Bab 29

746 40 0
                                    

Aldrick mengemudi dengan panik. Berharap masih ada kesempatan supaya kekasihnya bisa nertahan hidup. Aldrick segera membelokkan mobilnya ke rumah sakit yang paling dekat dengan lokasi kejadian itu. Dengan langkah gontai dan tangan gemetar, Aldrick menggendong Aurora yang terkulai lemah. Darahnya tercecer ke lantai dan bajunya. Wajah indah Aurora mulai memucat. Tangannya pun mulai dingin.

"DOKTER...!!! DOKTER...!!! HELP ME PLEASE..!!!!" teriak Aldrick yang berhadil membuat seluruh ruang IGD menjadi riuh.
Seketika itu juga beberapa dokter dan suster segera membawa brancart dan mendorongnya menuju ruang penanganan khusus.

Ada dokter bedah yang ikut turun membantu Aurora. Tampak 2 dokter yang berdebat. Ada satu petugas laboratorium yang sedang mengambil darah Aurora. Beberapa suster memasang infus dan membersihkan badan Aurora yang banyak terkena darah. Dan setelah perdebatan kecil antara 2 dokter, mereka berjalan ke arah Aldrick dengan wajah tegang dan panik.

"Maaf sebelumnya. Hubungan anda dengan pasien didalam apa?" tanya salah satu dokter itu.

"Saya tunangan Aurora dok."

"Perkenalkan saya Jeremy, spesialis bedah umum. Hmm,, begini pak. Tubuh tunangan anda mulai melemah dan banyak kehilangan darah. Dari hasil rontgen, saya menemukan sebutir peluru yang bersarang tepat disebelah jantung kekasih anda. Mungkin jaraknya sekitar 2 - 3 cm. Saya bisa mengeluarkan peluru itu. Tapi kemungkinan operasi ini berhasil begitu kecil. Dan tolong segera siapkan pendonor darahnya. Karena kita sedang tidak ada stok darah AB disini. Saya permisi dan berdoalah supaya operasi ini berjalan lancar" ujar dokter Jeremy sambil pergi dari hadapan Aldrick. Mendengar penjelasan dari dokter, mendadak tubuh Aldrick menjadi lemas. Dia segera menghubungi keluarga merek berdua. Sementara itu Aldrick menuju ruang khusus untuk mendonorkan darahnya karena golongan darah mereka sama.

Di ruangan lain, meja operasi sudah siap. Dokter Jeremy dan perawat operator pun sudah siap memulai operasi.

"Sudah siap semua? Kita mulai operasi pengambilan peluru pada pukul 23.00 dengan pasien nona Aurora. Periksa tanda vitalnya." ujar dokter Jeremy.

Monitor kecil menunjukkan tanda-tanda vital yang masih normal. Hembusan nafas Aurora masih teratur.

"Oke, kita sudah sampai pada tujuan kita. Pelurunya terlalu dekat dengan jantung" kata dokter Jeremy.
Sesekali tangannya bergetar seakan-akan ragu untuk menyelesaikannya. Jika salah sedikit saja, maka organ yang sangat vital itu akan tergores.
Dokter Jeremy mengumpulkan tekadnya. Sesekali asistennya mengusap keringatnya.

"Dok, tekanan darah pasien mulai menurun. Pasien mulai banyak kehilangan darah. Cepat ambil pelurunya llu kita selesaikan semuanya dok" ujar perawat operator. Dengan tekad yang kuat, dokter Jeremy pun mengambil butir peluru itu. Mereka berhasil, hanya saja kondisi Aurora mulai menurun.

"Kasa.." perintah dokter Jeremy, perawat operator pun segera membersihkan darah yang keluar.

"Kauter.."

(Kauter itu sebuah alat untuk menghentikan perdarahan selama operasi dengan cara sedikit membakar bagian yang diinginkan)

Dokter Jeremy segera menutup bidang operasi dan tanda vital Aurora pun kembali normal.
Beberapa detik setelah mereka merayakan keberhasilan operasinya, tiba-tiba monitor berbunyi. Detak jantung Aurora melemah. Dokter Jeremy segera mengambil Defibrilator dan menseting alatnya ke dalam bradicardia packing, dimana pengaturan alat ini bertujuan untuk menstimulasi otot jantung supaya mempertahankan denyut jantung yang cocok ketika jantung bekerja terlalu lambat.

Setelah 2x melakukan kejut jantung, Aurora berhasil melewati masa kritis. Dokter Jeremy pun bernafas lega karena Aurora berhasil selamat.

Aurora pun dipindahkan ke ruang ICU untuk pemulihannya karena kondisinya yang belum memungkinkan untuk dirawat di ruang perawatan biasa.

Sementara itu, Sherly mengumpat berkali-kali melihat Aurora selamat dari maut. Hanya ada satu cara untuk memisahkan mereka dan Sherly bisa menguasai Aldrick dan hartanya.

"Tunggu saja, kau akan menjadi milikku lagi sayang" ujarnya dengan senyuman sinis....

My Lovely NurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang