Aurora Evren Naureen, Gadis manis berdarah campuran Indonesia-Turki-Portugis. Dengan tinggi 178 cm dan memiliki warna mata biru terang. Aurora sering dihina oleh teman-temannya karena warna matanya yang aneh sehingga Aurora harus menggunakan kontak...
"Kamu kenapa Ra?" tanya Cath yang melihat sahabatnya sedari tadi melamun.
"Eh, ini lho Cath. Hufth,, aku abis nolong kakek. Gak taunya kakek itu pengen ngejodohin aku sama cucunya. Tadi abis ketemu sama dia. Ganteng sih, tapi otaknya itu lho korslet. Ibarat pasien yang abis trepanasi terus sadar dari operasi kan ya,, nah pasti deh itu kelistrikan yang ada diotaknya langsung banyak yang korslet" jawab Aurora dengan menggebu-gebu. Catherine tertawa terbahak-bahak mendengarnya cerita.
"Udah terima aja lamaran dari kakeknya Ra. Daripada ngejomblo terus. Abis ini kan aku gak bisa jagain kamu terus-terusan Ra. Hufth, aku ingkar janji deh sama kak...."
"Cath, udah sampe mana persiapan nikahmu? Maaf ya aku gak bisa bantuin kamu." potong Aurora sebelum Cath meneruskan ucapannya. Aurora masih dalam keadaan berduka meski kakak tercintanya sudah meninggal 2tahun yang lalu. Tepat dihari ulangtahunnya dan istrinya sedang hamil. Disaat itu juga Aurora menerima kenyataan bahwa Reyhan menyakitinya juga. Dia sangat dekat dengan kakaknya ketimbang adiknya.
"Udah gak apa-apa Ra. Aku tahu kamu sibuk dengan kerjaanmu, cafemu, dancemu. Entah kesibukan apalagi sampe kamu bisa melupakan mantan brengsekmu itu"
Mobil yang ditumpangi mereka berdua akhirnya memasuki pelataran rumah orangtua Aurora. Security segera membukakan pagar setelah mengetahui mobil Catherine yang datang. Tepat waktu makan malam tiba. Para maid menundukkan kepala dan menyapa mereka berdua. Aurora yang disapa seperti itu langsung tersenyum dan memeluk mereka satu per satu.
"Astaga, aku kangen kalian. Udah berapa lama ya gak kesini?"
"Hampir 4 bulan, anak mama yang cantik ini gak mau nengok papa dan mama. Sibuk terus sih....."sahut Brenda, mama Aurora.
Melihat Brenda sudah datang, mereka berhamburan kearahnya untuk memeluk Brenda.
"Anak-anak mama udah datang. Ayo makan, nanti keburu dingin" ajaknya menuju ruang makan yang terbilang unik. Bagaimana tidak, keluarga Aurora mendesain agar ruang makan di tempat terbuka. Karena saat sedang makan di alam terbuka, nafsu makan akan meningkat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
setelah selesai makan, mereka berempat menuju ke ruang keluarga. Bertepatan dengan kolam renang. (bayangin aja kalo lagi malem ya..)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ma, mama tahu gak nih. Aurora katanya mau dijodohin sama cucu dari pasiennya lho" kata Catherine dengan sengaja supaya Aurora bisa menerima lamaran itu. Aurora langsung mencubit lengan Catherine.
"Oh ya? Waduh, mama bakal dapet menantu dong. Siapa laki-laki itu Ra?" tanya Brenda dengan antusias.
"Ini nih mulut ember. Namanya Aldrick Hawkins kalo gak salah ma. Pokoknya itu deh. Aku males kali ma, punya suami yang otaknya korslet gitu.. Hiii... "Jawab Aurora bergidik sambil membayangkan jika mempunyai suami seperti itu. Bisa-bisa Aurora tersiksa.
"Apa? Hawkins Ra?"tanya Brenda dan Catherine bersama. Lebih tepatnya mereka berteriak yang membuat Aurora langsung menutup telinga.
"Pa... Gimana ini?" tanya Brenda serius. Padahal biasanya Brenda memutuskan sendirian, entah kenapa melihat mamanya bereaksi seperti ini membuat Aurora curiga. Dia menatap tajam Catherine yang langsung nyengir.
"Kamu tahu siapa keluarga Hawkins Ra?" tanya papa Ara. Dia hanya mengangkat bahu dengan cuek
"Keluarga Hawkins adalah keluarga bilionaire, Ra. Dan cucunya bernama Aldrick Devon Hawkins, dia pengusaha termuda yang sangat sukses sehingga harta kekayaannya melebihi orangtua dan kakeknya"
"Cath, segera tutup semua akses. Aku gak ingin mereka tau siapa aku sebenarnya." perintah Aurora. Wajahnya sekarang menjadi pucat mendengar penuturan papanya. Disaat itu juga sebuah pesan dari Rahma muncul di handphonenya.