epilog

4.5K 456 72
                                    

30 Desember, menjadi hari yang paling menyakitkan bagi keluarga Cho, saat si termuda memilih untuk menyerah di hari kelahirannya.

Tepat di hari jadinya yang ke tujuh belas, ia merelakan malaikat maut mengambil nyawanya.

Nyawa yang selama tujuh belas tahun belakangan ini selalu diperjuangkan, bahkan ketika nyawa yang sudah di ambang batas itu di sambung oleh pengorbanan sang Kakak tetap tidak bisa mematahkan takdir Tuhan, takdir yang bahkan sudah di goreskan sebelum seseorang lahir ke dunia.

Pada hari dimana seharusnya keluarga Cho melakukan perayaan untuk ulang tahun si bungsu harus berganti dengan upacara pemakaman.

Bahkan masih lekat di ingatan Sehun ketika tubuh kurus Taehyung tersungkur begitu saja setelah mengucapkan kata maaf kepada seluruh keluarganya.

Bukan hanya itu, ucapan dari Ayah tirinya ketika mengumumkan waktu kematian si Adik tak pernah berhenti terngiang dipendengarannya.

Sehun menbenci ketika mimpinya menjadi kenyataan, dan Sehun membenci ketika kenyataannya ia harus kembali kehilangan seseorang yang berharga dihidupnya.

Keluarganya begitu hancur saat itu juga, saat kedua kelopak Taehyung tertutup sangat rapat, dengan bibir yang begitu biru tanpa hembusan napas dihidung bangirnya.

Hyojin bahkan ikut tumbang saat itu juga, Heechul berteriak kesetanan serta Baekhyun yang enggan melepaskan jasad siadik yang mulai kaku.

Di bawah guyuran hujan mereka semua menjadi saksi dari akhir perjalanan hidup seorang Cho Taehyung.

Para pelayat sudah memenuhi sampai ke pekarangan rumah namun Hyojin masih enggan untuk keluar dari dalam kamar Taehyung, seberapa kerasnya Insung menbujuk tetap tidak membuat Hyojin melemah, ia tetap berbaring bergelung dengan selimut yang terakhir dipakai oleh sibungsu.

Aroma tubuh Taehyung seakan menyatu didalam selimut tersebut, bahkan Hyojin seperti merasakan kehadiran Si Bungsu setiap inci selimut dengan motif Lion.

Hyojin tidak menangis lagi,  namun matanya sudah membengkak, setelah beberapa jam ia menangis histeris, ia mengeratkan pengangannya pada figura photo yang memajang foto Taehyung yang begitu Tampan, dengan mata yang tertutup Hyojin mulai mengingat kenangan-kenangan manis yang terjadi ketika pertama kali ia bertemu dengan Taehyung hingga mengurusnya sampai sekarang.

Semua kenangan manis itu bagaikan roll film yang terputar begitu saja.

"Kenapa mau memilih ikut dengan Ibu mu yang lain, Baby..."

Hyojin meracau saat ini di pandangannya tiba-tiba hadir Taehyung kecil yang sedang menarik ujung selimutnya berjalan dengan kaki yang berjinjit karena dingin lantai marmer yang dipijaknya.

"I...bu.... sthu-sthu."

Hyojin bangkit dari posisinya, seakan Taehyung kecil benar ada di hadapannya, wanita paruh baya itu berlutut untuk mensejajarkan tingginya.

Dengan tangan yang seakan mengelus helaian rambut Taehyung kecilnya, Hyojin tersenyum.

"Tae, tunggu disini ya biar Ibu buatkan dulu susunya."

Hyojin mengangkat angin layaknya mengangkat tubuh si bungsu, lalu menaruhnya di atas ranjang, tidak lupa untuk mengecup keningnya sebelum pergi keluar.

"Jangan kemana-mana sebelum Ibu kembali, mengerti."

Sehun meraih tangan Ibunya saat berpapasan di depan kamar Taehyung, tadinya ia berniat untuk mengajak Ibunya turun karena proses pemakaman akan segera dilakukan.

Namun yang ia dapati hanyalah penampilan kacau sang Ibu, bukan hanya rambutnya yang berantakan tapi baju nya juga tidak layak untuk menghadiri upacara pemakaman.

Taehyung KAJIMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang