Hari-hari berjalan dengan normal seminggu ini bersama Mas Wildan dan Gerald. Keputusan Gerald yang tiba-tiba untuk menetap lebih lama di rumahku menimbulkan pertanyaan besar. Terlebih, Mas Wildan menjadi sedikit protektif padaku. Aku penasaran, tapi diam saja. Nanti juga aku tahu sendiri. Lagipula bukankah terasa aman jika aku dilindungi dua pria yang seperti bodyguards ini?
Setelah renang tadi sore, aku pulang dan mendapati dua orang yang kini kuanggap sebagai kakakku tengah sibuk di kamarnya.
"Wah mau ngapain nih?"
Gerald hanya melihatku dan tersenyum lalu menunjuk ke arah Mas Wildan.
"Oh lo udah pulang. Mau manggung nanti jam 9, ada undangan buat ngisi acara di SMA 3. Lo mau ikut gak?"
Seterkenal apasih band mereka di sini? Aku bahkan tidak pernah tahu band yang dibentuk Mas Wildan bersama empat temannya itu.
"Gausah. Lagi menghindari keramaian. Ntar kalo pergi bawa kunci cadangan ya biar gue kalo ketiduran gausah repot buat bangun."
"Lo ikut aja. Daripada sendirian di rumah. Kalo lo ikut juga kita bisa tenang."
Kali ini Gerald yang menyahut.
Aku lumayan takut sendirian di rumah. Tapi kalau harus menghadiri acara konser seperti itu, aku kurang setuju untuk saat ini. Mengingat masalahku kemarin yang terjadi dengan Elian, aku jadi benci dengan keramaian saat ini.
"Udah dia ikut aja. Kasihan sendirian."
Gerald mencoba membujuk Mas Wildan untuk meminta persetujuan. Aku masih diam saja.
"Ikut aja, Dek. Kan lo juga bisa nonton band gue."
Sedikit berat menerima ajakannya, tapi ya sudahlah. Daripada aku diam saja di rumah, mencoba berkegiatan tidaklah salah.
***
Suasananya ramai. Sepertinya ini pensi kelulusan. Tapi kalau band mereka jadi band penutup sekaligus bintang tamu, kenapa jam 9 sudah harus on stage? Bukankah ini masih terlalu sore? Ah masa bodoh yang penting aku bisa cari hiburan.
Sebelum berpisah tadi, Gerald memberitahuku agar jangan jauh-jauh dari tempat kegiatan. Matanya menyorotkan kecemasan. Aku hanya mengangguk dan meyakinkan dirinya bahwa aku akan baik-baik saja. Huh, memangnya aku anak kecil yang harus diawasi setiap saat? Dasar tukang khawatir.
"Diandraaa!!"
Aku kenal suara melengking itu.
Benar dugaanku.
"Sherly!! Kok lo di sini?" Aku tak kalah memekik darinya.
"Iya gue sengaja dateng. Mau nonton Rockin' Gum tampil. Gue bahkan barusan dari back stage buat foto bareng."
"Rock apa?"
"Rockin' Gum! Yang sering gue ceritain ke lo yang isinya cowok ganteng semua itu. Astaga mereka bahkan alumni sekolah kita, lo bego banget sih Di!"
Ini sudah mengarah pada penghinaan lahir batin untukku. Apa jangan-jangan itu band Mas Wildan?
"Tunggu, gitarisnya siapa?"
"Kak Wildan! Dia ganteng banget. Lihat deh fotonya, gue cocok ya sama dia."
Aku melihat layar handphone yang disodorkan Sherly. Benar saja, itu Mas Wildan, kakakku. Bagaimana bisa aku punya kakak terkenal yang aku bahkan tidak tahu? Gerald juga.. terkenal? Aku jadi merasa geli mengingat aku selama seminggu ini serumah dengan mereka dan biasa saja sementara Sherly berteriak kegirangan hanya karena foto bareng.
"Oh itu. Iya, ganteng."
Ya ganteng lah, kakak gue. Batinku.
"Lo ke sini sama siapa? Barengan sama gue yuk?"
