Bab 39

624 31 0
                                    

Sudah 2 bulan sejak pertemuannya dengan Aurora malam itu, Aldrick sama sekali tidak menghubungi Aurora. Entah kenapa perasaan Aurora menjadi cemas. Tanpa disengaja dia membuka sebuah situs di laptopnya. Betapa terkejutnya dia membaca sebuah berita yang mengatakan bahwa 2 bulan lagi Aldrick dan Shely akan melangsungkan pernikahan mereka.

Hatinya hancur berkeping - keping. Impiannya memiliki sebuah keluarga yang bahagia hancur sudah. Tidak ada lagi yang tersisa dari dirinya. Kenangan manis yang dibuat oleh Aldrick membuatnya begitu marah. Tapi dia tidak bisa marah kepada Aldrick. Meskipun dia menghancurkan harapan serta impiannya, Aurora tidak bisa marah pada Aldrick. Hanya kekecewaan yang luar biasa dalam hatinya. Seharian dia tidak mau keluar kamar bahkan saat para maid datang bergantian membujuk majikannya untuk makan, tidak satupun ada yang berhasil. Kepala Asisten rumah akhirnya dengan terpaksa menelpon Tuan dan Nyonya. 

Ketukan pintu tidak membuat Aurora beranjak dari tempat dia duduk. Karena panik, Ayah Aurora akhirnya terpaksa mendobrak pintu kamar putrinya. Tampak Aurora sedang duduk di balkon seorang diri dengan kamar yang masih terlihat rapi. Hanya Aurora sangat berbeda dari biasanya. 

"Stop... Jangan ada yang mendekat" ujar Aurora menahan langkah Keanu.

"Nak, ada apa denganmu. Kami semua khawatir. Sejak pagi hingga malam kamu tidak mau makan, kamar dikunci. Dan kamu tidak seperti biasanya sayang." kata Keanu dengan lembut

"Sejak kapan kalian berbohong ke Ara?"

"Maksudnya apa nak?" kali ini Brenda yang bertanya

"Sejak kapan kalian mulai berbohong tentang hubungan Aldrick dan Shely?" tanya Aurora yang masih tetap membelakangi keluarganya. Brenda dan Keanu langsung saling berpegangan tangan. Nafas mereka berdua saling tercekat dan saling pandang.

"JAWAB ARA MA!!!! SEJAK KAPAN MAMA PANDAI BERBOHONG???"Teriak Aurora

"Nak, dengarkan dulu penjelasan mama. Ini semua demi almarhum kakak kamu sayang"

"KAKAK SUDAH MENINGGAL. BIARKAN KAKAK TENANG...."

"Ara......dengerin aku. Aldrick mempertaruhkan hubungan kalian demi mengungkap kematian kakakmu. Asal kamu tau....."

"Aku sudah tidak bisa memercayai siapapun di rumah ini, termasuk kamu Erick. Karena kamu adalah sahabat pria itu. Malam ini aku akan pulang ke Italia. Semua sudah Ara siapin. Jangan ada yang menghalangi." kata Aurora sambil menarik 2 kopernya. Semua hanya terpaku melihat Aurora keluar kamar. Mereka tidak bisa mencegahnya karena jika semakin ditahan, Aurora akan memberontak.

"Satu hal lagi, jangan ada yang menemuiku sampai aku benar-benar pulih. Aku kecewa dengan kalian....."

Mereka hanya melihat Aurora meninggalkan rumah dari jendela kamar. Brenda mulai menangisi kepergian putrinya. Erick segera meraih telfon genggamnya dan mengabari kondisi dirumah pada Aldrick. Mendengar hal itu, Aldrick begitu marah. Semua yang ada di mejanya dijatuhkan ke lantai. Dipukulnya dinding kamarnya hingga menyebabkan tangannya terluka. Ini tidak seperti yang direncanakan. 

"Kumpulkan semua bukti-buktinya, bawa ke polisi. Biar mereka menangkap keparat. Shely biar aku yang urus." kata Aldrick sambil memutuskan sambungannya dengan orang lain. Dia tampak mempertimbangkan sesuatu sampai pada akhirnya dia mengambil kunci mobilnya dan melangkah dengan cepat menuju garasi. Dia membawa mobilnya dengan kecepatan yang tidak wajar. Untung saja dia mengemudi di malam hari.

Ccciiiiiiitttt..........!!!!!!!!

terdengar suara ban bergesekan dengan aspal. Bekasnya tampak disitu. Aldrick turun dari mobil dengan terburu-buru. Diketuknya pintu rumah itu berkali-kali. Terdengar sahutan dari si pemilik rumah. Betapa terkejutnya dia saat membuka pintu dan Aldrick muncul dihadapannya...

"Kamu........"

My Lovely NurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang