"Ara...."
Panggilan seseorang membuyarkan lamunannya. Dengan cengirannya, Aurora langsung menoleh ke sumber suara itu.
"Eh, ada mbak Sinta. Hehehehe...Kenapa mbak panggil Ara?"
"Hmmm,,kamu itu ya. Diajak ngomong dari tadi malah ngelamun. Tuh pasien kamu udah diurusin belum?" tanya Sinta dengan muka sebal karena dicuekin Ara. Dengan jurus ampuhnya, Aurora mengeluarkan cokelat yang kemarin diberikan oleh ibunya.
"Ini dimakan dulu mbak. Biar gak ngambek. Oleh-oleh dari London lho itu. Khusus aku bawakan buat mbak Sinta." kata Aurora dengan bujuk rayunya. Dengan wajah memelas dan puppy eyes, akhirnya Sinta tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku Aurora seperti anak kecil yang ketahuan bersalah.
begitulah Aurora, Gadis ini tidak pernah membuat teman-temannya marah ataupun benci padanya. Karena setiap ada permasalahan, Aurora selalu bisa menyelesaikannya tanpa ada permusuhan. Kepala Ruangannya pun sangat menyukai kinerja Aurora yang ramah, baik itu ke pasien ataupun sesama teman. Melihat kejadian itu di Nurse Station, Bu Rahma ikutan nimbrung dan mencomot makanan yang dibawa oleh Aurora.
"Ara, kamu itu kok selalu bawa makanan dari luar negeri sih. Emangnya kamu dapet darimana? Bukannya kamu itu gak punya saudara yang jadi TKI ya?" tanya mbsk Sinta curiga
"Ehm, gini lho mbak. Tetangganya mamaku itu kan TKI. Jadi kalo pulang ke Indonesia selalu bawa makanan ato barang-barang dari sana. Daripada aku makan sendiri di kontrakan, kan lebih baik aku bawa kesini. Bisa dimakan rame-rame ama temen-temen. Ya kan Bu Rahma?" tanya Aurora sambil mengedipkan salah satu matanya.
"Iya Ra. Eh, pasien kamu yang mau pulang udah kamu urusin administrasinya belum? Kok Kasir belum telfon kita ya?" kata Bu Rahma mengalihkan pembicaraan
"Eh, udah kok bu. Tadi aku yang terima telfon. Udah aku login pulang juga. Tinggal dijelasin pulang aja sama Ara" sahut Sinta dengan mulut penuh makanan. Aurora hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku seniornya itu.
Dengan cekatan, Aurora membawa sebuah buku dan juga beberapa obat-obatan yang akan dibawakan pulang untuk pasiennya. Tanpa diketahui Aurora, Bu Rahma mengikuti Aurora dan melihat bagaimana kinerja dia saat ke pasien. Karena setiap kali pasien mengisi survei saat akan pulang, mereka selalu merasa puas dengan pelayanan di ruangan itu. Tidak jarang juga mereka menyebutkan nama Aurora pada lembar survei itu.
Aurora memang menyembunyikan identitas yang sebenarnya dari semua orang yang ada disekitarnya, kecuali sahabat kecilnya Chaterine dan Bu Rahma.
"Ara, setelah ini kamu ikut ke Ruangan saya ya?"
Aurora mengangguk sambil tersenyum. Siapapun yang melihatnya tersenyum tidak akan pernah bisa melanjutkan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Nurse
RomansaAurora Evren Naureen, Gadis manis berdarah campuran Indonesia-Turki-Portugis. Dengan tinggi 178 cm dan memiliki warna mata biru terang. Aurora sering dihina oleh teman-temannya karena warna matanya yang aneh sehingga Aurora harus menggunakan kontak...