Terima kasih atas penawaranmu, Sher. Tapi demi Tuhan, aku tak ingin berada dekat teman-teman kita agar aku tak mengingat Elian.
Aku hanya tersenyum.
"Oh gue paham. Gue tau ini berat, tapi lo harus move on okay? Elian juga dateng malam ini. Tapi jangan cemas. Dia gabakal gue izinin buat deket lo lagi."
"Iya Sher, makasih. Lo emang yang terbaik haha."
Sherly memang teman dekatku selama di SMA. Dari SMP bahkan. Tapi kami menjadi sangat dekat sejak SMA. Aku sendiri tidak pernah menyangka Wildan yang sering disebutnya adalah sepupuku sendiri. Dunia memang sempit.
Kurasa akan aman kalau aku dekat-dekat Sherly saja. Akhirnya aku memutuskan untuk bersamanya paling tidak sampai acara ini nanti berakhir. Kami berdua berjalan ke dekat panggung untuk menikmati musik ketika tiba-tiba ada laki-laki menarik tanganku menjauh dari kerumunan. Reflekku cukup bagus sehingga aku masih sempat menarik tangan Sherly untuk meminta pertolongan.
Pria ini berpakaian hitam-hitam dan mengenakan topi. Aku tidak bisa melihat wajahnya hingga akhirnya aku kenal suaranya.
"Diandra jangan bikin gue khawatir!"
Gerald membentakku. Di depan Sherly pula.
"Tenang aja napa sih gue sama temen sekarang. Lo fokus aja buat manggung!"
Aku sedikit kesal akan sikapnya. Apa yang perlu dikhawatirkan memangnya? Aku bisa menjaga diri, Geraldy!
Gerald membuka topinya lalu mendengus dengan kasar.
"Gue khawatir pasti ada alasannya. Lo cuma perlu ikutin kata-kata gue. Jangan jauh-jauh dari gue nanti. Diandra, gue gamau lo jadi keras kepala sekarang."
Kulihat Sherly menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihat sekarang. Aduh, kenapa aku bisa lupa kalau Sherly ngefans sama Gerald cs.
"Kak, mending lo balik sama temen-temen lo. Nanti begitu lo selesai manggung, gue bakal udah ada di backstage. Gue janji."
Kulihat Gerald menganggukkan kepala lalu pergi untuk bergabung dengan bandnya. Waktu sudah hampir pukul 9, sebentar lagi mereka tampil.
Aku melupakan satu hal. Sherly.
"LO KOK GAPERNAH CERITA SIH KALO LO KENAL SAMA GERALD?"
Aku sedikit kewalahan menanggapinya. Dengan tertawa aku menjelaskan secara singkat kenapa aku bisa kenal Gerald dan Wildan adalah sepupuku. Tak lupa aku juga menjelaskan insiden saat aku mengaku sebagai pacar Gerald di depan Elian.
"Lo yakin bilang gitu ke Elian?"
"Iya, abis gue kesel lah sama dia ngikutin gue mulu."
"Yaudah deh. Yuk kesana."
Kami menuju depan panggung lagi dan berteriak sama seperti penonton yang lain untuk menyambut Rockin' Gum. Aku menunduk untuk memastikan tali sepatuku terikat dengan baik hingga aku merasakan ada yang menarikku menjauh dari kerumunan. Buat apa Gerald melakukan ini lagi, ia kan harus tampil? Aku kesal hingga berteriak. Tentu saja suaraku kalah dengan suara sound di sini.
"Apa lagi sih Kak?!"
Tunggu. Gerald sudah di panggung. Lalu siapa ini? Aku meronta untuk melepaskan diri namun cengkeramannya begitu kuat. Ia membawaku ke parkiran, memasukkanku ke dalam mobil tapi tak menyalakan mesinnya. Aku hampir tak mengenali wajahnya karena gelap, tapi aku tahu persis wangi parfum ini. ELIAN!
KAMU SEDANG MEMBACA
Guard
Teen FictionMengenalnya, seperti menaiki rollercoaster dengan sabuk pengaman yang dilonggarkan. Mendebarkan sekaligus menyenangkan. #465 teenlit on May 2018 Enjoy reading and don't forget to vote?