Aku baru pulang dari rumah Gerald pada malam hari bersamaan dengan Mas Wildan yang juga baru pulang setelah menjemput kekasihnya itu.
"Sarah gak ikut kesini?" Tanya Gerald.
"Besok aja. Dia capek. Apalagi gue yang nyetir seharian,"
Mas Wildan merebahkan tubuhnya di sofa lalu memejamkan mata untuk tidur. Ia bahkan tak bertenaga untuk pergi ke kamarnya. Tak mau ambil pusing, aku dan Gerald pergi meninggalkannya untuk beristirahat di kamar masing-masing.
***
"Diandra!"
Seorang wanita memekik senang melihatku keluar dari kamar. Dengan bahagia ia memelukku tanpa sadar badanku masih rapuh setelah kecelakaan kemarin.
"Aduh, pelan aja bisa kan tulang gue mau remuk nih," kataku bercanda.
Kak Sarah mengerucutkan bibirnya berlagak kesal. Namun sedetik kemudian senyum cerahnya kembali. Ya, wanita yang memelukku dengan gembira adalah Kak Sarah. Ia tampak antusias bisa bertemu lagi denganku.
Kami berempat mengobrol dengan akrab layaknya teman lama yang reuni. Meski aku yang paling muda, aku tetap bisa mengikuti obrolan mereka yang sebatas mengenang masa lalu. Gerald yang duduk disampingku juga tampak bahagia melihat Kak Sarah lagi setelah jarang bertemu empat tahun belakangan.
Kak Sarah kuliah di Australia selama ini. Secara otomatis, ia menjalin hubungan LDR dengan Mas Wildan. Aku selalu kagum pada Mas Wildan yang bisa awet berpacaran dengan Kak Sarah sejak SMA. Mereka tampak jatuh cinta setiap hari meski apapun yang menghalangi. Sejenak aku berpikir, apakah aku bisa seperti mereka? Maksudku, aku dan Gerald akankah bisa bertahan lama dengan perbedaan besar diantara kami. Yah, perasaanku semakin lama semakin besar padanya, dan setiap hari pula aku selalu mengingat bahwa kami berbeda. Meskipun Gerald tak pernah mengungkitnya, aku tahu itu pasti akan menyakitkan nantinya.
"Diandra kok mau sih lo pacaran sama orang sinting kaya Gerald?"
Pertanyaan Kak Sarah membuyarkan lamunanku.
"Kalo jawab khilaf ntar dijitak pala gue sama dia," kataku sambil mencibir Gerald disampingku.
"Siapa emang yang bisa nolak pesona gue?" Katanya sombong. Terasa ingin muntah aku dibuatnya.
Kak Sarah tertawa kecil begitu pula Mas Wildan.
"Diandra cantik loh Ger, banyak yang naksir. Adek gue si Azka aja masih suka sama Diandra," kata Kak Sarah lagi.
Azka adalah temanku satu sekolah. Ia pernah berpacaran denganku saat kelas 11 sebelum aku jadian dengan Elian. Ia sangat manis dalam memperlakukanku. Kami putus karena sifatnya yang selalu cemburu dengan setiap teman laki-lakiku.
"Adek lo kalah sama gue Sar. Diandra cinta mati sama gue,"
Aku memukul tubuhnya dengan bantal. Gerald tertawa kemudian mengelus rambutku dan mencium puncak kepalaku -hal yang aku sukai belakangan ini.
Mas Wildan dengan wajah pura-pura kesal bangkit dari duduknya lalu memisah aku dan Gerald. Ia jadi duduk di tengah-tengah aku dan Gerald. Kak Sarah tertawa keras seolah ini tontonan lucu baginya.
"Diandra walau kakakmu menolak ku tetap cinta kamu!" Kata Gerald setengah berteriak meski jaraknya denganku hanya terpisah Mas Wildan.
Mas Wildan membungkam mulut Gerald dengan bantal yang kugunakan untuk memukulnya tadi. Lucu saja melihat tingkah dua sahabat ini. Aku berharap semoga mereka terus bersahabat sampai tua nanti.
