32

30 6 0
                                    

[Karena gak pengen ceritanya berhenti, jadi maaf kalo adegannya gabut nanti.]


Sherly Adriana : Diandra sayang lo kenapa?

Diandra Wijaya : Lah gpp juga

Sherly Adriana : Bohong lo. Mas Wildan yang bilang ke gue.

Diandra Wijaya : Lo chattingan sama dia? Udah punya pacar bego jangan lo embat

Sherly Adriana : Idih kan gue nanyain kabar lo. Makanya hp tuh nyalain

Diandra Wijaya : Serius? Jangan macem-macem lo ke kakak gue

Sherly Adriana : Ish, gue udah punya gebetan juga. Lo gapapa kan? Emang perut lo sampe kebelah gitu gak?

Diandra Wijaya : Lu kata gue mau melahirkan

Sherly Adriana : Lucu deh temen gue. Receh tapi.

Diandra Wijaya : Capek gue chat sama lo

Sherly Adriana : Lah mau apa lo sekarang

Diandra Wijaya : Pacaran!

Aku melempar handphoneku ke kasur lalu berjalan ke bawah untuk menyusul Gerald. Ia sudah siap dengan pakaian kasualnya untuk mengajakku nonton film. Lagi-lagi aku harus memakai celana dan baju yang serba panjang untuk menutupi luka. Tapi tak jadi masalah karena yang penting saat ini adalah aku akan menghabiskan waktu dengan Gerald.

"Itu kamu gak apa-apa? Bukannya masih sakit?"

"Sehat banget ini mah. Asal aku gak diajak lari-lari juga aman aja," kataku asal.

"Yaudah, yuk keburu filmnya mulai."

Dibantu Gerald aku masuk ke mobil yang akan membawa kami jalan-jalan seharian nanti. Mas Wildan sudah mengijinkanku pergi karena aku sedikit memaksanya. Lagipula dua hari lagi sudah puasa, jadi aku ingin jalan-jalan dengan Gerald sepuasnya hari ini.

Sepanjang jalan aku bersenandung ringan mengikuti alunan lagu yang diputar Gerald di mobil. Ia tampan siang ini, seperti biasa. Jalanan juga cukup padat, sehingga menambah hawa panas yang terasa di luar sana. Dengan iseng kuambil handphone Gerald untuk meng-kepo-inya.

"Mau apa?"

"Ngecek kamu suka chat sama cewek nggak,"

"Cek aja sepuasnya," katanya enteng.

Aku membuka pesan di line dan tak kutemukan apapun selain beberapa hal penting terkait kuliah dan pekerjaannya. Bahkan chat teratasnya juga namaku. Bibirku tersenyum karena aku merasa dipentingkan oleh Gerald. Hihi.

Sebenarnya aku tak terlalu tertarik, tapi mataku memicing saat melihat dm Instagramnya penuh dengan wanita. Meski keseluruhan tak dibalas, tetap saja aku benci melihatnya.

"Dmnya banyak cewek,"

"Kan gak aku balas,"

"Tetep aja kali."

GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang