Setelah jam kerja berakhir, Aurora langsung pamit pulang dan mengatakan pada Rahma supaya datang ke rumah orangtuanya tanpa dirinya. Setelah berganti baju, Aurora Mengendarai scooter nya dan memarkirkan di taman dekat Rumah Sakit. Dia hanya butuh sendirian. Jika Aurora pulang bersama Rahma ke rumah orangtuanya, bisa dipastikan Brenda dan kakaknya akan menceramahi Aurora sepanjang hari.Jika saja Kakaknya masih disini bersamanya dan keluarganya. Dan dia tidak ingin hal itu terjadi. Untung saja adiknya tinggal di Italia bersama kakek dan neneknya. Jika tidak, habislah dia.
Semilir angin yang menerpa wajahnya, membuatnya sedikit merasa tenang. Pandangannya menerawang. Entah apa yang dipikirkannya sampai Aurora tidak menyadari ada seseorang duduk disampingnya.
"Sedang memikirkan sesuatu nak?"tanya pria tua itu.
"Eh, iya pak.. Eh, enggak kok pak. Bapak bikin saya kaget aja. Untung lho pak jantung saya tidak copot" jawabnya kikuk sambil memegang dadanya.
"Hahahha,, kamu bisa aja. Nama kamu siapa nak? Kalau saya lihat kamu sepertinya ada masalah. Kalau tidak mau cerita juga tidak apa-apa kok. Siapa tau bisa mengurangi masalahmu"
"Hmmm.. Saya Aurora pak... "
"Panggil kakek.. Tidak ada penolakan nak" potong pria tua itu sebelum Aurora sempat memprotes.
"Iya kek. Sebenarnya sih tadi ketemu mantan di tempat kerja kek. Awalnya aku gak apa-apa. Tapi kenangan dimana dia tidur sama sahabatnya sendiri justru membuat luka yang sudah sembuh sekarang muncul lagi kek. Padahal kita udah mau tunangan lho kek. Tapi ya sudahlah, meski rasa sakit Ini kembali lagi. Setidaknya Tuhan masih sayang sama Ara. Oh iya, kakek kenapa disini? Rumah kakek dimana?"
"Kamu perempuan yang kuat ya. Tapi sayang, kakek punya cucu yang tidak bisa move on dan tidak setegar kamu nak" jawab pria tua itu dengan pandangan menerawang
"Mungkin masih belum kek. Suatu saat nanti pasti akan menemukan wanita yang pas dihatinya. Kakek tenang aja ya. Jangan banyak pikiran kek, gak baik buat kesehatan kakek" ujar Aurora sambil tersenyum. Tatapannya yang lembut dan teduh membuat pria tua ini memikirkan sesuatu dan akhirnya....
"Kamu mau kan kakek jodohkan sama cucu kakek?"
Pertanyaan itu langsung membuat Aurora membelalakkan mata, seakan-akan tidak percaya dengan apa yang dikatakan pria tua didepannya ini.
"Baiklah, kalau kakek tidak sibuk, besok kakek ingin bertemu dengan kedua orangtuamu" kata pria tua itu, yang bahkan seperti sedang memerintah
"Tapi kek.... Ara kan... "
"Kakek tidak terima penolakan sayang"
Begitu senangnya pria tua itu hingga tidak menyadari sakit yang selama ini disembunyikan dari semua orang tiba-tiba kambuh. Kakek itu memegang dada kirinya sambil menahan rasa sakit yang menjalar ke tangan kiri. Rasa sesak di dadanya semakin bertambah sakit. Tiba-tiba kakek itu kehilangan kesadaran. Melihat reaksi kakeknya seperti itu, dengan cekatan Aurora membawa ke Rumah sakit tempatnya bekerja karena hanya disitu Rumah Sakit terdekat.
######
"Ara.. Kenapa kakek ini?" tanya Ririn, perawat yang berdinas di IGD
"Kayaknya kena serangan jantung mbak. Pokoknya ditangani dulu mbak. Aku coba hubungi keluarganya."
Aurora segera merogoh handphone yang ada di saku celananya. Untung aja gak pake password, ucap Aurora dalam hati. Dilihatnya kontak nomer terakhir yang ditelfon kakek dan berharap dia adalah keluarga kakekTuuuttt..... Tuuutt.... Akhrinya diangkat juga...
"Selamat sore pak, maaf apakah benar anda keluarga bapak Bonaventura Audison Hawkins?"tanya Aurora dengan nada cemas. Satu detik... Dua detik... Ya Tuhan semoga memang benar ini keluarga kakek..."Iya, saya keluarganya. Ada apa dengan kakek saya?"
"Saya Aurora, perawat di Rumah Sakit Medika Internasional. Memberitahukan bahwa kakek Anda tadi terkena serangan jantung. Saat ini kondisinya belum stabil tapi sudah mendapatkan penanganan. Jika kondisinya nanti baik, kakek anda akan dirawat di ruang perawatan biasa. Jadi tidak perlu masuk ICU. Sekarang Bapak bisa kesini sekarang?" kata Aurora menjelaskan
"What? Are you kidding? Saya tidak bisa datang sekarang juga. Tapi berikan perawatan terbaik untuk kakek saya dan tempatkan di kelas SVIP"
Jadi itu cucu kakek yang gak bisa move on, sepertinya dia sayang banget sama kakek. Gumam Aurora.
"Ra, gimana? Udah bisa dihubungi?" tanya Ririn
"Udah mbak. Biar aku yang daftarkan aja mbak. Aku kenal kok sama kakek itu"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Nurse
RomanceAurora Evren Naureen, Gadis manis berdarah campuran Indonesia-Turki-Portugis. Dengan tinggi 178 cm dan memiliki warna mata biru terang. Aurora sering dihina oleh teman-temannya karena warna matanya yang aneh sehingga Aurora harus menggunakan kontak...