***
Malam ini Gerald pergi untuk bertemu dengan Karen secara privat di restoran salah satu hotel yang merupakan milik keluarga Gerald. Perasaanku mengatakan akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Ketidaktenangan yang kurasakan semakin menjadi saat Gerald masuk ke kamarku untuk pamit.
"Di aku keluar dulu ya,"
Aku terdiam tak bisa menjawab Gerald.
"Kenapa kamu? Jangan khawatir ah. Aku ketemu Karen soalnya dia mau jelasin semuanya tentang Karine. Aku pengen tau semuanya, gak pengen kamu terancam lagi. Ya?"
"Aku cemburu," kataku pada akhirnya.
Gerald tersenyum sebentar lalu memegang tanganku.
"Kenapa harus cemburu sama Karen? Cantikan kamu dilihat dari mana-mana gitu,"
Aku mengerucutkan bibir tanda kesal, namun Gerald malah tertawa melihatku.
"Jangan gitu mukanya minta dicium banget."
Mendengarnya membuat pipiku panas.
"MAS WILDAAAN GERALD MACEM-MACEM!"
Aku berteriak memanggil Mas Wildan yang tak kuketahui berada dimana.
"Teriak aja. Wildan lagi pergi kok haha. Gak ada yang bantuin kamu sekarang,"
Gerald mendekatkan wajahnya kepadaku. Gila, darahku berdesir dan jantungku berdetak dengan cepat. Bukan ini yang kumau! Aku memejamkan mata karena takut, bibirku kutarik kedalam untuk menghindari hal yang tidak-tidak.
Tapi nyatanya tidak ada yang terjadi padaku. Gerald menelengkan kepalanya ke samping dan berbisik tepat di telingaku.
"Jangan cium deh. Yang ada aku batal pergi nanti. Kamu cantik buat aku lindungi, bukan buat aku nikmati,"
Kemudian ia berdiri dan tersenyum di hadapanku. Mengusap sebentar kepalaku lalu berjalan menuju pintu untuk pergi.
"Dah, pergi dulu ya!"
Aku hanya duduk diam di ranjangku dengan pipi bersemu merah dan kupu-kupu berterbangan di perutku. Bukan karena apa-apa, aku hanya sangat malu pada Gerald. Tak ingin berlama-lama merasa kikuk, kuraih handphoneku di meja lalu mengetikkan pesan pada Mas Wildan
Diandra Wijaya : Mas lo dmn?
Wildan Ferdinata Wijaya : Di kfc gara2 elo-_-
Diandra Wijaya : Pulang bawain ayam tepung
Wildan Ferdinata Wijaya : Y
Wildan Ferdinata Wijaya : Dia gak kelar-kelar
Diandra Wijaya : Siapa?
Wildan Ferdinara Wijaya : Karine
Aku menatap layar handphone lalu kuletakkan kembali di meja. Malam ini menyedihkan, aku harus tidur.
***
Aroma ayam goreng membangunkanku dari tidur. Sudah berapa lama aku tertidur, itu tidak bisa kupastikan. Tapi melihat Mas Wildan membawa ayam goreng dan segelas soda di sebelahku membuat mataku terbuka sempurna.
"Tidur aja terus. Gerald mana?"
Sambil mengunyah ayam aku mengedikkan bahu tanda tak tahu.
"Gue telfon aja kali ya?"
"Jangan bego. Dia lagi sama Karen,"
"Hah?"
Aku menelan dengan kasar.
"Ngedate sama Karen. Kaya lo barusan sama Karine. Udah ah gue laper,"
Mas Wildan melongo mendengar ucapanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Guard
Teen FictionMengenalnya, seperti menaiki rollercoaster dengan sabuk pengaman yang dilonggarkan. Mendebarkan sekaligus menyenangkan. #465 teenlit on May 2018 Enjoy reading and don't forget to vote?