Setibanya di bandara, kendaraan yang menjemput Aldrick sudah disiapkan. Sampai di Jakarta masih gelap. Beberapa mobil mewah yang berbaris rapi membelah jalanan Ibukota menuju Rumah Sakit dimana Aurora tengah dirawat. Begitu sampai di Rumah Sakit, Aldrick segera turun dan berlari menuju ruang intensive care. Melihat kekasihnya tak berdaya diatas kasur dan kembali mengenakan banyak selang yang terpasang di tubuhnya, membuatnya bergidik ngeri. Membayangkan Aurora kejang dan melawan maut sendirian tanpa ada dirinya di sampingnya. Membuat Aldrick mengepalkan tangan. Menahan emosi yang saat ini sedang bergejola. Layaknya api yang tengah berkobar, yang ingin melahap semua yang berada didekatnya.
Aldrick tidak peduli jika badannya lelah, dia hanya ingin melihat Auroranya supaya membuka matanya. Menatapnya dengan penuh kasih sayang, mengomelinya ketika dia sedang menggodanya. Betapa dia merindukan kekasihnya untuk segera sadar dan menemaninya lagi.
Aldrick meminta ijin kepada petugas medis yang sedang berjaga untuk melihat Aurora sebentar saja karena dia tahu jika saat ini bukan waktunya jam berkunjung. Perawat yang berjaga saat itu kemudian memperbolehkan dia untuk masuk sebentar saja.
Kakinya bergetar ketika dia mendekati tempat tidur dimana Aurora sedang terbaring lemah. Airmata pun meluncur, tidak peduli jika dia dibilang lelaki yang lemah karena menangis. Tangannya menggenggam erat tangan Aurora yang dingin karena suhu di ruangan itu sangat dingin. Pundaknya bergetar menahan isak tangis melihat kekasihnya masih menutup mata.
"Sweetheart, please open your eyes. Wake up darling. Im here, beside you. Really miss you, miss your laugh, your kiss. Forgive me..."
Waktu menunjukkan pukul 7 malam, tetapi tanda-tanda kehadiran wanita itu belum juga muncul. Hingga akhirnya, wanita itu berada tepat di hadapan Aldrick dengan menggunakan pakaian yang sanagat minimalis. Mungkin jika Aldrick tidak mengingat rencananya untuk menghancurkan wanita itu dan komplotannya, dia sudah menyakiti dan membantai habis-habisan hingga tidak ada yang tersisa sedikitpun dari dia.
Langkah kaki wanita itu begitu mantap, tatapan mata laparnya saat melihat Aldrick, dan senyumnya yang sangat puas melihat lelaki yang dulu pernah dicintainya sekarang berdiri di hadapannya. Aldrick mungkin kalah telak dengan wanita itu saat ini, tapi tidak untuk berkelanjutan.
"Ah, bau yang membuatku begitu mendambakan dirimu sayang. Parfum yang selalu sama dan tidak pernah berubah. Ah, kau membuatku segera untuk membawamu pulang." kata wanita itu sambil tersenyum dan berusaha untuk menggoda Aldrick.
"Hmm,,betulkah aku membuatmu bergairah hanya dengan menatapku?"
Wanita itu mengangguk, tanda mengiyakan pertanyaan yang dilontarkan Aldrick.
"Apa maumu? Akan aku turuti apapun permintaanmu."
"Benarkah sayang?" tanya wanita itu kegirangan.
"Asal jangan pernah menyentuh Aurora sedikitpun. Jika kejadian kemarin terulang kembali, akan kupastikan mata indahmu itu terlepas dari tempatnya dan akan kuremukkan seluruh tulangmu sampai tidak ada yang bisa mengenalimu lagi. Dan setelah itu akan kutinggalkan jasadmu di pinggir hutan yang jarang orang lewat sehingga tubuh indahmu ini membusuk disana." ujar Aldrick sambil meremas lengan wanita itu. Shely tetap tersenyum sambil memandang wajah tampan Aldrick meskipun dia tahu lengannya yang mulus itu begitu sakit.
"Semakin kamu menyakitiku, semakin membuatku bergairah sayang. Hmmmm,,,kamu tau sayang. Anak yang sudah kelahirkan kemarin sudah aku serahkan ke salah satu panti asuhan di Jakarta. Karena aku sudah tahu kalau kamu akan kembali ke pelukanku. Jadi, biar dia tidak mengganggu aktivitas kita juga. Hahahahaha" kata Shely dengan penuh keyakinan. Aldrick tersenyum miring, meskipun dia tahu jika nanti setelah Aurora sadar, hubungan mereka yang akan menjadi taruhannya.
"Baiklah, aku tidak ada waktu banyak. Katakan maumu apa sekarang?"
"Tidurlah denganku malam ini...."
"APAAAAAA......!!!!!"
"Hahahahah,,,,aku bercanda sayang. Aku tahu kamu tidak akan pernah mau melakukan hubungan itu sebelum ada ikatan pernikahan. Hmmm,,,inilah yang aku suka darimu. Yang seharusnya seorang triliuner itu punya banyak wanita, keluar masuk hotel sesukanya dan berganti-ganti pasangan. Sedangkan kamu tidak pernah sedikitpun seperti mereka. Beruntung sekali Aurora bisa mendapatkan dirimu..."
"Well,,what do you want? I dont have much time...."
Lagi-lagi Shely menghela nafas. Entah apa yang dipikirkannya sampai seperti ini. Terkadang hatinya melarang untuk berbuat nekat, tapi ketidakwarasannya lebih kuat untuk mendapatkan Aldrick dengan cara apapun.
"Hmm,,begini sayang. Aku mau kamu memutuskan hubunganmu dengan Aurora, semua media harus tahu jika kamu tidak lagi bersama dengannya. Kemudian umumkan juga jika kamu hanya mempermainkan dia dan akan menikah denganku dalam 3 bulan lagi di Italia. Bagaimana?"
Aldrick tersenyum lebar bahkan tertawa terbahak-bahak, karena inilah yang ditunggu-tunggu. Dia sudah mengetahui apa yang diinginkan oleh Shely sebelumnya.
"Hanya itu? Baiklah, beri aku waktu 2 hari dan kamu akan mendapatkan semua keinginanmu..."
Aldrick segera bergegas kembali ke rumah sakit dengan langkah tegap sembari menggulung lengan bajunya. Jas kerjanya diletakkan di bahunya, sambil dia menahan tawa.
"Tunggu apa yang akan aku lakukan setelah tahu jika kau dan Reyhan berkomplot membunuh dan mencelakai Aurora dan kakaknya...." gumam Aldrick.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Nurse
RomansaAurora Evren Naureen, Gadis manis berdarah campuran Indonesia-Turki-Portugis. Dengan tinggi 178 cm dan memiliki warna mata biru terang. Aurora sering dihina oleh teman-temannya karena warna matanya yang aneh sehingga Aurora harus menggunakan kontak...