13

62 9 0
                                    

Aku berada di rumah Gerald dengan perasaan kacau meski berkali-kali Mas Wildan berusaha menenangkanku. Aku bahkan sudah mandi dua kali hingga siang ini tapi tubuhku masih terasa tidak nyaman. Memang kalau pikiran penat biasanya aku memutuskan untuk berendam di air hangat.

Kulihat Gerald berjalan ke arahku membawa kunci sepeda motor sambil bersiul riang.

"Yuk jalan biar gak suntuk."

Aku mengerti ucapannya. Ia hanya tak ingin aku terbebani pikiran tentang surat kaleng itu.

"Kemana?"

"Kemana aja asal sama kamu, hehe."

Aku tersenyum asal lalu bangkit dan segera berlari ke arah pintu. Pakaian yang kukenakan terasa tidak nyaman karena baru dan belum dicuci. Tadi pagi Mas Wildan membelikan aku celana panjang berwarna coklat dan t-shirt warna putih dengan gambar robot di kiri atas. Aku bahkan sudah memiliki kaus seperti itu di rumah.

Tak lama kemudian Gerald menyusul membawa dua helm yang salah satunya akan kupakai. Ia juga mengeluarkan sepeda motor matic warna putih dari garasi untuk membawaku pergi jalan-jalan. Segera aku naik ke jok belakang dan pergi dengannya menyusuri jalanan yang ramai dengan cuaca bersahabat.

"Kita mau kemana Di?"

"Terserah kamu," jawabku enteng.

"Nonton?"

"Gak mau"

"Makan?"

"Nope."

"Katanya terserah aku. Dasar cewek"

Aku terkikik mendengarnya.

"Yaudah kita beli shampo," kata Gerald.

Shampo lagi? Kenapa juga ia selalu membeli shampo? Aku mendengus kesal sambil memukul punggungnya. Ia mengaduh sambil tertawa.

"Ya abis kamu sih ditawarin gamau mulu. Aku sih mau beli shampo dulu."

"Yang kemarin udah abis?" Tanyaku dengan kesal. Aku sedikit menelengkan wajah ke samping untuk melihat wajahnya yang menatap fokus ke jalan.

"Belum sih. Aku mau coba varian baru aja. Udah kamu diem ini jalannya rame nanti nabrak."

Gerald melajukan motornya membelah keramaian menuju supermarket tempatku biasa berbelanja. Setelah melewati beberapa ruas jalan akhirnya kami sampai di sana.

Aku turun menunggu Gerald selesai memarkirkan motornya tak jauh dari tempatku berdiri. Kemudian ia berjalan ke arahku dengan senyuman tampan itu sambil membenahi rambutnya. Gerald tampak memukau meski hanya memakai celana pendek warna hitam yang dipadu dengan kaus warna putih. Sepertinya bukan Gerald yang harus menjagaku tapi justru aku yang harus menjaganya dari tatapan genit para gadis di sini.

"Ih bengong aja. Ayo masuk."

Gerald membuyarkan lamunanku. Aku mengerucutkan bibir kesal karena melihat gadis-gadis banyak yang melirik Gerald. Mungkin mengerti maksudku, Gerald segera menggenggam tanganku masuk ke supermarket diiringi tatapan kesal para gadis. Aku menang dari kalian! Hehe aku hanya mau mereka tahu kalau Gerald sudah punya pacar.

"Ikut aku nyari shampo apa mau duduk sambil makan es krim?"

"Aku mau lihat-lihat aja deh. Nanti kamu cari aku ya," kataku padanya yang dibalas dengan anggukan singkat.

Aku berpisah dengan Gerald di pintu masuk dan melihatnya pergi ke arah timur untuk berburu barang sakral favoritnya. Sementara itu aku pergi melihat-lihat pakaian di sebelah utara. Ternyata hari ini banyak diskon, menyesal aku tidak membawa uang dalam jumlah banyak. Dengan hati terluka aku hanya memandangi banyak perempuan berebut memilih baju yang diincar.

GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang