Pagi ini disambut dengan terik matahari yang begitu hangat. Entah kenapa sejak melihat berita kemarin, Aurora menjadi sedikit lebih tenang. Namun hatinya masih merasa bersalah ke keluarganya sampai dia pergi dari rumah. Sudah 2 bulan lamanya dia meninggalkan Indonesia dan tinggal bersama kakeknya. Dia senang berada disini karena Aurora bisa bermain dengan satu-satunya keponakannya. Keponakan lelakinya yang begitu imut. Paras dan matanya sangat mirip dengan Sam. Itulah yang membuatnya betah jika berlibur ke Italia. Rasa rindunya kepada Sam ditumpahkan dengan bermain dengan keponakannya, Lucas.
Hari ini Aurora bangun sangat kesiangan. Mungkin jika Lietta tidak membukakan tirai dan jendela kamarnya, Aurora tidak akan bangun. Harusnya Lietta berangkat kerja, tetapi dia hanya memantau pekerjaannya di rumah karena dia ingin menemani kakaknya yang cantik ini yang sedang galau. Semua orang tidak menyalahkan Aurora karena memang ini hanya kesalahpahaman yang terjadi saja.
"Hei pemalas. Ayo bangun. Kita sudah kelaparan menunggu kakak ternyata masih enak-enaknya tidur yaa...." kata Lietta sambil menarik selimut. Aurora menyipitkan matanya karena silau. Tubuhnya bergelung karena udara pagi ini sangat dingin meski matahari sudah muncul.
"5 menit......" jawab Aurora masih dengan mata terpejam
"Kak,,,,, ini sudah jam 8 pagi. Cepat bereskan dirimu. Turun buat sarapan karena kak Maria dan Lucas sudah menunggumu..." kata Lietta sembari menghempaskan tubuhnya disebelah Aurora.
Dia mengerjapkan matanya. Memandang langit kamarnya dan sesekali melirik adiknya yang asyik bermain game.
"Trus kamu ngapain masih disini Ta?" tanya Aurora sebal
"Aku mau menunggumu sampai selesai berpakaian. Udah buruan mandi kak. Lemot banget sih...."ejek Lietta. Aurora melangkah dengan gontai menuju kamar mandi. Jika dia masih bermalasan bisa-bisa kena omelan kereta apinya Lietta.
Lietta memilihkan baju kakaknya untuk berjalan-jalan. Karena sesuatu yang spesial untuk kakaknya akan terjadi. Dia tidak sabar menunggu siang di Piazza. Sambil memilihkan pakaian, Lietta senyum bahkan sampai hampir tertawa ketika dia membayangkan ekspresi kakaknya nanti. Lietta menyiapkan sebuah cardigan dengan motif etnik khas Indonesia, kaos lengan pendek dengan warna gelap dan celana hot pants. Tidak lupa sepatu sneakers berwarna merah maron. Suara pintu kamar mandi terbuka, akhirnya yang ditunggu sudah selesai mandi. Lietta tersenyum dan pamit keluar karena sudah dipanggil Maria.
########################
"Bagaimana kakakmu, Lietta?" tanya kakek dan Maria serempak, membuat mereka tertawa terbahak-bahak.
"Tenang, dia gak curiga kok. Sudah menghubungi mereka kak?"
"Semua sudah siap. Mama dan Papa juga sudah sampai. Nanti keluarga Aldrick menyusul saat makan malam." jawab Maria penuh semangat
semua langsung tutup mulut ketika Aurora berada di ruang makan. Aurora meminta maaf karena dirinya terlambat untuk sarapan.
Setelah selesai sarapan yang sedikit siang, mereka kemudian pergi untuk jalan-jalan mengelilingi kota Venice. Mereka sepakat untuk berpencar karena Aurora ingin menikmati kesendiriannya. Dan mereka pun tahu Aurora akan meminta hal ini, sehingga rencana untuk kejutannya pun berjalan sangat lancar. Mereka berjanji untuk bertemu di Piazza saat makan siang.
Aurora menyusuri jalanan Venice yang terkenal dengan jalan bebatuan yang berliku-liku. Selain terkenal dengan ratusan kanal airnya, Venice juga dikenal dengan jalan bebatuannya yang berliku-liku. Saking banyaknya, berjalan di sini bagaikan menyusuri sebuah labirin. Namun demikian, hal ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Tak heran saat ada yang mengatakan belum ke Venice jika belum merasakan tersesat di sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Nurse
RomanceAurora Evren Naureen, Gadis manis berdarah campuran Indonesia-Turki-Portugis. Dengan tinggi 178 cm dan memiliki warna mata biru terang. Aurora sering dihina oleh teman-temannya karena warna matanya yang aneh sehingga Aurora harus menggunakan kontak...