Layar monitor di sebelah tempat tidur Aurora selalu berbunyi. Tiap 1 jam sekali ada seorang perawat mengecek kondisi Aurora pasca operasi yang kedua. Setelah menggelar konferensi pers, Aldrick hanya bisa melihat dari jauh kondisi Aurora. Hanya sebatas kaca, dia tidak bisa seperti dulu lagi karena dia tahu Shely akan mengawasi kemanapun dia melangkah. Tanpa disadari, Aldrick meneteskan airmata karena kondisi Aurora yang belum pulih.
Kepalan tangannya memutih. Menahan gejolak emosi yang membendung di hatinya. Badannya panas, seperti bara api yang sedang terbakar. Andaikan saja Aldrick tidak melancarkan rencananya untuk memasukkan mereka berdua ke dalam penjara, mungkin sekarang Aldrick sudah disamping Aurora.
"Hmmm,,,sayang. Ayo pulang. Masih ingat janjinya kan? Atau kamu mau nyawanya berada diujung tanduk seperti kemarin lagi?" Ancam Shely sambil berbisik. Aldrick menatap Shely dengan tajam dan akhirnya dia mengekori Shely yang menuju tempat parkir mobil.
Setelah Aldrick beranjak dari tempat dimana dia berdiri tadi, tubuh Aurora merespon dengan gerakan jari yang perlahan-lahan bergerak. Dilanjutkan dengan matanya yang bergerak dan akhirnya dia mengerjapkan mata, menyesuaikan dengan kondisi sekitarnya.
"Ma,,, Aku dimana?" tanya Aurora dengan suaranya yang parau.
"Euh, sayang. Jangan bergerak dulu nak. Kamu ada di Rumah Sakit tempat kamu bekerja sayang. Mama panggilkan dokter ya?"
"Gak usah ma. Tolong fotokan layar yang disamping Ara ma, biar Ara baca sendiri."
Mamanya hanya bisa menggelengkan kepala sambil memotret layar itu. Kemudian ditunjukkannya hasil jepretan mamanya. Aurora mengerutkan keningnya seakan-akan tidak percaya dengan alat yang merekam aktivitas kerja jantungnya. Tidak lama setelah itu, Aurora meminta supaya dipanggilkan dokter Rukma.
"Dok. aku mau tanya. Ada apa dengan jantungku dok? Tolong jawab jujur."
"Iya aku tahu itu hakmu untuk mengetahui penyakitmu Ra. Jadi kemarin itu kamu mengalami tamponade jantung. Perikardiummu terisi cairan, jadi kemarin kita melakukan operasi yang kedua kali. Kamu sempat mengalami syok dan kita hampir saja kehilangan seorang perawat kebanggaan rumah sakit ini."
""Astaga.... Pasti karena trauma tembak kemarin ya dok. Terus ini kenapa rekam jantungku jadi seperti ini dok?"
"Hmm,, itu karena adanya trauma tembak dan juga tamponade jantung sehingga irama jantungmu juga ikut mengalami gangguan."
"Apa berarti ini untuk selamanya dok?"
"Kemungkinan Ra. Tapi nanti jika akan kuberikan obatnya. Semoga ini hanya sementara saja. Sekarang istirahatlah dan jangan terlalu banyak pikiran. Aku ingin perawatku ini segera sembuh dan bekerja kembali. Rumah sakitnya ini terlalu sepi tanpa adanya dirimu."
Semua orang yang di ruangan itu akhirnya tertawa, tidak ketinggalan Aurora pun tertawa. Setelah dokter Rukma keluar ruanga, mata Aurora menyisir seluruh ruangan dan ketika Aurora menanyakan dimana keberadaan Aldrick, mereka langsung kikuk. Ada yang berpura-pura membaca koran, minum kopi, ke kamar mandi. Sampai akhirnya dia menanyakan Rani, karena dia tahu jika Rani tidak akan berbohong padanya.
"Ehm, begini kak Ara. Euhm, Kak Aldrick tidak bisa menemanimu karena,,, karena salah satu cabang perusahannya di Italia sedang mengalami masalah besar. Jadi kemungkinan dia tidak bisa datang kesini sekitar 2 minggu. Iya,,,gitu Kak." jawab Rani. Aurora menghela nafas berkali-kali dan akhirnya dia tersenyum lega karena kegelisahannya terjawab sudah.
"Syukurlah jika tidak terjadi apa-apa padanya. Pasti sekarang dia sibuk banget. Kalau aku telfon pasti tidak mungkin diangkat. Ya sudah, biar aku sembuh juga terus aku liburan ke Italia sekalian jenguk mereka. Boleh kan ma?"
"Eh,, Iii,, Iiiyaa boleh sayang."
Aurora tersenyum bahagia, sementara anggota keluarga saling melepmpar pandangannya. Semoga sebelum Aurora keluar Rumah Sakit, Aldrick sudah menyelesaikan masalahnya. Batin Mama Aurora......

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Nurse
RomansaAurora Evren Naureen, Gadis manis berdarah campuran Indonesia-Turki-Portugis. Dengan tinggi 178 cm dan memiliki warna mata biru terang. Aurora sering dihina oleh teman-temannya karena warna matanya yang aneh sehingga Aurora harus menggunakan kontak...