40

3.7K 461 44
                                    

"Kak, Ibu kenapa tidak ada kabar?"

"Apa?"

"Ih, Kakak tidak fokus!"

Heechul yang semula membolak-bakikan majalah menutup majalahnya dan menghampiri Taehyung.

"Jangan marah, Ibu bilang hari ini tidak bisa kesini ada hal yang harus di urusnya, jadi aku dan Baekhyun yang bertugas menjagamu."

Terdengar helaan nafas Taehyung saat Heechul selesai berbicara, anak itu mengalihkan pandangannya pada majalah yang di lihat kakaknya.

"Aku pasti sangat merepotkan ya Ka?"

"Kenapa berbicara begitu?" Heran Heechul, tidak biasanya Taehyung berbicara seperti itu.

"Tidak apa, aku hanya berpikir, betapa merepotkannya mempunyai Adik penyakitan seperti ku."

"Dengar Tae, Kakak dan seluruh anggota keluarga Cho tidak pernah merasa direpotkan oleh mu, Kau adalah sebagian dari nyawa kami, jadi Kakak mohon jangan bicara seperti itu lagi."

"Tapi itu kenyataan Kak, bahkan sejak kecil Aku sangat bergantung pada orang lain, tidak pernah bisa mandiri  dan bebas sampai kapanpun."

"Hei... Siapa bilang, masih ada kesempatan, kita sedang berusaha untuk donor itu."

"Aku tidak ingin berharap Kak, lagi pula aku tau diri, tidak mudah mendapatkan donor jantung selain persyaratannya rumit pasti keluarga si pendonor juga banyak pro dan kontra sebelum pendonoran terjadi."

"Maksudmu?"

"Maksudku, tidak banyak keluarga yang ikhlas melepas keluarganya untuk donor, karena mereka tidak mungkin tega menguburkan jasad keluarganya dengan anggota tubuh yang tidak lengkap."

"Jangan banyak berpikir tentang hal seperti itu, yang perlu kau jalani saat ini hanyalah hidup bahagia Tae dan bertahan hingga donor itu ada."

"Bagaimana kalau Aku menyerah sebelum donor itu ada." Taehyung memainkan jemari panjangnya, sebenarnya itu adalah kalimat yang berat untuk di ucapkan apalagi pada Kakaknya.

Tapi mau bagaimana pun dirinya harus mengungkapkannya, Taehyung menyadari jantungnya yang rusak itu semakin menyulitkannya, ia merasa harapannya untuk hidup semakin tipis saja.

"Tidak akan seperti itu, Kakak percaya Kau pasti bisa bertahan."

Menggenggam tangan Adiknya yang dingin membuat hatinya bersedih, Heechul masih ingin bersama Taehyung masih ingin melihat senyum Adiknya, bahkan ia ingin melihat Adiknya itu tumbuh dewasa hingga menikah bahkan mempunyai keturunan, namun bukankah itu semua menjadi angan-angan kosong bila Adiknya menyerah di tengah perjuangan.

"Tapi... Seperti nya Aku mulai lelah Kak."

Mati-matian Heechul menahan tangisnya, entah mengapa untuk saat ini air mata itu sulit sekali di bendung, ia tidak pernah mau menangis di hadapan orang terlebih itu Taehyung namun, izinkan untuk kali ini ia perlihatkan sisi lemahnya, hanya karena keputusasaan sang Adik yang mampu merobek dinding pertahanannya.

"Kakak mohon, jangan menyerah sebelum waktunya."

Taehyung hanya terdiam, tidak menjawab lagi permintaan Kakaknya, ia hanya tersenyum tangannya terulur menghapus air mata Heechul yang kali ini sudah deras mengalir, hidung pemuda itupun sudah memerah karena isakannya, ia sungguh malu, bila saja keadaannya tidak begini mungkin Heechul sudah habis di ejek Adik bungsunya itu.

"Kak, Ibu itu seperti apa?"

Heechul berhenti menangis, ia menghapus sisa air matanya sebelum menatap manik kelam Adiknya, mencoba mencerna pertanyaan itu, Heechul tidak bodoh, Ibu yang di maksud Taehyung bukanlah Hyojin melainkan Ibu kandung mereka, Hyekyo.

Taehyung KAJIMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang