengahan rumah Acha.

"Gue minta maaf soal tadi, adek gue dalam masalah, dia di Bully, gue langsung emosi. Meskipun dia adik angkat gue."

"Maaf lo gajadi makan gara-gara gue, sampe malem gini. Maaf buat lo nunggu gue berjam-jam, sampe lo mau buka pintu kamar buat samperin gue. Maaf buat lo ketakutan di jalan tadi sampe meluk gue erat banget." Ujar David sambil tersenyum getir.

Acha mengangguk "Gapapa kok,"

"Oiya." Ujar David lagi. "Apa?" Tanya Acha.

"Gue udah izin ke nyokap bokap lo." Hanya 7 kata, satu makna. Berhasil membuat Acha ingin berteriak dan loncat kegirangan. Ia tidak perlu terkena semburan ceramah dari kedua orang tuanya!

" Gue balik ya?"

Acha mengangguk sambil tersenyum.
"Iya, makasih ya. Gws buat ade lo, kapan-kapan gue jenguk."

David membelalak "Gausah, udah gue pulang ya."

David kembali naik ke motor nya setelah menghelus rambut Acha. Bukan mengacak, ingat. Melainkan, menghelus!

Ah! Acha tidak mengerti.

Tadi ia marah sama David gara-gara bersifat seenak nya, dan sekarang ia ingin terbang karena sifat manis David!

***

Acha mulai memasang masker AloaVera nya ke wajah nya. Wajah Acha berseri-seri seperti orang yang baru dibelikan barang kesukaan.

LINE!!!

Acha mengernyit "malem-malem siapa dah?"

Acha meraih benda pipih itu, kemudian membaca pesan yang masuk itu.

David : Jangan lupa makan. Lo gajadi makan tadi.

"Untuk yang kedua kali nya lo bilang gini ke gue, kali ini lebih panjang."

TBC

Astaghfirullah gabisa lebih garing lagi ya aq?

Cewek Kulkas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang