SATU

30.1K 876 2
                                    

Seseorang baru saja sampai di bandara Soekarno-Hatta. Ia masih menunggu supir pribadinya. Semua tatapan mengarah padanya, mungkin wajahnya yang cantik membuat semua orang tertarik. Terlihat supir pribadinya datang dan membantunya membawa koper.

Sesampainya di rumahnya yang besar bagaikan istana, ia langsung masuk saja. Sungguh ia rindu dengan negara tercintanya, Indonesia. Ia melihat kedua orang tuanya sedang duduk di sofa, namun sepertinya mereka tidak menyadari kehadirannya.

"Mama... Papa..." teriaknya. Mereka mengarah ke arahnya, namun tidak mengucapkan apapun.

"Pa?"

"Iya, Ma?"

"Yang teriak-teriak siapa, ya?"

"Papa juga denger, Ma. Tapi kok orangnya gak ada, ya? Apa jangan-jangan hantu, ya, Ma?"

"Iya kali, hantu dari London."

Cewek itu memberengut kesal melihat sikap kedua orang tuanya yang tidak pernah berubah.

"Mama sama Papa kok gitu, sih? Anak sendiri dibilang hantu dari London." gerutunya.

"Ohhh ternyata anak kita Pa! Geby yang teriak-teriak."

"Iya Ma, Papa kira hantu."

Geby dengan cepat memeluk Mamanya dan Papanya.

"Geby kangen Mama sama Papa."

"Kita juga kangen sama kamu, sayang," ujar Mamanya.

"Kamu kenapa mau balik ke Indonesia? Bukannya kamu nyaman tinggal di London ya?" tanya papanya.

"Geby mau sekolah SMA di jakarta aja bareng kakak, pengen lebih deket sama Mama, Papa." ucapnya kemudian melepaskan pelukannya.

"Kak Gino mana Ma?" tanyanya.

"Sekolah" jawab mamanya.

"Yaudah Ma, besok Geby mau langsung sekolah di sekolah milik Papa ah," semangat Geby.

"Masalah itu, Papa udah urus" jawab Papanya.

Geby masuk ke kamarnya dan mengarahkan pandangannya ke segala penjuru.

"Ternyata masih sama ya, kayak 3 tahun yang lalu".

Geby menghampiri sebuah foto yang tersimpan rapih di meja belajarnya. Foto seorang cewek dengan cowok tampan. Namun itu semua hanya kenangan.

"Kak Dion pasti senang ya disana? Geby kangen Kak Dion.. Geby akan cari tau siapa yang udah bikin  Kak Dion mati, dan teman yang ninggalin kak Dion gitu aja." ucap Geby sambil memeluk erat foto itu.

_^_^_

Geby berjalan menuruni tangga untuk makan siang, baru saja turun tiba-tiba teriakan seseorang membuatnya menghentikan langkahnya.

"GEBY!!!! Lo Geby adek gue kan? Ini beneran lo kan? Geby Sharyl Pramudipta Wijaya?" tanya Gino sang kakak.

"Iya ini gue, Gino!"

Dengan cepat Gino memeluk adik kesayangannya itu dengan erat.

"Anjir By, gue kangen banget sama lo! Udah 3 tahun kita gak temu By" Gino malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Anjir Gino goblok! Lepasin P'A! Gue gak bi-sa na-pas" gino langsung melepaskan pelukannya.

"Lo gak kangen sama gue dek?" tanya Gino.

"Najis gue kangen sama lo" Geby langsung berlari meninggalkan Gino yang sudah siap menerkamnya..

"Anjirrrr! Dasar adek laknat lo! Kualat lo!" teriaknya.

Tak lama kemudian..

Bruk..

Geby terjatuh saat berlari. Membuat Gino tertawa puas melihatnya.

"Hahahahaha.... Rasain tuh karma! Kualat kan lo." ucap Gino, kemudian pergi menuju kamarnya.

"Dasar kakak biadab! Nyesel gue punya kakak kayak lo! Salah apa gue punya kakak biadab kayak lo?" teriak Geby, kemudian langsung pergi ke meja makan.

_^_^_

"By?"

Geby menoleh mendapati Gino yang berdiri di ambang pintu.

"Ngapain lo disitu? Mau jadi model? Gak pantes!" cerocos Geby.

Gino berjalan mendekat lalu duduk di kursi tempat Geby belajar. Gino menatap wajah adiknya yang sudah 3 tahun ia tak melihatnya. Adiknya sudah dewasa sekarang, tidak seperti dulu yang selalu merengek jika jauh dari Gino.

"Lo kenapa mau pindah?"

Geby mendongak, menatap Gino heran.

"Suka-suka gue lah! Gue masih anak dari keluarga Wijaya! Jangan-jangan lo gak suka ya gue pindah? Okeh... Lo bukan kakak gue!"

Geby mengerucutkan bibirnya, menatap jengah Gino yang hanya nyengir kuda disana. Gino senang melihat Geby yang selalu cerewet.

"Bukan, kebiasaan deh lo,"

"Yaudah, apa?"

"Lo bukannya sengaja mau tinggal di London buat nenangin diri ya? Kenapa balik lagi?"

Geby menatap kakaknya dengan sayu. Jujur saja, Geby pindah bukan karena tidak ada alasan. Ada satu hal yang belum ia selesaikan. Dan itu membuatnya tidak tenang.

"Ada hal yang belum gue tahu tentang kematiannya Kak Dion, Gin."

"By, matinya Dion, itu udah takdir."

"Tapi gue gak tenang, gue penasaran siapa temannya yang rela ninggalin dia mati gitu aja," lirih Geby membuat Gino sakit sendiri.

"Lo yakin bakal nemuin orangnya? Manusia itu gak sedikit,"

"Gue yakin, lagian ada informasi yang gue dapat. Dia satu sekolah sama lo,"

"Gimana caranya?"

"Lo cukup lihat aja, gue punya cara sendiri buat mencari tahu semuanya. Dan mungkin cara ini, bisa buat gue tahu kalau ada pembohong."

_^_^_

Kalau part pertama masih garing, jangan sampai itu membuat kalian berhenti, ya.

Di part selanjutnya, Insya Allah saya buat lebih menarik lagi. Dan, saya rasa dari part pertengahan dibuat lebih serius.

Jadi, jangan langsung terpengaruh oleh satu atau dua part okehhh....

Bye bye

FAKE CUPU  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang