DUA PULUH SEMBILAN

6.3K 282 24
                                    

Assalamualaikum semuanya...

Maaf saya publish ulang, karena tadi ada sedikit kesalahan, 🙏🙏

Ada pemberitahuan sedikit, saya udah revisi cerita ini dari prolog sampai seterusnya, ada beberapa tambahan dan perubahan, karena saya emang banyak kesalahan dalam penulisan.

Jujur saja, saya gak mikirin setiap penulisan itu sesuai dengan PUEBI atau nggak? Yang penting, saya menuangkan ide saya. (bodoh)

Hmmm,,, ya gitu. Saya masih amatir dan gak tahu apa-apa. Saya mohon bantuannya sama kalian, kasih saya krisarnya kalau salah. Karena saya emang baru belajar 😢

Saya senang, kalau ada yang membenarkan tanda baca atau penulisan yang salah. Saya sangat berterima kasih.

Silahkan kalau minat, baca dari awal. Biar kalian lebih paham. ( Kalau penyampaiannya nyampe sih 😁 ) . Itung-itung nunggu next chapter. Ada beberapa yang saya tambahkan, karena emang salah dan harusnya kayak gitu.

Yasudah, selamat membaca dan semoga kalian suka yaaa 😅😅

Happy Reading :)

•••••••••••

Setidaknya, bersikaplah seperti biasanya. Jangan berubah. Biar aku tahu, sebenarnya ini perasaan apa?!

~ Geby ~

🌷🌷

Geby terduduk menatap pekatnya langit malam. Ia mengambil sebuah foto yang masih tersimpan rapih di atas meja belajarnya.

Geby menatap foto itu dengan senyuman yang begitu tulus. Ia menatap kembali langit di atas sana dengan tangan yang masih memegang foto tadi.

"Kak Dion pasti bahagia ya, di atas sana? Kak Dion tega banget ninggalin Geby sendirian disini." tanya Geby bermonolog, biarkan saja. Yang penting semesta dan Dion-nya mendengar di atas sana.

"Geby rindu Kak Dion."

Air matanya perlahan jatuh membasahi pipinya. Ia menyekanya dengan punggung tangannya. Kemudian kembali menatap langit malam, Geby memegang foto tadi kuat sambil melihat foto seseorang di sana.

"Sebenarnya siapa yang ninggalin Kak Dion mati? Gue benci dia kak! Dia bener-bener bukan temen lo. DIA TEMAN PALSU!!" ucap Geby dengan penekanan di akhir kalimatnya.

Air matanya terus merembes keluar, ia lupa akan tujuan sebenarnya. Ia pindah berniat mencari tahu kematian Dion. Tapi ia lupa, karena banyak masalah yang terus menimpanya. Entahlah, ia tidak tahu.

"Geby harap, semoga Geby cepat nemuin siapa orang-orang itu kak. Geby ingin tahu penyebab sebenarnya."

"By,"

Geby menolehkan kepalanya saat suara Gino terdengar, cowok itu berjalan mendekat lalu duduk di kursi belajarnya.

"Udah gue bilang, matinya Dion itu udah takdir, lo gak bisa terus kayak gini. Dion pengen tenang disana, dan liat lo bahagia bukan kayak gini."

FAKE CUPU  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang