Part 2 Aldrick

1.8K 93 0
                                    

"Bodoh. Kalian itu masih mau bekerja padaku atau tidak Haah!!!!!"

Sambil membanting beberapa tumpukan kertas didepan beberapa karyawannya, Aldrick memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

"Kalian bertiga lembur hari ini. Saya tidak mau tahu, kerjakan laporan itu sampai benar lalu kirim ke email saya. Jika sampai nanti jam 12 malam belum juga ada yang masuk, maka bersiap-siaplah angkat kaki dari perusahaan ini" perintahnya dengan sorot mata yang tajam. Siapapun yang mendapat tatapan seperti ini, nyalinya akan menciut. Seakan-akan ada pedang yang siap menghujam.

"I..ii..iya pak. K..Ka..Kami akan memperbaikinya" kata salah satu karyawannya dengan terbata-bata dan menundukkan kepalanya

"Tunggu apalagi. KELUAR...."

"Sarah, bawakan aku secangkir kopi sekarang" perintahnya melalui intercom. Tidak lama kemudian, Sarah membawakan secangkir kopi dan juga camilan yang tersedia di pantry ruang kerjanya.

"Lain kali jika kamu berpakaian seperti itu, akan kupastikan kamu tidak akan bekerja lagi disini. Kosongkan jadwalku hari ini. Aku tidak mau diganggu."

Aldrick adalah CEO dari Hawkins Corp. Dimana perusahaan ini bergerak di bidang properti. Namun berkat usahanya, perusahaan keluarganya ini berkembang pesat. Tidak hanya pada bidang properti saja, Hotel dan resort pun banyak dimilikinya.Semua tersebar disegala penjuru dunia. Ayah dan Ibunya menetap di Italia. Sementara kakeknya berada di Indonesia. kata kakeknya, Beliau ingin dekat dengan peristirahatan Neneknya yang berasal dari Indonesia.

Aldrick terkenal sebagai sosok yang dingin, tatapan yang selalu mengintimidasi dan juga kejam. Di kalangan pebisnis, siapa yang tidak mengetahui nama Aldrick Devon Hawkins. Siapapun yang tidak jujur dan disiplin, maka tidak segan-segan Aldrick akan menyingkirkan orang itu. Masa lalunya yang telah membuatnya berubah seperti ini. 

Saat ini Aldrick berdiri di pinggir kaca sambil menikmati beberapa gedung tinggi yang ada di kota London. Kantor pusatnya memang berada di London. Sudah berkali-kali Ibunya meminta agar Aldrick melupakan wanita sialan itu, dan lagi-lagi dia hanya tersenyum. Akibat ulahnya ini, baik itu sahabatnya, orangtuanya maupun kakeknya sendiri hampir putus asa.

Tepukan lembut pada bahu Aldrick, membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Sarah, sudah kubilang aku tidak mau diganggu. Jangan bertingkah tidak sopan pada bosmu" ucapnya dengan nada tinggi tanpa menolhe ke belakang.

"Termasuk Mama kamu nak?"

"Mama? sejak kapan mama ada disini? Maaf Al tidak tau. Al siapin Matcha tea kesukaan mama ya" katanya sedikit terkejut. Segala yang berkaitan dengan keluarganya, Aldrick selalu menyiapkannya sendirian. Diliriknya sekretarisnya sudah berganti baju yang menurut Aldrick seperti kekurangan bahan. Aldrick tidak suka dengan perempuan genit yang memakai baju yang super ketat dan menampilkan paha mulus mereka. Jangan pikir Aldrick sama seperti orang kaya yang akan memakai tubuh sekretarisnya untuk pemuas nafsu ataupun menyewa jalang-jalang untuk makanan mereka. Justru Aldrick sangat menghargai wanita yang berpakaian sopan dan bertingkah baik.

"Mama kesini kok gak bilang Al? kan Al bisa jemput mama." kata Aldrick sambil menyodorkan matcha tea kesukaan mamanya.

"Ada yang harus mama bicarakan sama kamu nak"

"Apa itu ma?"

My Lovely NurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang