Bab 35

625 26 0
                                    

Ruangan yang begitu sunyi, hanya ada suara mesin yang merekan aktivitas jantung. Begitu dingin, sedingin ketika berada di pinggir pantai pada malam hari. Aku merasakan begitu dingin. Kulitku seperti menyentuh balok es. Entah kenapa jantungku seakan-akan melemah. Entah kenapa aku dadaku terasa sesak, aku ingin menangis tapi airmataku sulit untuk keluar. Samar-samar kudengar suara yang begitu berisik dan sibuk. Ah suara dokter yang selalu kukagumi karena cara kerjanya yang unik dan cepat serta ramah pada pasien.

"Kauter...cepat. Pasien mengalami pendarahan. Nanti bisa mengalami syok. Monitor kondisi pasien." teriak dokter Rukma.

"Heart rate menurun dok. Rekam jantung menunjukkan bradikardia." jawab salah satu asisten dokter Rukma.

"Siapkan alat kejutnya. Siapkan obat-obatan di troly emergency. Cepat, Ayo gerak cepat"

Semua bergerak dengan sangat cepat. Aku mendengar langkah kaki yang cepat dan tergesa-gesa. Aku merasakan uadara di sekitarku menjadi terasa dingin dan menusuk. Suara mereka semakin lama semakin menjauh. Seberkas cahaya menyilaukan mataku. Aku mengerjapkan mata berulang kali hingga akhirnya aku bisa menyesuaikan kondisi di sekitarku. Sebuah taman yang indah, dengan berbagai macam bunga bermekaran dan berwarna-warni. 
Pepohonan dengan daun yang berwarna-warni. Ah, ada pohon Tatebuya, pohon yang hanya ditumbuhi oleh bunga saja dan bertahan selama seminggu jika sedang bermekaran, pohon yang selalu membuatku tersenyum seperti sedang menikmati indahnya negara Jepang. Diantara pohon Tatebuya ada sebuah kursi dan disana ada seorang laki-laki. Aku memicingkan mata seakan-akan enggan untuk percaya.
"Kakak Sam? Apakah itu dirimu kak?" tanyaku sambil mendekat. Begitu lelaki itu menoleh dan tersenyum padaku, aku meneteskan airmata dan berlari memeluknya.

"Oh, hai sayang. Bagaimana kabarmu, adikku yang manja?" tanya Sam sambil memelukku begitu erat.

"Aku.. Aku baik-baik saja Sam. Aku kangen banget sama kamu. Kenapa kamu gak pernah berkunjung sih kak? Hiks.. Hiks."kataku terisak dipelukannya.

"Sssstt,, my baby girl. C'mon sweetheart, im so sorry i cant see you again. But, i promise sweetheart, aku berjanji jika sudah waktunya, aku yang akan menjemput kamu. Dengarkan kakak, apapun yang terjadi padamu, percaya kata hatimu. Apapun yang kamu lihat belum tentu itu benar terjadi sayang. Kembalilah, belum waktunya kamu disini."kata Sam sambil mengelus rambutku.

"Tapi kak..."

"Ssttt,, aku kan sudah bilang, aku janji jika waktunya nanti, aku yang akan menjemputmu sayang. Pergilah, pulanglah sayang. Merrka menunggumu kembali."

"Janji ya kak. Aku akan menunggumu untuk menjemputku. Aku sayang kakak."

"Ingat sayang. Percayalah kata hatimu. Apa yang kamu lihat dengan mata, belum tentu itu benar. INGAT PESAN KAKAK...." Teriak Sam padaku.

Setelah itu, tubuhku seakan-akan tertarik entah kemana. Aku berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang menolongku. Hingga akhirnya aku berada di ruang yang gelap dan dingin kembali. Samar-samar aku mendengar suara dokter Rukma terisak. Suara kru dokter Rukma, mommyku. Ada apa sebenarnya? Aku memberontak, aku berteriak, tapi tidak ada yang memdengarku. Apakah aku menyusul Sam? Aku menangis dan menangis.

"Dok, lihat. Tubuh Ara merespon dok. Dia menangis. Dia menangis." kata salah satu perawat operator.

"Siapkan alat kejutnya sekarang. Oke, saya bebas, pasien bebas, kita bebas. Sekali lagi.."

"Dok,, detak jantungnya mulai muncul dok. Tekanan darah mulai stabil. Pernafasan stabil." teriak mommy.

"Hufth, kau membuatku ketakutan sayang. Mom takut kehilanganmu nak. Segera sadar ya sayang." kata mommy. Dan aku terjatuh dalam sebuah mimpi yang tidak akan pernah kuingat selamanya.

My Lovely NurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang